ThePhrase.id – Petenis wanita asal Amerika Serikat, Coco Gauff, mencatatkan prestasi baru yang menuai perhatian dunia pada French Open 2025. Perempuan berusia 21 tahun ini mengalahkan atlet tenis tunggal wanita nomor satu di dunia, Aryna Sabalenka lewat pertandingan tiga set dan menjuarai French Open 2025.
Kemenangan ini menjadi momen yang istimewa bagi Coco karena ini merupakan gelar French Open pertama sepanjang kariernya. Tak hanya itu, kemenangan ini juga merupakan gelar Grand Slam kedua baginya usai memenangkan US Open 2023 lalu.
Terlebih lagi, dengan berhasil memenangkan French Open 2025, ia juga menjadi petenis wanita Amerika pertama yang memenangkan turnamen Roland Garros tersebut dalam satu dekade terakhir, sejak kemenangan Serena Williams pada tahun 2015.
Selain karena kemampuannya yang terus berkembang hingga dapat meraih gelar juara bergengsi, Coco Gauff juga membagikan salah satu 'rahasia' yang berhasil mengantarkannya pada gelar juara ini, yakni manifestasi.
Ia membagikan foto secarik kertas berisikan kata-kata manifestasi yang memotivasi dirinya. Ia juga menyampaikan bahwa manifestasi ini terinspirasi dari pelari Gabby Thomas, dan ia ingin melakukan hal serupa untuk dirinya sendiri.
"I will win French Open 2025
I will win French Open 2025
I will win French Open 2025
I will win French Open 2025
I will win French Open 2025
I will win French Open 2025
I will be the French Open 2025 Champion!
I will be the French Open 2025 Champion!"
Begitu secarik kertas tersebut ia tulis. Tulisan yang berartikan, “Aku akan menjuarai French Open 2025” dan “Aku akan menjadi juara French Open 2025” ia tuliskan dalam beberapa baris.
Dengan tekad yang kuat, kekuatan manifestasi, dan skill yang hebat, Coco berhasil membuktikan pada dunia bahwa ia mampu menjadi juara, menebus kekalahannya di tempat yang sama tiga tahun lalu, hingga mengalahkan petenis nomor satu dunia asal Belarusia tersebut.
"Ini sangat berarti bagiku...juara French Open. Aku bekerja keras untuk momen ini dan bisa mewujudkannya adalah hal yang luar biasa. Terima kasih Tuhan dan terima kasih semuanya. Ini sangat berarti...jujur aku masih shock tidak bisa berkata-kata, tapi yang bisa kukatakan sekarang hanya terima kasih dan jangan pernah menyerah pada mimpimu," tulisnya pada laman Instagram @cocogauff.
Pada unggahan lain, Coco juga mengaku bahwa ia berpikir bahwa ia tak akan pernah memenangkan gelar ini. Meski telah menggeluti dunia olahraga tenis sejak kecil dan meraih segudang gelar juara, kemenangan ini masih terasa bagaikan mimpi baginya.
"Kalah di final, di sini, 3 tahun lalu telah menciptakan banyak keraguan di kepalaku. Aku pikir aku tidak akan pernah bisa mengatasi tekanan, aku pikir memegang trofi ini tidak akan pernah terjadi. Aku pikir mimpiku begitu dekat untuk terwujud, tetapi tidak akan pernah menjadi kenyataan. Jadi, berada di sini....merupakan segalanya," tulisnya.
Lebih lanjut, Coco juga membagikan perasaannya yang pada awalnya diliputi perasaan ragu, ragu bisa menang, ragu bahwa dirinya mampu. Tetapi dari kemenangan ini, ia belajar bahwa memiliki keraguan tidak bisa dihindari, tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk diatasi.
Cori Dionne Gauff atau yang lebih dikenal dengan Coco Gauff adalah seorang petenis profesional asal Amerika Serikat kelahiran 13 Maret 2004. Ia memiliki peringkat tertinggi sepanjang kariernya pada peringkat dua dunia pada nomor tunggal, dan peringkat satu dunia untuk nomor ganda menurut Asosiasi Tenis Wanita (WTA).
Ia lahir dan tumbuh di keluarga yang berkutat dengan olahraga. Ayahnya merupakan pemain basket saat berkuliah di Georgia State University dan kemudian bekerja sebagai eksekutif perawat kesehatan. Ibunya adalah atlet cabang olahraga atletik yang kemudian bekerja sebagai tenaga pendidik.
Sejak berusia enam tahun, ia telah bermain tenis. Awalnya hanya sebagai olahraga pengisi waktu luang dan malas untuk berlatih, ia kemudian memfokuskan dirinya pada olahraga ini dengan berpindah kota demi mendapatkan kesempatan berlatih yang lebih baik.
Pada usia 10 tahun 3 bulan, Coco telah mampu memenangkan gelar USTA Clay Court National 12-and-under, menjadikannya juara termuda dalam sejarah turnamen tersebut. Karier juniornya ia jalani dengan mulus, bahkan ia mampu memenangkan French Open 2018 junior, US Open 2018 junior, hingga mendapatkan gelar petenis junior nomor satu di dunia.
Coco mulai menjadi petenis profesional di tahun 2018 ketika berusia 14 tahun. Debutnya sebagai petenis pro di WTA Tour ia lakoni pada Miami Open 2019 di mana ia langsung memenangkan pertandingan pertamanya.
Ia menjadi sorotan dunia ketika lolos ke babak utama Wimbledon 2019 sebagai pemain termuda dalam sejarah turnamen tersebut, yakni berusia 15 tahun. Ia juga mengalahkan idolanya, Venus Williams di babak pertama yang mengantarkannya hingga ke babak keempat.
Pada Oktober 2019, Coco meraih gelar WTA pertamanya di Linz Open Austria, menjadikannya juara termuda di WTA Tour sejak 2004. Hingga akhir 2024, Coco telah mengumpulkan 9 gelar juara WTA, termasuk satu gelar Grand Slam di US Open 2023 dan gelar prestisius WTA Finals 2024. Dengan kemenangan terbarunya, ia tercatat sebagai atlet yang telah memenangkan 10 gelar tunggal sepanjang kariernya. [rk]