ThePhrase.id – Di tengah-tengah gaya hidup yang serba cepat, termasuk cara bekerja yang serba cepat saat ini, terdapat cara bekerja yang lebih santai tetapi efektif dalam mengerjakan tugas hingga tuntas.
Cara bekerja yang bernama slow productivity ini kemudian menjadi sebuah tren yang diikuti banyak orang. Bukan hanya di Indonesia, tetapi di berbagai negara di dunia.
Dikutip dari berbagai sumber, slow productivity didefinisikan sebagai cara bekerja yang kecepatannya lebih lambat dan tugas yang dikerjakan juga lebih sedikit dalam satu waktu.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan pengalaman bekerja yang menyenangkan agar pekerja menikmati kegiatan bekerja dan bukan hanya sebagai kewajiban yang harus dilakukan dengan cepat.
Seperti diketahui, saat ini kita hidup di era yang serba cepat, termasuk dalam bekerja. Karena itu, tak sedikit orang yang berpikiran bahwa menyelesaikan banyak pekerjaan dalam satu hari menjadikan hari tersebut hari yang baik dan produktif.
Mindset tersebut telah tertanam dalam pikiran banyak orang, sehingga kemudian terbiasa dengan cara bekerja yang serba cepat. Padahal, cara ini dapat membuat banyak orang menjadi stres dan mengalami burnout, keadaan di mana seseorang merasa sangat lelah secara fisik, mental, dan emosional.
Hal ini disebut juga sebagai productivity fallacy atau kesalahan produktivitas karena lebih mengutamakan kuantitas pekerjaan yang dapat terselesaikan, daripada kualitas pekerjaan yang dilakukan.
Productivity fallacy juga membuat orang berpikir bahwa jika kita bekerja cukup keras atau cukup cepat, dapat membuat kita mendapatkan waktu lebih untuk melakukan hal-hal yang kita sukai.
Menurut Amy Blankson, penulis dari The Future of Happines, dikutip dari laman Forbes, cara berpikir di atas adalah hal yang ironis. Ini dikarenakan menurut penelitian yang dijelaskan dalam buku The Happiness Advantage karya Shawn Achor, tertulis bahwa manusia secara ilmiah dapat menjadi lebih sukses jika dapat belajar menikmati momen atau waktu saat ini.
Belajar untuk slowing down atau memperlambat laju dalam bekerja memang merupakan hal yang tidak mudah untuk dipelajari dan dilakukan. Terutama jika telah terbiasa bekerja dengan cepat dan dikelilingi oleh pergerakan yang serba cepat.
Namun, mencoba untuk berhenti sejenak dan memikirkan ulang mindset cara bekerja tak ada salahnya. Pasalnya, bekerja dengan lebih lambat bukan hanya bermanfaat untuk mengurangi stres, tetapi juga untuk menghargai proses yamg metodis daripada yang cepat.
Bagaimana cara melakukannya? Pertama-tama, hindari mengikuti tren hustle culture dari lingkungan kerja yang toxic. Lakukan pekerjaan dengan pace sendiri sesuai dengan kemampuan diri dan kemampuan dalam mengatur waktu.
Selanjutnya, buat daftar prioritas pekerjaan yang harus dilakukan. Urutkan dari yang paling prioritas dan fokus mengerjakan secara perlahan hingga selesai tanpa terburu-buru atau terpikirkan pekerjaan lain yang belum menjadi prioritas.
Di tengah-tengah bekerja, jangan lupa untuk memberikan waktu istirahat untuk diri sendiri. Istirahat dapat dilakukan dengan berjalan meregangkan tubuh, meninggalkan meja kerja untuk sejenak, atau hal lain yang dapat mengalihkan perhatian untuk membiarkan otak beristirahat. [rk]
Tags Terkait