ThePhrase.id – Pengajar dan ilmuwan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya Fahmi Mubarok masuk sebagai finalis yang dinominasikan pada Innovation Price European Patent Office (EPO) di European Inventor Award 2022.
Meski belum berhasil keluar sebagai pemenang, Fahmi telah mengharumkan nama bangsa karena dapat masuk sebagai finalis. Pasalnya, European Inventor Award ini merupakan salah satu penghargaan inovasi paling bergengsi di Eropa. Bahkan, dianggap yang bergengsi nomor dua setelah Nobel Award di antara kalangan peneliti di Eropa.
Penemuannya yang diikutsertakan pada penghargaan ini berfokus pada sektor material. Temuannya tersebut berjudul pelapis keramik semprot termal untuk memperpanjang umur produk atau dalam bahasa Inggris, thermal spray ceramic coating.
Dilansir dari IDN Times, teknologi thermal spray coating ini merupakan teknologi yang awalnya dianggap mustahil untuk ditemukan. Tak sedikit juga ilmuwan yang berhenti di tengah jalan ketika meneliti teknologi ini karena merupakan temuan yang sulit.
Fahmi Mubarok (kanan) dan Nuria Espallargas (kiri) yang berhasil menjadi finalis European Inventor Awards 2022. (Foto: its.ac.id)
Thermal spray coating merupakan teknologi untuk melapisi suatu bahan, tujuannya untuk memperpanjang masa pakai komponen dan melindunginya dari keausan dan paparan bahan kimia.
"Mereka mengatakan bahwa ini adalah teknologi yang sulit untuk berkembang karena banyak sekali tantangan di sana. Dan itu kemudian yang kita coba ambil tantangannya dan kita mencoba berbagai cara. Saya membutuhkan hampir dua tahun dan di antara dua tahun ini, memang banyak sekali kegagalan," ujar Fahmi, dilansir dari IDN Times.
Ide penelitian ini telah dimulai sejak ia masih menempuh pendidikan S3. Kala itu, ia tertarik dengan beberapa jenis pelapis pada keramik, terutama golongan karbida dan nitride yang memiliki bobot ringan dan ketahanan temperatur yang tinggi.
Pelapis keramik ini sangat diminati di industri, namun teknik yang tersedia mengharuskan proses dilakukan pada kondisi vakum. Hal ini untuk memicu agar jenis pelapis kerakmik dapat diproses pada kondisi atmosfer dengan teknik semprot termal, yakni bahan dipanaskan hingga suhu lebih dari 2.500 derajat celcius dan diarahkan pada benda yang akan dilapisi.
Fahmi Mubarok ST MSc PhD (kanan) dan Prof Nuria Espallargas (kiri). (Foto: epo.org)
Teknologi ini memakan biaya yang jauh lebih terjangkau dibandingkan menggunakan kondisi vakum dan lebih efektif, di mana dapat menjangkau objek yang lebih luas untuk dilapisi. Sebelumnya teknologi ini dianggap mustahil, dikarenakan keramik cenderung menguap ketika dipanaskan pada suhu tinggi.
Tak sendiri, ia bersama seorang peneliti asal Spanyol bernama Nuria Espallargas yang juga merupakan profesornya saat Fahmi menimba ilmu program doktor atau S3 di Norwegian University of Science and Technology di Norway.
Nuria memberikan tantangan pada Fahmi untuk meneliti ini, karena Fahmi juga dirasa memiliki dasar ilmu mengenai karbida. Pasalnya, saat menimba ilmu magister di Technische Universität Hamburg atau Hamburg University of Technology Fahmi meneliti mengenai karbida.
Masa penelitian dosen Teknik Mesin ITS ini dimulai sejak tahun 2010 dan di tahun 2012 baru berhasil menemukan teknologi tersebut.
"Pada 2012, kami berhasil menciptakan bubuk silikon karbida yang dapat disemprotkan secara termal dan menghasilkan lapisan keramik tahan lama," ujar Fahmi, dilansir dari laman resmi ITS.
Fahmi Mubarok ST MSc PhD. (Foto: its.ac.id)
Tapi tak berhenti di situ, ia harus melewati serangkaian proses uji coba ke industri terkait untuk mengetahui apakah produk tersebut cocok di terapkan pada berbagai produk industri. Enam tahun lamanya ia melakukan pengembangan dan pengenalan kepada industri terkait. Tak sedikit juga orang-orang yang pesimis karena banyak penelitian yang sebelumnya gagal.
Ia juga mengajukan hak paten di tahun 2012 dengan bantuan biro transfer teknologi pada universitas terkait. Di tahun 2014, Fahmi dan Nuria mendirikan Seram Coatings untuk mengkomersialkan material kompositnya yang kemudian disebut dengan thermaSiC. Paten baru mereka dapatkan di tahun 2018.
"Nah, kemudian di tahun 2018 itu, mulai banyak yang benar-benar engage dengan produk kita. Terus 2020 sampai 2022 ini, bener-bener kita matangkan dengan industri sampai akhirnya ya 2022 ini baru terlihat hasil yang nyata bahwa industri percaya dengan produk kita. Mereka berani order dan sebagainya," tutur Fahmi.
Hingga saat ini, Seram Coatings telah menginvestasikan hampir 1 juta euro dengan tujuan membangun fasilitas semprotan termal mereka sendiri. Hal ini untuk memudahkan dalam membuat dan menguji pelapis untuk klien di lokasi.
Fahmi Mubarok ST MSc PhD. (Foto: its.ac.id)
"Tim riset dan pengembangan kami akan terus melakukan penelitian untuk menciptakan versi baru dari ThermaSiC dan produk baru dengan tujuan memasuki pasar baru," ungkapnya.
Bahkan, temuan ini selanjutnya akan diuji bekerja sama dengan European Space Agency atau Badan Antariksa Eropa. Tujuannya adalah untuk pengujian ketahanan lapisan dalam menahan abrasi dari pasir di bulan dan Mars.
Fahmi juga berharap dalam delapan hingga sepuluh tahun ke depan, Seram Coatings melihat potensi untuk menjual 225.000 kilogram ThermaSiC per tahunnya. Ini berarti mencapai sekitar 2,0 persen pasar global untuk keramik bahan baku yang digunakan dalam lapisan semprot termal.
"Saya berharap ThermaSiC dan pengembangan produk baru dari keramik ini dapat memberi manfaat luas bagi semua kalangan, sehingga mempercepat proses perkembangan teknologi maju di masa depan," tutup Fahmi. [rk]