ThePhrase.id – Seorang model biasanya dikaitkan dengan image tubuh yang langsing dan kecil. Namun, seiring berkembangnya zaman, standar menjadi model pun tak harus melulu seperti itu. Ashley Graham adalah salah satu model yang menjadi pioneer model plus-size di industri fashion dunia.
Ashley merupakan model berkebangsaan Amerika Serikat yang memiliki proporsi plus-size, atau ia lebih senang menyebutnya curvy. Namanya dikenal sebagai pioneer model curvy di dunia dan ia merupakan wajah model curvy pertama berbagai brand kelas dunia.
Perempuan kelahiran Oktober 1987 ini telah memulai karier bermodelnya sejak masih belia. Di tahun 2000 ia ditemukan oleh agensi I & I saat sedang berbelanja di Oak View Mall di Omaha, Nebraska. Ia kemudian menandatangani kontrak dengan agensi Wilhelmina Models. Di tahun 2003, ia berpindah ke Ford Models.
Ashley Graham. (Foto: instagram/ashleygraham)
Selama masa remajanya, ia menjadi model untuk katalog, majalah remaja, dan iklan. Ia juga pernah muncul pada majalah Glamour (2009) pada editorial 'These Bodies are Beautiful at Every Size' atau dalam bahasa Indonesia 'Tubuh Ini Cantik di Setiap Ukuran'. Ia telah menjadi model curvy sejak dahulu.
Ashley juga menjadi model berbagai brand plus-size internasional seperti Marina Rinaldi, Addition Elle, dan Evans, serta menjadi model untuk berbagai departemen store seperti Bloomingdale's, Macy's, Nordstorm, dan Target.
Di tahun 2012, sosoknya juga telah terpampang di billboard di New York saat menjadi model untuk Lane Bryant. Di tahun yang sama ia juga menjadi Full Figured Fashion Week's Model of the Year. Bahkan, di tahun 2013 Ashley juga menjadi desainer untuk Addition Elle untuk koleksi lingerie mereka.
Meski telah berkiprah di dunia modeling belasan tahun, namanya belum dikenal secara global sebagai seorang supermodel. Ia lebih banyak menjadi model untuk brand-brand plus-size. Stigma dan image bahwa seorang supermodel yang berjalan di runway internasional untuk brand-brand kelas atas harus bertubuh langsing dan kecil masih lekat.
Ashley Graham. (Foto: instagram/ashleygraham)
Namun, ia berhasil memecahkan stigma tersebut ketika ia menjadi model curvy pertama yang muncul di majalah Sports Illustrated Swimsuit Issue saat menjadi model untuk brand swimsuitforall pada campaign #CurvesInBikinis di tahun 2015.
Satu tahun setelahnya, ia berhasil menjadi model di cover majalah yang sama, Sports Illustrated Swimsuit Issue. Ia merupakan model curvy pertama yang menjadi cover untuk majalah ini. Dari sini, namanya mulai dikenal di industri fashion secara global.
"Ini adalah pengalaman yang membuka mata bagi saya, bahwa 'Ya Tuhan, saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan'. Ketika Anda diberi cover SI (Sport Illustrated) dan memanfaatkannya, Anda bisa menaklukkan dunia," ungkap Ashley.
Pasalnya, SI merupakan salah satu majalah olahraga ternama di Amerika Serikat. Sedangkan SI versi Swimsuit Issue menampilkan fashion baju renang perempuan di mana modelnya terdiri dari atlet, selebriti, hingga fashion model. Terdapat sebuah stigma bahwa ketika seorang model telah menjadi cover dari majalah SI Swimsuit Issue, maka ia telah menjadi supermodel.
Ashley Graham. (Foto: instagram/ashleygraham)
Benar saja, setelah menjadi cover SI, Ashley kemudian dilirik oleh berbagai brand kelas dunia. Sejak itu ia telah menjadi model runway untuk desainer seperti Michael Kors, Dolce and Gabbana, H&M, Tommy Hilfiger, dan lain-lain. Ia bahkan merupakan model curvy pertama yang berjalan di runway beberapa merek ternama tersebut.
Body Positivity
Namun, segala kesuksesan dan ketenarannya ini tidak lepas dari body positivity yang Ashley pegang teguh. Body positivity adalah sikap menerima segala bentuk, ukuran, dan kemampuan tubuh. Meskipun tubuh yang dimiliki bukanlah yang menjadi standar industri pada umumnya.
Seperti yang kita ketahui, tak sedikit perempuan maupun laki-laki di dunia yang kesulitan menerima dirinya sendiri sebagaimana adanya. Mereka melihat standar yang ada di dunia dan menjadikannya patokan, dan berpikir dirinya tidaklah cantik atau bertubuh bagus karena tidak seperti standar tersebut.
Semakin berkembangnya zaman, standar tersebut perlahan bergeser kepada menerima apa adanya. Berbagai merek fashion mulai menggunakan model berbagai bentuk tubuh dan warna kulit, begitu juga dengan produk kecantikan yang mengajak semua orang untuk menerima dirinya sendiri dan bahwa mereka adalah versi terbaik dari dirinya.
Ashley Graham. (Foto: instagram/ashleygraham)
Ashley, merupakan salah satu pioneer yang mengelukan hal ini dan membuktikan bahwa dirinya bisa dan diterima oleh dunia dengan menjadi dirinya sendiri. Ia memberi titel dirinya sebagai body activist, yang menyebarkan kesadaran pada dunia tentang body positivity melalui pekerjaannya sebagai model.
"Saya merasa bebas begitu saya menyadari bahwa saya tidak akan pernah cocok dengan cetakan sempit yang diinginkan masyarakat untuk saya. Saya tidak akan pernah cukup sempurna untuk industri yang mendefinisikan kesempurnaan dari luar ke dalam. Dan itu tidak apa-apa. Lipatan badan, curves, selulit, semuanya. Saya suka setiap bagian dari diri saya," ujar Ashley ketika menjadi pembicara pada TEDx talk.
Ibu dari tiga anak ini dapat bersikap sangat positif terhadap industri fashion yang cukup garang terhadap proporsi tubuh dan sangat percaya diri berkat pengalamannya. Sama seperti perempuan di luar sana, saat masih remaja di awal ia meniti kariernya sebagai model, ia tak merasa percaya diri dan ia tak senang melihat dirinya di depan kaca.
Ashley Graham. (Foto: instagram/ashleygraham)
"Sebagai seorang model muda, kepercayaan diri saya ditarik ke segala arah yang berbeda. Saya kesulitan untuk mencapai kepercayaan diri yang sebenarnya. Saya akan pulang ke rumah dan melihat ke depan cermin, dan hanya membenci apa yang saya lihat," tutur Ashley.
Bahkan, untuk mengisi kekosongan dalam dirinya, ia mulai mencari validasi kepada pihak eksternal seperti orang lain. Padahal, ia belum mencintai dirinya sendiri. Namun, pada perjalanannya tersebut, ia menemukan dirinya. Ketika banyak anak muda menemukan dirinya di bangku kuliah, ia menemukan dirinya di sela-sela pemotretan, casting, dan catwalk.
"Ibu saya memberitahu dan mengajari saya bahwa kecantikan sejati datang dari dalam, dan validasi serta harga diri juga harus datang dari dalam. Di saat-saat kepercayaan diri saya yang paling rendah, ini lah momen di mana saya menyadari bahwa saya harus mendapatkan kembali tubuh dan image-nya sebagai diri saya," ujar Ashley.
Ia bangkit dan membuktikan bahwa ia bisa. Terutama pada orang-orang di industri fashion yang pernah berkata padanya bahwa ia tidak akan bisa masuk pada majalah, bahkan menjadi cover majalah. Ashley membuktinya mereka salah dengan pernah menjadi cover 5 majalah dalam satu tahun. Majalah-majalah yang pernah memasang dirinya di cover adalah majalah-majalah ternama seperti Vogue, Cosmopolitan, SELF, Elle, New York Magazine, dan masih banyak lagi.
Ashley Graham. (Foto: instagram/ashleygraham)
Dengan segala pengaruh yang ia miliki sekarang, ia ingin menjadi inspirasi bagi perempuan muda di seluruh dunia. Ia ingin mereka tidak percaya pada orang-orang yang mengatakan mereka tidak bisa, dan mulai percaya pada diri mereka sendiri.
"Jangan biarkan siapa pun memberi tahu Anda bahwa Anda tidak bisa. Goal saya adalah memberikan suara kepada wanita muda. Untuk memberikan suara kepada wanita muda yang berjuang untuk menemukan seseorang yang bisa mereka kagumi. Untuk gadis yang kesulitan untuk melihat ke cermin dan mengatakan 'I love you'. Untuk wanita yang merasa tidak nyaman mengekspresikan kepercayaan diri mereka," ungkapnya. [rk]