
ThePhrase.id – Ketika tengah berselancar di media sosial, apakah kamu pernah menemukan istilah Stoicism? Apa yang dimaksud dengan kata tersebut? Mengapa banyak orang yang menggunakannya? Kapan dan dalam konteks apa istilah ini bisa digunakan? Yuk bahas tuntas tentang Stoicism!
Stoicism atau Stoikisme, jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, merupakan sebuah aliran filsafat dari Yunani kuno yang menekankan pada pengendalian diri, ketenangan, dan kebijaksanaan terhadap berbagai hal, situasi, dan kejadian dalam hidup.
Aliran pemikiran ini pertama kali digagas oleh Zeno dari Citium di Athena, Yunani sekitar tahun 300 SM. Untuk nama Stoicism itu sendiri asalnya adalah dari Stoa Poikile, atau 'serambi berwarna', tempat para filsuf berkumpul dan mengajar.
Kala itu, para filsuf mengajarkan dan menekankan pentingnya kebajikan, rasionalitas, dan pengendalian diri untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Mereka juga mengajarkan bahwa kebahagiaan sesungguhnya bukan datang dari hal-hal eksternal seperti kekayaan atau reputasi, melainkan dari praktik kebajikan.
Di era modern seperti saat ini, Stoicism menjadi istilah yang digunakan secara luas oleh masyarakat dunia lewat media sosial. Pasalnya, Stoicism dianggap sebagai cara yang praktis untuk menghadapi berbagai permasalahan di kehidupan modern, seperti kecemasan, stres, hingga tekanan hidup modern.
Dalam zaman yang penuh dengan ketidakpastian, overload informasi, tekanan produktivitas, dan perubahan sosial yang cepat, ajaran Stoik tentang “fokus pada apa yang bisa dikontrol” dianggap relevan sebagai solusi dari tantangan yang dialami banyak orang.
Hal-hal yang bisa kita kontrol termasuk pikiran, tindakan, sikap, hingga reaksi terhadap sebuah situasi. Karena, sering kali kita tidak bisa mengendalikan hal-hal eksternal yang terjadi di luar perkiraan dan rencana.
Stoicism mengajarkan untuk membedakan antara hal-hal yang bisa dan tidak bisa dikendalikan, dan fokus untuk mengendalikan reaksi kita terhadap hal-hal yang di luar kendali demi mencapai ketenangan batin.
Secara simpel, pola pikir Stoicism mendorong seseorang untuk tidak memberikan reaksi emosional terhadap sebuah situasi yang tak dapat dikendalikan. Alih-alih tersulut emosi, pemikiran ini mengajak orang untuk legowo menerima kejadian dalam hidup, dan move on untuk mengambil langkah yang bijak untuk mengatasinya.
Stoicism mengajarkan pentingnya pengendalian emosi dan penilaian rasional, serta menganggap kebajikan sebagai kebaikan tertinggi. Filosofi ini juga mengajak seseorang untuk bersyukur, menerima keadaan dengan dada yang lapang, dan menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab.
Dengan menerapkan Stoicism, seseorang dapat mengembangkan ketahanan mental, kebijaksanaan emosional, dan hidup dengan nilai kebajikan yang membawa kebahagiaan sesungguhnya. Stoicism juga mengajarkan pentingnya penguasaan diri dan penciptaan jarak emosional yang sehat terhadap situasi sulit, yang membuat seseorang lebih tahan banting dan mampu mengambil keputusan rasional bahkan dalam kondisi yang sulit.
Lewat penjelasan ini, dapat dikatakan bahwa Stoicism bukan sekadar pemikiran spekulatif tetapi merupakan panduan hidup yang menuntun pada kedamaian batin melalui sikap pasrah namun bertanggung jawab dalam menghadapi segala situasi. [rk]