ThePhrase.id – Pernah merasa mati rasa dan kehidupan serasa berjalan tanpa kendali dari diri sendiri? Bisa jadi kamu sedang menjalani autopilot living. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menjalani hidup secara otomatis, tanpa kesadaran dan keterlibatan penuh dalam aktivitas sehari-hari yang dijalani.
Autopilot sendiri adalah sebuah mode atau sistem yang memungkinkan sebuah kendaraan berjalan sendiri tanpa ada pengemudi yang mengoperasikannya. Di dalam kehidupan manusia, orang yang berada dalam mode autopilot dapat mengambil keputusan atau melakukan tindakan secara refleks karena kebiasaan dan rutinitas, bukan karena sadar melakukannya.
Fenomena ini kerap terjadi ketika seseorang telah melakukan rutinitas monoton yang berulang setiap hari. Maka dari itu, aktivitas yang dilakukannya dapat terjadi begitu saja tanpa kendali atau tanpa keputusan secara sadar.
Contohnya, kamu mungkin pernah tiba-tiba sudah sampai di tempat kerja tanpa mengingat perjalanan, atau menyantap makanan sambil menatap layar tanpa benar-benar menikmati rasa atau momen tersebut.
Mode autopilot yang dilakukan manusia pada dasarnya merupakan mekanisme alami otak untuk menghemat energi, terutama untuk melakukan aktivitas yang berulang. Namun, jika autopilot living terjadi secara terus menerus, maka dapat menurunkan kualitas hidup, membuat kehilangan tujuan, hingga membuat seseorang merasa tidak utuh.
Dalam jangka panjang, kondisi ini juga bisa memicu kelelahan mental (burnout), kecemasan ringan, atau bahkan depresi yang tidak disadari.
Beberapa penyebab umum seseorang masuk ke mode autopilot termasuk tekanan pekerjaan, tuntutan sosial, serta kebiasaan multitasking yang mengurangi kehadiran penuh dalam aktivitas sehari-hari. Overload informasi digital dan kurangnya waktu untuk berhenti sejenak juga memperparah kecenderungan ini.
Bagaimana cara mengatasinya? Terdapat berbagai langkah yang bisa dilakukan untuk keluar dari kehidupan autopilot. Pertama-tama adalah dengan meningkatkan kesadaran diri atau mindfulness dalam menjalani keseharian. Ini merupakan teknik untuk melatih diri agar fokus dan aware dengan momen yang sedang berlangsung.
Kamu bisa memulainya dengan latihan sederhana, seperti menarik napas dalam selama satu menit di pagi hari sebelum mulai beraktivitas, atau melatih kesadaran saat makan dengan benar-benar memperhatikan rasa, aroma, dan tekstur makanan.
Selain itu, refleksi dan evaluasi diri juga penting untuk mengatasi autopilot living. Dengan langkah ini, kamu dapat mengevaluasi kembali tujuan hidup dan hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencapai itu, serta menghilangkan yang menjadi penghalang. Menulis jurnal harian, membuat daftar syukur, atau sekadar meluangkan waktu untuk merenung setiap akhir pekan bisa membantu kamu kembali terkoneksi dengan diri sendiri.
Terakhir, untuk menghindari kegiatan monoton setiap hari, lakukanlah kegiatan baru yang positif untuk membuat hidup lebih berwarna. Sebagai contoh, kamu bisa mengambil kelas online untuk meningkatkan skill di akhir pekan, berolahraga di outdoor sepulang kantor, hang out dengan teman, membaca buku, dan lain-lain. Cobalah juga untuk menyisipkan waktu “tanpa layar” setiap hari, di mana kamu benar-benar melepaskan diri dari ponsel atau laptop, dan hadir penuh dalam aktivitas nyata.
Perlu diingat, tidak semua mode autopilot bersifat buruk. Dalam situasi tertentu, seperti menyikat gigi atau menyetir dengan rute yang sangat akrab, otak secara otomatis mengambil alih untuk menghemat energi. Namun, yang perlu diwaspadai adalah ketika pola ini merambah ke aspek hidup yang seharusnya dijalani dengan kesadaran penuh, seperti hubungan, pekerjaan, dan tujuan hidup. [rk]