ThePhrase.id – Sebagian besar akademisi yang menjabat sebagai rektor di perguruan tinggi adalah orang-orang yang telah memiliki wawasan dan pengalaman yang luas serta pendidikan yang tinggi. Tetapi, tidak berarti harus telah berusia lanjut karena terdapat rektor-rektor yang usianya tergolong masih muda.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu rektor yang usianya tergolong muda untuk menjabat sebagai rektor. Prof Arif Satria adalah rektor termuda sepanjang sejarah IPB. Ia menjabat rektor pada usia 46 tahun dan secara resmi dilantik pada 15 November 2017.
Umur yang sangat muda dan menjabat sebagai rektor dari salah satu perguruan tinggi bergengsi di Indonesia merupakan capaian yang mengagumkan.
Arif Satria. (Foto: haipb.ipb.ac.id)
Sebelum diangkat menjadi rektor oleh Majelis Wali Amanat (MWA) IPB, Arif telah lebih dahulu menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) sejak tahun 2010 hingga 2017. Saat menjadi dekan, ia juga menyandang gelar dekan termuda di IPB.
Muda, hebat, dan berprestasi yang menyebabkan Arif dipercaya menduduki posisi penting di IPB. Ia memiliki sederet pengalaman sejak masih duduk di bangku kuliah hingga pengalaman-pengalaman profesional di bidang pertanian, kelautan dan perikanan.
Pendidikan
Pria asal Pekalongan ini merupakan alumni IPB pada jenjang sarjana dan magister. Ia merupakan lulusan sarjana Ilmu-Ilmu Ekonomi Pertanian IPB tahun 1995 dan lulusan magister Sosiologi Pedesaan IPB pada tahun 1999.
Arif Satria. (Foto: haipb.ipb.ac.id)
Arif kemudian bertolak ke negeri matahari terbit alias Jepang untuk melanjutkan studi S3-nya pada jurusan Marine Social Science di Kagoshima University, Jepang dan lulus pada tahun 2006.
Uniknya, ia belum diangkat sebagai guru besar atau profesor ketika diamanahkan menjadi rektor IPB. Baru pada tahun 2019 ia diangkat sebagai guru besar tetap dalam bidang ekologi-politik IPB.
Beragam pengalaman dan penelitian
Perbedaan bidang studi S1 hingga S3-nya membuat keahliannya beragam. Berkat pendidikan kelautan yang ia tempuh, Arif terlibat pada organisasi profesi internasional seperti American Fisheries Society, International Institute of Fisheries Economics and Trade (IIFET), Japan Regional Fisheries Society, Japan International Fisheries Research Society, dan lain-lain.
Ia juga pernah terlibat aktif dalam penyusunan berbagai kebijakan kelautan dan perikanan sejak tahun 2002. Penyusunan UU Perikanan 31/2004, Revisi UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Penyusunan Konsep Ekonomi Biru, merupakan beberapa dari kontribusinya dalam bidang kelautan dan perikanan di Indonesia.
Arif Satria. (Foto: Instagram/arifsatria10)
Ia juga pernah menjadi penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan mulai dari tahun 2012 hingga 2019. Sebelum menjadi penasihat, di awal tahun 2000-an, ia juga pernah menjadi Tim Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan (2001-2002).
Pengalaman organisasinya antara lain tergabung dalam Anggota Dewan Pengawas Perum Perikanan Indonesia (2013-2017), Anggota Dewan Kelautan Indonesia (2013-2017), Anggota Komisi Tuna Indonesia (2012-2014), Anggota Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan (2008-2011), dan lain-lain.
Ketika mahasiswa, ia aktif sebagai Presidium Senat Mahasiswa IPB, National Director, hingga menjadi salah seorang pendiri International Association of Student in Agricultural and Related Science (IAAS) Indonesia.
Di luar bidang akademik, Arif juga pernah menjadi Wakil Ketua Umum Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (2009-2011), Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (2010-2015) dan Chairman University Network for Indonesian Export Development (2018-2019).
Baru-baru ini Arif terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Musim Indonesia (ICMI).
Arif Satria terpilih sebagai Ketua Umum ICMI. (Foto: ipb.ac.id)
Pada acara Muktamar VII ICMI 6 Desember 2021 kemarin, Arif resmi terpilih menjadi Ketua Umum ICMI periode 2021-2026 menggantikan Prof. Jimly Asshiddiqie.
"Saya berterima kasih atas dukungan para peserta kongres. Insya Allah amanah yang diberikan akan dijalankan sebaik-baiknya," ujar Arif, dilansir dari laman IPB.
Melalui artikel yang ditulisnya sebelum terpilih sebagai ketua umum, Arif menyampaikan bahwa terdapat 4 agenda transformasi yang harus dilakukan ICMI untuk menghadapi 3 disrupsi yang muncul seiring perubahan-perubahan di dunia, yakni perubahan iklim, revolusi industri 4.0, dan pandemi Covid-19.
ICMI harus menjadi sumber inspirasi bangsa, ICMI harus menjadi rumah bersama umat islam, ICMI harus terus mengawal proses transisi demokrasi, dan juga memiliki kepeloporan dallam agenda aksi.
"Dalam kompetisi era disrupsi ini sulit menemukan best practice, karena semua orang dan semua negara sama-sama gamang, dan sebagian sedang belajar. Orientasi pada best practice semata akan membuat kita selalu menunggu langkah orang lain dulu, sehingga memposisikan kita sebagai pengikut saja. Tetapi, dengan orientasi future practice maka kita akan memulai langkah sendiri dan lalu kita menjadi acuan," ujar Arif dalam artikelnya.
Arif Satria. (Foto: Instagram/arifsatria10)
Dari segi penelitian dan publikasi, Arif juga telah banyak berkontribusi baik di jurnal nasional, internasional, hingga menjadi kolumnis ekologi-politik. Beberapa penelitiannya adalah aktif dalam konsorsium internasional yaitu Community Conservation Research Network Project (2012-2018) berpusat di Kanada, bekerja sama melakukan penelitian dengan instansi pemerintahan dan Civil Society Organization (CSO) internasional, hingga pernah menerima dana hibah penelitian Kemenristekdikti pada 4 bidang penelitian dalam kurun waktu 6 tahun (2011, 2012, 2016-2019).
Penghargaan
Dengan berbagai pengalaman yang dimilikinya, Arif mendapatkan berbagai penghargaan. Beberapa penghargaan nasional di antaranya:
Second Winner of The Academic Leader Award - Dosen dengan Tugas Tambahan sebagai Rektor Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) (2019)
Penghargaan sebagai Akademisi yang telah Mendukung Pengembangan SDM Perikanan dan Penyuluhan Perikanan tahun 2013. Penghargaan dari Menteri Kelautan dan Perikanan RI
Satyalancana 10 tahun pada tahun 2013 dari Presiden Republik Indonesia
Penghargaan Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa 2009 Bidang Ilmu Pengetahuan dari Mendiknas
Sedangkan penghargaan internasionalnya antara lain Kagoshima University Network Ambassador (2011) dan The First Winner of Yamamoto Award for the Best Paper at International Institute for Fisheries Economics and Trade (IIFET) Conference (2008). [rk]