ThePhrase.id – Apakah kamu pernah mendengar istilah anger language? Selain love language, dalam hubungan kita juga perlu mengetahui anger language diri sendiri dan pasangan. Tetapi, apa itu anger language?
Sama seperti love language yang merupakan bahasa cinta atau cara seseorang mengekspresikan dan mengharapkan rasa cinta, anger language adalah bahasa amarah atau cara seseorang meluapkan atau menunjukkan perasaan amarah dalam dirinya.
Tujuan mencari tahu anger language adalah untuk mempelajari kepribadian diri sendiri atau pasangan, memahaminya sehingga dapat menyikapinya dengan sesuai apabila dihadapkan dengan situasi tersebut. Dengan memahami anger language maka komunikasi antar satu sama lain bisa terjaga meski dalam kondisi amarah sekalipun.
Lantas, apa saja anger language tersebut? Dikutup dari laman Psychology Today, bahasa amarah terbagi menjadi lima macam sebagai berikut:
Righteous anger adalah cara mengekspresikan amarah dengan rasa superioritas yang umumnya diungkapkan dengan perkataan, "Aku benar, kamu salah." Perasaan lebih tinggi ini mengabaikan pandangan dari pasangan dan merasa dirinya paling benar, atau lawan bicara memiliki kesalahan yang lebih besar. Bahasa amarah ini tanpa disadari dapat memperlebar jarak antara kedua belah pihak.
Bahasa amarah kedua adalah indignation yang mana diselimuti dengan ekspresi ketidakpercayaan atau tak menyangka ini terjadi pada dirinya. Umumnya diekspresikan dengan perkataan "How could you?" atau "Kok bisa kamu lakuin ini?"
Selain itu, orang dengan bahasa amarah indignation akan merasa menjadi korban dari permasalahan tersebut alias playing victim dan merasa tak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini. Bahasa amarah ini dikatakan teknik yang dapat membalikkan keadaan dan membuat kedua belah pihak bersikap defensif.
Seperti namanya, orang dengan bahasa amarah ini akan berkeinginan untuk melakukan pembalasan terhadap orang yang membuatnya marah atau menyakitinya. Dalam kata lain, retribution adalah jenis amarah yang membuat seseorang ingin melakukan balas dendam dengan prinsip 'mata diganti mata' sebagai suatu bentuk hukuman karena berasa dicurangi atau tak merasa situasi tersebut adil baginya.
Keempat, ada bahasa amarah distraksi atau pengalihan yang bertujuan untuk menghindar dari tanggung jawab kesalahan diri sendiri. Umumnya, orang dengan sikap amarah ini akan mengeluarkan kata-kata maut, "Bagaimana dengan saat itu waktu kamu.." yang dapat mengubah topik pembicaraan. Tujuannya adalah untuk meringankan beban kesalahan yang dilakukan dengan mengungkit kesalahan lawan bicara di masa lalu.
Terakhir, orang dengan sikap amarah justification akan membuat pembenaran bahwa apa yang ia lakukan, yakni marah, adalah respon atau perilaku yang benar atas kesalahan yang dirasakan. Pelaku justification juga akan menerapkan konsep karma dan pembalasan ilahi. [rk]