Thephrase.id – 17 Agustus merupakan hari istimewa bagi bangsa Indonesia. Tepat 76 tahun yang lalu, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya sebagai negara yang berdaulat pada tanggal tersebut. Berbagai macam cara dilakukan untuk memperingati hari bersejarah itu, salah satunya dengan penyelenggaraan aneka perlombaan unik untuk merayakan kejadian istimewa pada tanggal 17 Agustus 1945 silam.
Namun selain untuk merayakan hari kemerdekaan, aneka perlombaan unik yang biasa disebut sebagai “Lomba 17-an” tersebut juga mempunyai sejarah dan makna serta filosofi tersendiri lho! Berikut ini merupakan sejarah dan arti filosofi dari beberapa macam Lomba 17-an yang telah dirangkum oleh ThePhrase.id dari beberapa sumber:
Lomba balap karung pertama kali muncul pada era penjajahan Belanda. Pada awalnya lomba balap karung dilakukan oleh misionaris Belanda di sekolah-sekolah yang mereka dirikan. Lalu keberadaannya semakin populer ketika Jepang menggantikan Belanda dalam menjajah Indonesia.
Lomba ini lahir dikarenakan pada zaman penjajahan ketika bangsa Indonesia tidak mampu menggunakan pakaian layak dari kain, sehingga karung pun menjadi solusi untuk menutupi badan mereka. Lalu karena kesal dengan keadaan tersebut, mereka menginjak-injak karung dan lama kelamaan kekesalan mereka itu berubah menjadi sebuah permainan adu lari dengan menggunakan karung.
Selain menyenangkan, ternyata lomba balap karung juga mempunyai filosofi yang bermakna bagi bangsa Indonesia. Jatuh saat berlari, kemudian bangkit lagi hingga akhirnya berhasil mencapai garis finish merupakan gambaran bangsa Indonesia pada zaman dahulu yang selalu semangat dan pantang menyerah dalam upaya merebut kemerdekaan Indonesia.
Pada zaman penjajahan dahulu, banyak rakyat Indonesia yang terpaksa harus melakukan pekerjaan berat seperti memindahkan batu, pasir, kayu, dan sebagainya. Pada saat itu mereka menggunakan tali tambang untuk mengangkat barang-barang berat tersebut secara bersama-sama.
Tarik tambang mulai menjadi ajang perlombaan bagi mereka sebagai hiburan dan ajang adu kekuatan. Lalu semenjak saat itu, perlombaan ini menjadi semakin populer di Indonesia serta menjadi simbol perlawanan bagi bangsa Indonesia terhadap para penjajah.
Kerupuk merupakan makanan pelengkap yang cukup populer di Indonesia. Keberadaan kerupuk bahkan telah disebutkan dalam naskah Jawa kuno sudah ada sejak sebelum abad ke-10 Masehi.
Pada masa perang, banyak rakyat Indonesia yang hanya mampu memakan nasi dan kerupuk sebagai pengganti lauk mereka. Lalu ketika perang telah berakhir, mulai diadakanlah lomba makan kerupuk guna menghibur rakyat. Selain itu, lomba ini juga diadakan untuk mengingatkan rakyat Indonesia bahwa masa-masa perang dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dan sulit tersebut akhirnya usai juga.
4.Lomba Panjat Pinang
Lomba panjat pinang di Desa Suka Damai, Mubar (Foto: adalomba.com)
Lomba panjat pinang mulai diadakan pada zaman penjajahan Belanda dahulu. Panjat pinang dahulu merupakan hiburan untuk kaum Belanda pada acara hajatan, hari ulang tahun tokoh-tokoh penting Belanda, hingga hari libur nasional. Lomba panjat pinang ini merupakan hiburan lucu bagi para kaum elit Belanda yang melihat orang-orang pribumi bersusah payah saling berebut hadiah berupa sandang, pangan, dan papan yang tidak berarti di mata mereka.
Walaupun seringkali dihubungkan dengan penindasan, lomba panjat pinang tetap diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI. Hal ini dikarenakan lomba ini juga ternyata memiliki nilai filosofi tertentu yang bermakna seperti menjadi simbol teladan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah serta simbol kerja sama, semangat, dan pantang menyerah.
Simbol semangat dan pantang menyerah merupakan makna yang paling banyak terdapat pada beberapa perlombaan 17-an. Oleh karena itu, simbol yang bermakna ini diharapkan mampu menjadi inspirasi serta penyemangat bangsa Indonesia untuk menjalani kehidupan agar dapat meraih kesuksesan, berkarya dan meraih prestasi. [hc]