ThePhrase.id – Akbar Apriansyah namanya. Ia adalah seorang pemuda berusia 26 tahun asal Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah yang terpilih sebagai Indonesia Youth Leader mewakili provinsi asalnya pada program dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora).
Program tersebut adalah The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) ke-48 yang berlangsung pada 4 November hingga 11 Desember 2024. Program ini akhirnya kembali digulirkan setelah sebelumnya rehat karena pandemi Covid-19.
Para peserta, Akbar Apriansyah berlayar menggunakan kapal Nippon Maru selama 38 hari lamanya untuk mengunjungi tiga negara, yakni Vietnam, Indonesia, dan kembali ke Jepang.
Akbar sendiri telah lama mengetahui program SSEAYP. Lebih tepatnya sejak tahun 2017, di mana ia beranggapan bahwa setiap program pemerintah baik program nasional maupun internasional adalah satu langkah untuk berkontribusi bagi negara dan bangsa.
"Saya sudah tahu program ini sejak 2017 tapi saat itu saya masih kuliah. Percaya saja setiap langkah kalian untuk memajukan bangsa adalah suatu kontribusi yang sangat berarti untuk Tanah Air," ujar pemuda yang akrab disapa Abay ini, dikutip dari laman Kemenpora.
Untuk diketahui, SSEAYP adalah program yang telah berlangsung sejak tahun 1974. Program ini dirancang untuk mempererat hubungan persahabatan antarnegara melalui dialog dan kolaborasi pemuda.
Tema-tema strategis seperti diplomasi pemuda, keberlanjutan lingkungan, pertumbuhan ekonomi, pengurangan risiko bencana, serta masyarakat digital menjadi fokus utama diskusi selama program berlangsung.
SSEAYP 2024 mengangkat pentingnya peran soft power dalam diplomasi pemuda ke pemuda. Program ini juga menyoroti isu-isu global seperti perubahan iklim, keberlanjutan masyarakat, serta kesehatan dan kesejahteraan.
Melalui dialog antarbudaya, para delegasi diharapkan dapat membawa wawasan baru untuk diterapkan di negara masing-masing.
Abay mengaku bahwa melalui program SSEAYP 2024 ini, dirinya jadi tahu banyak program hebat dari beberapa negara ASEAN. Dirinya berharap suatu saat ada representasi anak muda di setiap daerah di Indonesia dan ingin menjadikan momentum yang sangat penting ini untuk mengajak pemuda Indonesia bersiap menghadapi bonus demografi.
"Melalui program yang seru dan luar biasa ini saya jadi tahu tentang youth local, di mana setiap district itu ada youth localnya, jadi saya ingin menerapkannya di Indonesia sehingga kita memiliki representatif pemuda di setiap daerah mungkin lingkupnya lebih kecil dulu," harapnya.
Untuk berada di titik ini bukanlah hal yang mudah bagi Abay. Ia bukan berasal dari keluarga berada yang mudah mendapatkan akses pada berbagai hal. Ia adalah anak dari seorang tukang parkir di provinsi asalnya.
"Ayah saya bekerja sebagai juru parkir dengan penghasilan 50 ribu-100 ribu per hari dan juga sehari-hari aktif bertani di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Sedangkan, ibu hanya seorang ibu rumah tangga. Saya anak ke lima dari enam bersaudara," beber Abay.
Meskipun berasal dari keluarga yang kurang berada dan dikelilingi orang-orang terdekat sepeti orang tua dan kakak-kakaknya yang hanya lulusan SD dan SMP, Abay tak berkecil hati dan ingin bisa bangkit.
Keinginan ini ia buktikan dengan menimba ilmu hingga ke jenjang perguruan tinggi dan lulus dengan gelar Sarjana predikat Summa Cum Laude dari Universitas Esa Unggul pada jurusan hukum. Ia juga telah meniti kariernya di berbagai perusahaan besar seperti Shopee, Asuransi Astra, hingga Bank SBI pada bagian legal. [rk]