ThePhrase.id – Aditya Prayoga adalah pendiri Rumah Makan Gratis. Seperti namanya, ia membagi-bagikan makanan gratis kepada masyarakat yang membutuhkan setiap harinya. Tanpa memandang bulu, pria yang akrab dipanggil Adit ini gemar berbagi.
Bukan berasal dari keluarga berada, Adit ternyata dulunya susah. Saat pertama kali merantau ke Jakarta dari Palembang, ia tidak punya uang sehingga ia tidur di mana saja. Ia pernah tidur di emperan toko, masjid, halte, stasiun hingga di bawah jembatan.
Alasannya pindah ke Jakarta adalah karena ia dulunya nakal. Di sekolah dasar, ia selalu bertengkar dengan teman-temannya. Lanjut di sekolah menengah pertama (SMP), ia hanya menjalani studinya hingga kelas 1, dan memutuskan untuk merantau karena telah dicap oleh orang-orang di sekitarnya sebagai anak yang nakal dan miskin.
Aditya Prayoga, pendiri Rumah Makan Gratis. (Foto: youtube/Rumah Makan Gratis)
Suatu ketika, saat ia diusir dari emperan toko di Jakarta, ia bertemu sebuah masjid yang mana terdapat banyak koran yang dapat diambil. Ia mengambil satu ikat dan menjualnya untuk menyambung hidupnya. Meski dulunya nakal, Adit merantau ke ibu kota dengan niat untuk menjadi orang baik. Sehingga ia dipertemukan dengan masjid. Dari situ, Adit ikut pengajian, mendengarkan ceramah, sholat, dan mengaji. Ia bahkan bertemu istrinya di masjid.
Untuk menyambung hidupnya, selain menjual koran, ia juga menyambi menjadi tukang parkir di berbagai tempat. Paling sering adalah di gereja setiap hari minggu dan di masjid setiap hari jumat. Selain itu, Adit juga berjualan apapun yang dapat dijual.
Nahas, sedang susah kepalang, ayahnya jatuh sakit. Ia juga masih memiliki adik-adik yang menjadi tanggungannya. Alhasil Adit harus berutang ke apotek untuk obat-obatan sang ayah dan berutang sana sini. Pada saat tersebut, ia hanya dapat sholat dan meminta pada Allah, sembari berusaha semampunya.
Suatu hari setelah sholat subuh di masjid, ia bertemu seorang nenek-nenek yang jalannya pincang sedang memulung di depan masjid. Ia datangi nenek tersebut dan tanya mengapa jalannya pincang. Si nenek menjawab bahwa kakinya sakit.
Saat Adit melihat kaki sang nenek, betapa kagetnya ia melihat ternyata kakinya bolong dan terdapat ulat-ulat kecil di kakinya. Iba dan tak tega, ia antarkan sang nenek ke rumahnya yang ternyata sangat jauh. Setelah bertanya pada tetangganya, ternyata si nenek hidup sebatang kara dan apabila tidak memulung tidak dapat makan.
Sepulang dari situ, Adit menceritakan pengalamannya ke sang istri. Keesokan harinya sang istri dan Adit mendatangi lagi rumah nenek tersebut karena istrinya ingin mengetahui keadaan si nenek. Betapa terkejutnya istri Adit saat melihat rumah si nenek dipenuhi kotoran hewan dan sangat tidak terawat.
Bantuan paket untuk masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (Isoman) bersama Yayasan Putra Peduli. (Foto: Instagram/rumah_makan_gratis)
Sejak hari itu, Adit dan istrinya merawat nenek tersebut. Atas bantuan teman-temannya, nenek tersebut diberikan obat untuk kakinya, dibelikan kasur karena tidak memiliki kasur, diberi makan setiap hari, hingga ajal sang nenek menjemput.
Adit pun menjalani hari-harinya berjualan seperti biasa lagi. Tak lama, ia bertemu dengan seorang bapak-bapak yang menjual speaker murotal. Ikut berjualan, dan dagangan Adit laris manis. Dalam satu hari ia sempat mendapatkan keuntungan hingga Rp10 juta, jumlah uang yang ia tidak pernah dapatkan sebelumnya.
Berdiskusi dengan sang istri, mereka memutuskan untuk menyedekahkan uang tersebut. Pada tahun 2016, akhirnya Adit mendirikan Rumah Makan Gratis (RMG) di depan rumah petaknya. Awalnya modal penuh dari uang tabungannya yang ia sisihkan untuk RMG. Makin banyak orang yang datang, akhirnya ia pindah tempat dari di aula kampung, lalu membuat tempat sederhana dari bambu, hingga ada orang baik yang menawarkan tempat untuk dipinjam.
Keadaan Rumah Makan Gratis saat berbagi makanan. (Foto: Instagram/rumah_makan_gratis)
Kini, Adit telah memiliki 5 cabang RMG yang ada di beberapa titik yaitu Cilangkap, Ciangsana, Depok, Pasar Minggu, dan Jati Sampurna. Dana untuk menjalankan RMG sehari-harinya ia dapat dari berbagai orang baik yang bersedekah, dan juga dari kantongnya.
Ia juga telah mempekerjakan lebih dari 30 karyawan yang ia gaji dari sisa sedekah dan dari uang pribadinya. RMG juga memiliki berbagai program yang membantu masyarakat yang membutuhkan seperti Program Keliling Kampung, yakni membantu fakir miskin yang sedang sakit dan juga program bantuan warga yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Tak berhenti di situ, Adit juga menampung anak-anak yatim piatu yang tidak memiliki orang tua dan tempat tinggal. Ia menampung, merawat, mengasuh, dan mengajarkan anak-anak tersebut bahasa Arab dan Inggris, serta diajarkan Al-Qur’an, tauhid, fiqih, dan lain-lain.
Aditya Prayoga dengan kedua anaknya. (Foto: Instagram/adityaprayoga_rmg)
Keberuntungan yang ia peroleh saat ini menurutnya tak lepas dari doa sang nenek yang ia pernah bantu. Sebelum nenek tersebut meninggal ia pernah mendoakan adit. “Jang, mudah-mudahan apa yang belum kamu miliki di dunia ini nanti kamu dapatkan. Jang, mudah-mudahan siapa pun yang belum pernah ketemu sama kamu, nanti kamu ketemu. Mau dia pejabat, artis, konglomerat, orang kaya, orang terkenal, nanti kamu ketemu,” ujar Adit mengenang omongan sang nenek, dikutip dari Detik.
Adit kaget mendengar doa sang nenek. Biasanya orang-orang mendoakan agar mendapatkan kesehatan dan kelancaran rezeki, sang nenek mendoakan agar dapat mendapatkan yang belum pernah ia dapatkan dan temukan sebelumnya.
Layaknya magis, RMG yang ia bina makin berkembang dengan berbagai donasi dari sana-sini. Berkat RMG tersebut juga ia dapat bertemu Ustaz Abdul Somad, Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hingga artis Baim Wong yang mendatangi RMG.
Aditya Prayoga (kanan) dengan Baim Wong (kiri). (Foto: Instagram/adityaprayoga_rmg)
Bahkan Adit juga mendapatkan hal-hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya seperti dapat membeli mobil, memiliki rumah, hingga melaksanakan ibadah umroh. Lebih hebatnya lagi, ia yang divonis tidak dapat memiliki keturunan kini telah diberi rezeki dua orang anak.
Bagi Adit, nikmat sesungguhnya adalah yang tidak dapat dibeli dengan uang. “Nikmat terbesar yang saya rasakan itu betul-betul yang gak bisa dibeli dengan uang. Dikasih sehat, dikasih anak, dan 3K (ketenangan, kebahagiaan, keberkahan),” ujar Adit.
Ia juga mengatakan bahwa niat yang baik harus dihiasi dengan SSI; Sabar, Syukur, Ikhlas. Dengan melakukan ketiga hal tersebut, maka 3K yang ia sebut akan dapat tercapai. Dan apabila tercapai, maka kehidupan ini akan lebih bermakna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. [rk]