leader

Ali Muharam, Jalan Terjal Bangun Usaha Makaroni Ngehe

Penulis Rahma K
Sep 07, 2021
Ali Muharam, Jalan Terjal Bangun Usaha Makaroni Ngehe
ThePhrase.id – Nama Makaroni Ngehe (Mahe) tak terdengar asing di telinga para pecinta camilan. Snack makaroni dengan bumbu pedas tersebut digemari oleh kalangan muda yang menyukai camilan pedas gurih dan bikin nagih.

Mahe didirikan pada tahun 2013 oleh seorang pebisnis bernama Ali Muharam. Meski kini sangat sukses dengan memiliki berbagai cabang Mahe di kota-kota di Indonesia, ternyata Ali harus berjuang, menyusuri jalan terjal dan jatuh bangun mendirikan usahanya.

Berasal dari Tasikmalaya, Ali merupakan lulusan SMA yang merantau ke ibu kota untuk memperbaiki nasib. Tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah tidak membuatnya berkecil hati, ia memilih untuk bekerja agar dapat menghasilkan uang untuk membantu keluarganya.

Ali Muharam. (Foto: Instagram/alvow)


Dimulai pada tahun 2005, Ali ia melakoni berbagai pekerjaan untuk bertahan hidup dari hari ke hari di Jakarta. Mulai dari menjadi tukang cuci piring di kantin Cinere Mall yang hanya digaji Rp 5.000 per hari dengan kerja 11 jam, membuka usaha warung makan di kantin perusahaan, menjaga toko baju, hingga menjadi penulis skenario sinetron telah dijalaninya.

Pada berbagai pekerjaan tersebut Ali merasakan pahitnya kehidupan pas-pasan di kota Jakarta. Ia bahkan merasakan masa-masa di mana harus tidur di emperan toko dan di masjid karena tidak memiliki timpat tinggal.

"Saya mengawali kehidupan saya sebagai perantau di Jakarta dari posisi nol banget. Mulai dari sebagai pencuci piring, kerja di warteg, saya juga kerja di restoran, saya tidak punya tempat tinggal, saya tidur di emper toko, di masjid," ujar Ali dikutip dari wawancaranya dengan Good Afternoon NET.

Ali Muharam. (Foto: Instagram/alvow)


Pada pekerjaan terakhirnya sebagai penulis skenario, kehidupannya sudah sedikit membaik, tetapi Ali mengalami penurunan dalam progress kerjanya. Hal tersebut dikarenakan ia merasa jenuh dengan rutinitas yang sama. Ia merasa tidak memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide yang ia miliki.

Akhirnya Ali pun keluar dari pekerjaan tersebut, meskipun penulis merupakan cita-cita keduanya sejak kecil. Cita-cita pertamanya adalah menjadi pembawa berita, dan cita-cita ketiganya adalah menjadi pengusaha.

Nekat, Ali mencoba kembali berjualan karena menurutnya ‘tanpa risiko tidak ada keuntungan’. Kali ini ia mencoba berjualan makaroni di jalanan yakni menggunakan gerobak. Membeli bahan dasarnya di Tasikmalaya, ia berjualan di sekitar daerah Jatinangor.

Ali Muharam saat awal membuka Mahe pada tahun 2013. (Foto: Instagram/alvow)


Selagi memulai usaha dari nol kembali, Ali dihadapkan pada kabar buruk bahwa sang Ibu meninggal dunia. Saat itu ia sangat terpuruk. Ibunya adalah orang yang paling ingin ia bahagiakan. Ketika ibunya wafat, ia sempat hendak berhenti melanjutkan usahanya karena tidak ada lagi orang yang ingin ia bahagiakan. Tetapi pemikiran tersebut hilang dan Ali pun tersadar ketika seseorang berkata padanya.

“Saya waktu itu menolong orang, dan orang tersebut sangat berterima kasih kepada saya, dia merasa sangat terbantu. Jadi pada akhirnya niat saya untuk membuka usaha yang tadinya untuk diri sendiri, saya dedikasikan harus bisa bermanfaat untuk orang lain, dan itu saya bisa merasakan bahagia,” ungkapnya.

Bangkit, ia kemudian mencoba peruntungannya untuk membuka usaha makaroni lagi tapi kali ini di Jakarta pada tahun 2013. Karena ia melihat ada peluang dari pengalamannya berjualan makaroni gerobak di Bandung. Ali meminjam uang sebesar Rp 20 juta kepada sahabatnya sebagai modal. Ia menggunakan uang tersebut untuk menyewa tempat di Jakarta Barat, membeli bahan baku, serta peralatan.

Karena masih ia jalani semuanya sendiri, bahkan Ali membeli bahan bakunya langsung ke Tasikmalaya dan ia bawa menggunakan bus, sesampainya di Jakarta ia bopong menggunakan angkot dan memanggulnya sendiri hingga outletnya.

Ali Muharam. (Foto: Instagram/alvow)


Pria kelahiran tahun 1985 itu juga yang memasak makaroni itu sendiri, menjual sendiri, membersihkan lantai seusai jam tutup sendiri, bahkan ia tidur di gerai pertamanya tersebut selama satu bulan, hanya dengan beralaskan kertas roti dan selimut.

Awalnya tidak berjalan mulus, karena kebanyakan orang hanya lewat melihat-lihat tanpa membeli. Ia kemudian mengambil aksi untuk menawarkan dagangannya kepada orang-orang yang lewat. Dari situ beberapa orang tertarik dan akhirnya membeli.

Dari mulut ke mulut, akhirnya Makaroni Ngehe mulai ramai pada bulan ke-3. Di bulan keenam, Ali memberanikan diri untuk membuka cabang karena melihat prospek yang baik. Pada bulan ke-8 ia telah membayar lunas hutangnya pada teman yang memberikan modal di awal tersebut.

Ali Muharam saat merilis bukunya yang berjudul ‘NGEHE’ pada tahun 2019. (Foto: Instagram/alvow)


Kini, selain sukses menjalani usahanya, belakangan ini Ali juga dapat mewujudkan impiannya sebagai penulis dengan merilis buku berjudul ‘NGEHE’ di tahun 2019. Buku tersebut berisikan tentang kisahnya membangun bisnis Mahe dan perjalanan hidupnya.

Ide berjualan makaroni  itu sendiri Ali dapatkan dari sang ibu. “Idenya dari ibu saya. Ibu saya waktu lebaran suka bikin cemilan makaroni yang disajikan ke tamu-tamu, waktu itu tahun 93. Dan respon dari tamu yang datang ke rumah itu mereka seneng makan makaroni,” ujar Ali.

Berinovasi, Mahe kini menjual berbagai camilan, bukan hanya makaroni. Ali mendapatkan inspirasi dari pengalamannya sewaktu kecil yang gemar jajan bihun goreng, mie goreng, dan otak-otak. Kini Mahe menjual bihun goreng, mie goreng, otak-otak, hingga cimol goreng yang dibumbui sama dengan makaroni.

Produk Makaroni Ngehe. (Foto: Instagram/ngehe_id)


Mengenai nama ‘ngehe’ dari bisnisnya tersebut, Ali mengatakan mendapatkan ide nama tersebut dari pengalaman-pengalaman masa lalunya yang ia sebut dengan ‘ngehe’. Ngehe itu sendiri merupakan kata umpatan yang Ali anggap sebagai keadaan yang tidak mengenakkan atau nyebelin.

Mengenai kesuksesannya hingga saat ini, di mana Mahe telah membuka lebih dari 30 cabang di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta mempekerjakan ratusan pekerja, Ali mengatakan bahwa dalam menjalani usaha harus bermanfaat untuk orang lain.

“Ketika kita memulai sebuah usaha, niatkan bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi agar bisa bermanfaat minimal untuk satu orang. Karena dengan demikian, bisa menilai lebih bagi keberadaan kita sebagai manusia di kehidupan ini,” pesannya. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic