
ThePhrase.id – Sebuah video singkat berdurasi 1 menit 55 detik yang diunggah oleh akun Instagram @merawatpapua belum lama ini mendadak viral di media sosial. Video tersebut memperlihatkan seorang bocah dari Papua Pegunungan bernama Pison Kogoya yang membongkar celengannya untuk disumbangkan kepada korban banjir Sumatra.
Seorang guru dari Merawat Papua, sebuah organisasi kemanusiaan sosial yang berfokus membantu masyarakat pedalaman Papua, yang juga guru dari Pison, adalah sosok yang membagikan momen haru tersebut.
Pison dalam video tersebut ditanya oleh sang guru, "Jadi disumbangkan? Untuk?" Ia dengan lantang menjawab, "Iya, untuk Sumatra yang banjir." Ketika ditanya kenapa ingin menyumbang, Pison berkata karena para korban banjir rumahnya tenggelam, tidak ada baju dan makanan, sehingga ia merasa iba.
Celengan Doraemon yang menjadi tempatnya menyimpan upah hasil membantu tugas di rumah seperti memberi makan ayam, menyapu, dan mencabut uban orang dewasa ia bongkar dan hitung. Hasilnya, terkumpul uang Rp1.653.000. Sebesar Rp1.500.000 ia sumbangkan lewat bantuan Pak Guru melalui platform Kitabisa, dan Rp163.000 sisanya ia sisihkan untuk dibelikan kalung kepada anjing peliharaannya, Beb.
Sembari tersenyum, Pison memperlihatkan tumpukan uang receh yang telah dikaretkan. Sang guru membeberkan bahwa sebenarnya, Pison mengumpulkan uang tersebut akan digunakan untuk berlibur ke Jayapura. Seperti anak pedalaman Papua lainnya, Pison memiliki keinginan untuk berlibur ke ibu kota provinsi Papua tersebut.
Dijelaskan lebih rinci, Pison ingin ke Jayapura untuk menghabiskan libur Natal yang akan menyapa dalam waktu dekat. Ia juga ingin bermain ke Pantai Amai, destinasi wisata populer di Jayapura yang digemari masyarakat, sembari meminum air kelapa.
Tak berhenti di situ, uang hasil celengan Pison juga awalnya ingin digunakan untuk berlibur ke Danau Sentani yang kaya akan sejarah panjang, kearifan ekologis, tradisi budaya, hingga memiliki daya tarik tersendiri sebagai sebuah destinasi wisata.
Namun, setelah mengetahui bencana banjir bandang yang melanda Sumatra, melihat berbagai video yang memperlihatkan rumah terendam banjir, masyarakat mengungsi, hingga kesulitan mendapatkan makanan, Pison berubah pikiran.
Ia ingin membuka celengan tersebut untuk membantu saudara-saudara di Sumatra yang tengah kesusahan. Kepada Pak Guru Pison meminta tolong untuk mengirimkan uang tersebut ke Sumatra.

Dalam video, ketika menghitung uang, Pison juga sempat bertanya kepada Pak Guru, korban bencana yang rumahnya hanyut akan tidur di mana? Apakah mereka merasa kedinginan di pengungsian? Pertanyaan polos yang keluar dari mulutnya dijawab dengan sabar oleh sang guru.
Sontak, kemuliaan hati bocah yang baru berusia 8 tahun tersebut membuat netizen terharu. Banyak komentar yang mengatakan respect atau hormat kepada Pison. Ada juga yang berkomentar bahwa aksi simpatiknya menginspirasi untuk juga membantu korban di Sumatra.
Kisah Pison Kogoya mengingatkan kita bahwa kepedulian tidak diukur dari seberapa besar harta yang dimiliki, melainkan dari seberapa tulus keinginan untuk berbagi. Di tengah keterbatasannya, Pison menunjukkan bahwa hati yang besar bisa lahir dari sosok yang kecil, dan bahwa empati dapat menembus batas jarak, usia, maupun latar belakang.
Langkah sederhana yang ia lakukan bukan hanya meringankan beban mereka yang terdampak bencana, tetapi juga menyalakan harapan bahwa kebaikan masih hidup dan diwariskan oleh generasi muda. Dari Pegunungan Papua hingga Sumatra, Pison telah membuktikan bahwa satu tindakan kecil dapat menggugah begitu banyak hati dan menjadi pengingat bahwa setiap dari kita pun mampu melakukan hal yang sama. [rk]