ThePhrase.id – Timnas Singapura dan para penggemarnya patah hati. Mereka kandas di kaki dan kepala para pemain Indonesia, dalam semifinal Piala AFF 2020.
Di pertandingan leg pertama kedudukan imbang 1-1. Kemudian pada leg kedua kalah 2-4, Sabtu, (25/12) malam.
Timnas Singapura - Foto FAS
Proses kekalahan 2-4 itulah yang meninggalkan rasa pahit luar biasa. Karena Singapura sampai sempat bermain dengan 8 orang, menyusul 3 kartu merah yang diterima pemainnya.
Kartu merah dicabut buat Safuwan Baharudin menit ke-45, Irfan Fandi menit 67, dan Hassan Sunny menit 119. Laga Indonesia vs Singapura memang berlangsung hingga perpanjangan waktu.
Tapi semua drama yang terjadi di lapangan, pada kenyataannya tidak memihak Singapura. Negeri Singa terluka di rumah sendiri.
Indonesia vs Singapura - FAS
Dan, ternyata hebatnya skuad The Lions bisa menyikapi kekalahan dan kegagalan ini dengan jiwa besar. Meski perasaan mereka seperti dihujani batu dari langit.
"Meski kami kehilangan beberapa pemain karena kartu merah, kami tidak menyerah dan saya tersentuh oleh semangat juang mereka," lata Tatsuma Yoshida.
Menurut Tatsuma Yoshida, ini merupakan penampilan terbaik mereka sejak dirinya menjadi pelatih Singapura pada Mei 2019. Ia juga menyatakan senang dan bangga bekerja dengan tim.
Indonesia vs Singapura - Foto FAS
Ia menambahkan mentalitas pantang menyerah ini adalah hal terpenting. Menurutnya Timnas Singapura menunjukkan bisa berkembang, lebih kuat, dan membawa sepak bola ke tingkat yang lebih tinggi.
"Keputusan wasit? Itu sudah final. Jika wasit mengatakan itu pelanggaran, ya pelanggaran. Jika mengatakan itu kartu merah, ya merah. Kami harus menerima, itulah sepak bola. Meski sulit diterima, kami harus menerimanya," imbuhnya.
Saling Memotivasi
Pencetak gol kedua Singapura, Shahdan Sulaiman, sepakat dengan pelatihnya bahwa tidak perlu mengkritik keputusan wasit. Karena tugas pelatih dan pemain hanya fokus ke lapangan permainan.
Momen Gol Shahdan Sulaiman - Foto FAS
"Kami tidak bisa mengontrol keputusan wasit, kami lebih fokus melanjutkan pertarungan dengan apapun yang kami miliki. Bahkan itu hanya dengan 8 orang di lapangan,” ujarnya.
Ia manambahkan bahwa timnya terus saling memotivasi di lapangan, terlepas dari kekurangan jumlah pemain.
“Kami memberikan segenap hati dan jiwa kami di lapangan. Kegagalan tahun ini menjadi modal tahun depan. Semoga kami bisa membangun tim muda dan berpengalaman di turnamen berikutnya," imbuhnya.