ThePhrase.id – Aldino Javier, lulusan S2 Universitas Gadjah Mada (UGM) yang baru diwisuda pada Kamis (23/1) mencuri perhatian publik. Pasalnya, ia menyandang predikat wisudawan termuda dengan usia 22 tahun.
Lebih tepatnya, lulusan dari Program Studi Magister Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM ini berhasil menyandang gelar magister di usia 22 tahun 6 bulan dan 18 hari. Padahal, rata-rata usia 691 lulusan Program Magister di periode ini adalah 29 tahun 6 bulan 15 hari.
Selain menyandang predikat wisudawan termuda, Aldino juga menjadi salah satu dari 2 orang yang dinobatkan sebagai lulusan S2 tercepat di periode ini.
Diketahui, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan masa studi magister adalah dua tahun dan dua bulan. Aldino berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi ini hanya dalam kurun waktu satu tahun dan dua bulan.
Perjalanannya dalam studi S2 ini dimulai setelah ia menyelesaikan pendidikan S1 di FMIPA UGM pada bulan Mei 2023. Setelah lulus pendidikan sarjana, Aldino mencoba peluang mendaftar beasiswa program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Batch 7 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program ini merupakan beasiswa unggulan yang mengakomodasi sarjana agar lulus S2 dan S3 hanya dalam kurun waktu 4 tahun.
Aldino berhasil menjadi salah satu penerima beasiswa tersebut dan bersyukur bisa menjalankan studinya sembari tetap aktif dalam berkegiatan sosial dan melakukan penelitian. "Saya bersyukur sekali berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa ini," ungkap Aldino, dikutip dari laman resmi UGM.
Tuntutan fast track untuk menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 dalam waktu empat tahun tersebut justru semakin membuatnya terpacu untuk menyelesaikan studi secepat mungkin. Bahkan dalam waktu bersamaan, Aldino berhasil menyelesaikan tesis sembari menjadi mahasiswa doktoral di fakultas yang sama.
Salah satu faktor pendukung pemuda kelahiran Purwokerto, 27 Maret 2002 dapat menjalankan studinya dengan lancar adalah karena minat dan bakatnya yang terletak di bidang kimia. Karena ini, ia mampu menghasilkan penelitian dan karya yang inovatif, khususnya dalam pembangunan nanokatalis untuk produksi biofuel.
"Saya mencoba mengembangkan bioavtur dari sumber biomassa berupa minyak jelantah yang tidak hanya mudah didapatkan di alam, tetapi juga merupakan bentuk inovasi waste-to-wealth demi menjaga kelestarian lingkungan," tutur Aldino.
Hasil risetnya tentang proses hydrotreatment yang dirancang Aldino mampu mengubah minyak jelantah menjadi bioavtur dengan komposisi kimia yang mirip dengan avtur berbasis fosil.
Proyek-proyek pengembangan nanokatalis yang ditekuni Aldino selama tiga tahun terakhir juga telah menghasilkan sejumlah karya riset yang telah dipublikasikan di jurnal internasional. Bahkan, saat ini ia telah memiliki total 26 karya jurnal terindeks scopus.
"Saya kira ini merupakan achievement yang luar biasa bagi diri saya. Semoga ke depannya saya bisa lebih produktif lagi dan dapat menghasilkan karya-karya lainnya," tutur anak bungsu dari dua bersaudara ini.
Selain itu, meski penelitiannya masih memerlukan evaluasi dan pengembangan lebih lanjut, ia berharap riset yang digarapnya ini bisa menjadi salah satu alternatif pendukung transformasi energi kepada yang lebih berkelanjutan dan suatu saat bisa diaplikasikan pada skala industri. [rk]