ThePhrase.id – Tak semua orang menggeluti pekerjaan yang sama dengan bidang studi yang dipelajarinya semasa menimba ilmu. Begitu juga dengan Janu Muhammad, seorang agri-sociopreneur yang kini fokus berbisnis lewat Sayur Sleman meskipun latar belakangnya adalah seorang lulusan dari bidang Geografi.
Pemuda yang akrab disapa Janu ini merupakan penerima beasiswa LPDP yang menempuh studi S2 di University of Birmingham, Inggris. Ia memilih program studi Human Geography, melanjutkan studi S1 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada jurusan Pendidikan Geografi.
Keputusannya untuk mempelajari Geografi didorong oleh minatnya pada bidang studi ini. Ia mengaku bahwa ia gemar mempelajari tentang ilmu alam dan juga ilmu manusia. Geografi yang merupakan perpaduan dari dua rumpun, yaitu ilmu sosial dan ilmu alam menjadi jawaban dari hasratnya tersebut.
Setelah merampungkan pendidikannya di Inggris selama satu tahun, Janu memilih untuk kembali ke kampung halamannya di Sleman, Yogyakarta. Banyak yang dilakukan Janu di Sleman setelah lulus, seperti mendirikan kampus bersama beberapa rekannya hingga mendirikan sekolah Islam yang terdiri dari jenjang TK hingga SMP.
Kiprahnya didasarkan oleh latar belakang pendidikan semasa kuliah S1-nya. Ia mengurus segala hal untuk mendirikan dua sekolah tersebut, mulai dari pendirian, perizinan, merekrut guru, mencari siswa, hingga menjadi kepala sekolah. Padahal, kala itu usianya baru menginjak 25 tahun.
Meski tak ada penyesalan, karena berbagai peran yang dijalaninya, lambat laun Janu mulai merasa lelah dan kehilangan sesuatu. "Jadi ada sesuatu yang hilang menurut saya. Seperti mungkin kegemaran lain, hobi, beraktivitas sosial, ataupun komunitas," bebernya.
Kegundahannya ini kemudian terjawab pada tahun 2020 ketika pandemi melanda dan menghantam seluruh sektor. Tak terkecuali kedua orang tua Janu yang berprofesi sebagai buruh tani dan penjual hasil bumi.
Melihat orang tuanya kesusahan menjual dagangannya yang makin hari makin sepi pembeli, Janu berinisiatif untuk membantu dengan menjajakan produk-produk di pasar seperti sayur mayur lewat media sosial, yaitu Instagram dan WhatsApp.
Tak disangka, ia dapat membantu orang tuanya dengan pesanan yang lumayan, yaitu 15 hingga 20 pesanan setiap harinya. Tetapi, di sisi lain ia juga mulai kewalahan dengan jadwalnya yang padat, yaitu menyiapkan pesanan sayur di malam hari, mengantar pesanan setelah subuh, dan berada di sekolah untuk mengajar sebelum jam setengah tujuh pagi.
Setelah menjalaninya selama satu tahun, ia memantapkan hatinya untuk meninggalkan profesi guru dan menekuni usaha berjualan sayur yang kemudian diberi nama "Sayur Sleman". Keputusan ini membuat Janu memiliki waktu yang lebih fleksibel karena ia bisa bekerja dari rumah dan meningkatkan interaksi dengan keluarga dan masyarakat.
Meski pada awalnya sempat mengalami kesulitan dalam mengembangkan Sayur Sleman, ia tak cepat menyerah dan juga berpuas diri. Keuletannya dalam meniti bisnis ini membuahkannya ide untuk mengikuti kompetisi dari United Nations Development Program (UNDP) Indonesia.
Ide inovasi tentang Sayur Sleman milik Janu berhasil memenangkan kompetisi tersebut. Alhasil, Janu mendapat dana dan fasilitas yang cukup untuk bisa mengembangkan usahanya. Ia bahkan bisa mengembangkan Sayur Sleman melebihi menjadi sekadar platform pemesanan sayur online.
Janu menginisiasi beberapa program lain seperti program "Sayur Sleman Berbagi" yang membantu masyarakat yang masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menyalurkan donasi dari dermawan kepada warga kurang mampu dalam bentuk paket sayur, lauk, dan buah.
Selain itu, ada juga program "Sayur Sleman Academy" yang memberikan pelatihan untuk menumbuhkan minat berwirausaha sosial (social entrepreneurship) bagi generasi muda maupun masyarakat umum. Tujuannya adalah untuk mengajak anak muda agar mau terjun pada sektor pertanian dan bertani.
Di luar kesibukannya di Sayur Sleman, Janu juga aktif dalam kegiatan lain seperti di komunitas petani milenial yang mengantarkannya menjadi salah satu Duta Muda Pertanian dari Kementerian Pertanian.
Selain itu, ia juga rajin mengikuti pertemuan seperti temu petani milenial se-ASEA dan menjadi Community Manager pada RCE Regional Youth Coordinator for Asia-Pacific Ia juga mengikuti kegiatan di Equity initiative yang telah mengantarnya ke berbagai negara. Bahkan, ia menjadi delegasi Indonesia di 2024 One Young World Summit, ASEAN Youth Fellow dan lainnya. [rk]