lifestyle

Apa Itu Helicopter Parenting? Ini Pengertian, Ciri-ciri, dan Cara Menghindarinya!

Penulis Rahma K
Apr 06, 2024
Ilustrasi helicopter parenting. (Foto: Freepik/bearfotos)
Ilustrasi helicopter parenting. (Foto: Freepik/bearfotos)

ThePhrase.id – Setiap orang tua pasti mengharapkan semua hal yang baik untuk anak-anaknya. Hal ini diimplementasikan dengan memberikan makanan terbaik, pendidikan terbaik, hingga cara mengasuh atau gaya parenting yang terbaik.

Namun, orang tua perlu mengetahui bahwa tak semua gaya parenting cocok pada setiap anak. Dan juga terdapat beberapa gaya parenting yang justru dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak, hingga memengaruhi kesehatan mental si kecil.

Salah satu gaya parenting yang harus diwaspadai adalah helicopter parenting. Seperti namanya, helicopter parenting adalah cara asuh di mana orang tua terus mengawasi setiap aspek kehidupan sang anak bak sebuah helikopter yang "melayang di atas kepala".

Mengikuti, memerhatikan, dan terlibat dalam kehidupan anak memang penting, tetapi terlalu ikut campur dan mengatur sedemikian rupa dapat menambahkan beban bagi buah hati yang secara tidak sadar dilakukan.

Pola asuh ini utamanya berkaitan dengan kesuksesan dan kegagalan anak. Tak sedikit orang tua yang menaruh ekspektasi tinggi, terutama pada prestasi anak, sehingga mendikte dan memegang kendali penuh terhadap anak untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

Terus menerus memantau, hingga mengendalikan kehidupan anak bukanlah langkah yang baik karena pada dasarnya segala sesuatu memiliki batas, begitu juga keterlibatan orang tua. Jika tidak, anak dapat tumbuh dengan tekanan orang tua dan mengganggu mental mereka.

Apa Itu Helicopter Parenting  Ini Pengertian  Ciri ciri  dan Cara Menghindarinya
Ilustrasi helicopter parenting. (Foto: Wikimedia Commons/Greg Williams)

Alhasil, kepribadian seperti kurang percaya diri, memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, kurang berempati, kurang bisa bersikap sosial, memiliki masalah emosional, cenderung bersikap agresif, bergantung pada orang lain, dan lain-lain dapat tumbuh dan menjadi bagian dari diri sang anak seiring tumbuh kembangnya.

Tentunya orang tua tak menginginkan hal tersebut terjadi. Untuk itu, perhatikan tanda-tanda orang tua helikopter agar tak dilakukan pada anak, yakni posesif, mendominasi, memutuskan segala pilihan pada hidup anak, terlalu ikut campur masalah anak, mendikte apa yang anak harus lakukan, terlalu cemas ketika anak 'terjatuh', memilih teman untuk anak, dan lain-lain.

Orang tua perlu mengetahui bahwa anak merupakan pribadi mereka sendiri dan orang tua harus dapat membiarkan dan membiasakan anak berusaha, menghadapi tantangan, dan menyelesaikannya sendiri agar tumbuh kemandirian dan kepribadian yang baik, serta kekuatan mental.

Dikutip dari laman Kemenkas, orang tua sebaiknya memberikan kepercayaan kepada anak dengan 3 sikap di bawah ini. 

  1. Biasakan sejak kecil, anak dapat menghadapi tantangan dan kegagalan sendiri agar kekuatan mentalnya terbangun.  Jika orang tua terbiasa mengatur semuanya hingga segalanya menjadi mudah bagi anak, maka anak akan kaget ketika menemui permasalahan di masa dewasanya kelak. Menghadapi kegagalan dan tantangan adalah hal yang penting bagi anak untuk bisa berkembang dan mempelajari kemampuan baru.
  2. Membiarkan anak berusaha sendiri, biarkan anak mengetahui bagaimana rasanya kecewa. Ketika anak mengalami kegagalan atau dalam masalah, bantu mereka menghadapinya tanpa membuat keputusan besar atau melakukan sesuatu di luar kehendak anak.
  3. Ajarkan dan biarkan anak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa ia lakukan agar kelak ia bisa mandiri. 

[rk]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic