ThePhrase.id – Ketika banyak orang beranggapan bahwa seseorang bisa meriah kesuksesan jika menekuni karier yang sejalan dengan jurusan yang diambil saat kuliah, Budi Hartoyo membuktikan sebaliknya.
Lulusan jurusan Matematika dari Fakultas Sains Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair) ini kini berkiprah sebagai penggerak yayasan sosial. Meskipun fokusnya berbeda dari program studi yang ditekuninya, Budi tetap dapat meraih kesuksesan di dunia sosial.
Selama 20 tahun terakhir, Budi memegang peran kunci di Forum Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Kota Surabaya. Ia juga merupakan sosok penting pada berbagai yayasan seperti Bilyatimi Peduli Nusantara yang ia dirikan, Peduli Pendidikan, dan Yatama Saadah Barokah.
Sebelum mendirikan Bilyatimi, Budi terlebih dahulu aktif dalam berbagai yayasan dan perkumpulan, antara lain Yayasan Himmatun Ayat, Yayasan Wakaf Pendidikan Yatim ASEAN, Yayasan Peduli Pendidikan Kota Pahlawan, Perkumpulan FKPAIS, Perkumpulan Forum Yatim ASEAN, dan lain-lain.
Perjalanannya terjun ke dunia sosial dimulai ketika ia tengah berkuliah di Surabaya. Kala itu, Budi sebagai sosok yang memiliki rasa ingin tahu tinggi dan pemikiran yang kritis aktif tak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga aktif berorganisasi.
Ia tergabung dengan Himatika sebagai Divisi Riset hingga Kerohanian Islam. Pasalnya, ia senang membangun pertemanan dengan teman-teman lintas jurusan. Sehingga, ia selalu menyempatkan kegiatan bersosialisasi di sela-sela kuliahnya.
Dengan rekan-rekan dari jurusan lain tersebut, kegiatan yang dilakukannya antara lain memberikan bimbingan belajar untuk anak-anak terlantar di Liponsos Keputih.
Bermula dari situ, ia mulai rajin mengamati fenomena sosial di sekitarnya. Salah satu pengalaman yang tak ia terlupakan adalah ketika menemukan anak-anak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang alih-alih belajar atau bermain dengan teman sebayanya, mereka justru sedang memilah sampah.
"Pemandangan itu membuat saya terenyuh. Di sana banyak anak yang tidak sekolah, dan yang bersekolah pun terganggu belajarnya karena harus membantu orang tua. Dari situ, saya berinisiatif membuat kegiatan untuk membangkitkan semangat mereka supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik," ujar Budi, dikutip dari laman resmi Unair.
Berangkat dari pengalaman ini, Budi kemudian memulai kiprahnya di bidang sosial sebagai relawan selama tiga tahun, hingga bergabung ke dalam lembaga sosial untuk belajar dari pengalaman praktis. Tujuannya adalah untuk memperkuat niat dan komitmennya dalam menekuni bidang ini.
"Selama tiga tahun itu, saya berusaha membantu semaksimal mungkin tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Kemudian, saya bergabung ke salah satu lembaga sosial untuk mempelajari dua hal penting, yaitu struktural dan kultural lembaga sosial itu bagaimana," ucapnya.
Setelah lulus dan memiliki bekal yang cukup untuk memfokuskan hidupnya pada bidang sosial, Budi kemudian mendirikan sebuah yayasan sebagai solusi nyata dalam mengatasi permasalahan masyarakat.
Budi menjelaskan bahwa hal pertama yang harus diperhatikan dalam mendirikan yayasan adalah niat. Menurutnya, dalam situasi paling sulit sekalipun, niat yang kuat akan membantu seseorang untuk tetap bertahan.
"Setelah lulus dari UNAIR saya termasuk orang yang menyeberang dari kebiasaan. Ijazah saya dan legalisir yang diberikan sejak itu belum pernah saya pakai untuk melamar pekerjaan. Saya banyak menekuni apa yang ada di sekitar dan akhirnya lebih banyak berkecimpung di dunia sosial," jelas Budi.
Tak hanya berfokus pada pendidikan, yayasan sosial yang Budi gagas juga berfokus pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat. Salah satu inisiatifnya adalah pemberdayaan usaha pengolahan ikan asap, yaitu grosir ikan Fresh Barokah. Tujuannya untuk membantu lembaga sosial tetap eksis sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Selain itu, saat pandemi Covid-19 Budi dan rekan-rekannya juga tetap menjalankan program pemberdayaan masyarakat seperti pelatihan budi daya ikan lele dalam ember hingga pembuatan hidroponik.
Inisiatif ini kemudian mengantarkan Budi meraih penghargaan Juara I LKS di tingkat Jawa Timur dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, serta Juara II LKS di tingkat nasional dalam ajang Padmamitra Award. [rk]