leader

Chanee Kalaweit, WNI Asal Perancis Selamatkan Owa Indonesia

Penulis Rahma K
Oct 26, 2021
Chanee Kalaweit, WNI Asal Perancis Selamatkan Owa Indonesia
ThePhrase.id – Chanee Kalaweit adalah seorang aktivis lingkungan yang berfokus pada menyelamatkan satwa liar dari kepunahan. Ia berasal dari Perancis dan telah mendapatkan kewarganegaraan Indonesia pada tahun 2012 setelah bertahun-tahun mendedikasikan dirinya untuk alam Indonesia.

Chanee yang memiliki nama asli Aurélien Francis Brulé pada awalnya datang ke Indonesia atas obsesinya terhadap owa. Obsesi yang dimaksud adalah dalam hal positif, yakni ingin menyelamatkan owa-owa yang disimpan warga sebagai peliharaan, ataupun yang diburu.

Awal Mula


Chanee saat berusia 16 tahun, dengan owa di Perancis Barat. (Foto: instagram/chaneekalaweit)


Pasalnya, ia telah menyukai owa sejak umur 12 tahun. Saat itu, ia masih tinggal di Perancis, di mana ibunya mengajaknya ke kebun binatang. Di sana ia terkagum dengan satwa liar, terutama primata yang tak ada di negara asalnya, yakni owa.

Owa itu sendiri adalah primata bertangan panjang dan bertubuh kecil. Setelah pertemuan pertamanya dengan owa tersebut, Chanee rajin pergi ke kebun binatang untuk mengobservasi owa. Ia juga mencari banyak informasi mengenai owa.

Observasinya yang panjang membuahkan hasil yakni sebuah buku yang berjudul ‘Le gibbon a mains blanches’. Awalnya ia hanya menulis pengalamannya dalam mengobservasi, tetapi saat ditawarkan kepada penerbit, ternyata tulisan Chanee layak diterbitkan dan menarik perhatian banyak pembaca.

Chanee Kalaweit. (Foto: instagram/chaneekalaweit)


Setelah cukup umur, di tahun 1998 Chanee berangkat ke Indonesia, lebih tepatnya Kalimantan. Tujuannya adalah untuk mengobservasi owa di habitatnya langsung. Sebelum ke Indonesia, ia juga sudah terlebih dahulu tinggal di hutan untuk alasan yang sama di perbatasan Myanmar dengan Thailand.

Alasannya pindah ke Indonesia adalah karena Kawasan hutan di Kalimantan masih sangat luas dan terdapat banyak jenis owa.

“Di dunia ini, terdapat 17 jenis owa. Tujuh jenis di antaranya berada di Indonesia. Inilah yang membuat saya memutuskan untuk meninggalkan Perancis dan mantap bertolak ke Indonesia,” ujar Chanee dikutip dari antaranews.

Chanee Kalaweit bersama owa. (Foto: instagram/chaneekalaweit)


Setelah mengobservasi untuk beberapa waktu, Chanee berangkat ke Jakarta untuk mendatangi Dinas Kehutanan untuk bekerja sama dengan Yayasan Kalaweit yang didirikannya. Meski tidak langsung disambut dengan tangan terbuka, setelah berusaha beberapa kali, akhirnya Chanee mendapat 'restu'.

Yayasan Kalaweit


Yayasan Kalaweit dirikan pada tahun 1998. Kala itu, usianya baru menginjak 18 tahun saat pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia dan membangun yayasan tersebut. Yayasan ini merupakan organisasi non-profit yang berfokus pada pelestarian hewan liar.

Chanee Kalaweit saat melakukan penyelamatan hewan siamang. (Foto: Gael Turine/instagram Chanee Kalaweit)


Kini Yayasan Kalaweit tak hanya menyelamatkan satwa owa tetapi juga satwa-satwa liar lainnya yang banyak diburu masyarakat dan satwa yang diberikan warga untuk dikembalikan ke hutan. Berawal dari Kalimantan, kini Yayasan Kalaweit juga telah berekspansi ke Sumatra.

Tujuan utamanya adalah menyelamatkan owa dan hewan-hewan lain dari perdagangan satwa liar. Setelah owa-owa yang tertangkap diselamatkan, akan direhabilitasi pada pusat konservasi, kemudian akan dilepas lagi ke alam.

Hebatnya, Kalaweit sekarang merupakan proyek rehabilitasi owa yang terbesar di dunia. Ini semua berkat dedikasi dan kegigihan Chanee menyelamatkan dan bergerak untuk owa tersebut.

Pusat Rehabilitasi di Mentawai, Sumatra Barat. (Foto: kalaweitindonesia.id)


Tak hanya berfokus pada satwa, Kalaweit juga berfokus pada habitat aslinya Owa yakni hutan. Yayasan ini aktif mengkampanyekan dampak negatif deforestasi atau ahli fungsi hutan.

Kalaweit  berupaya untuk bekerja sama dengan masyarakat pemilik lahan untuk mengkonservasi lahan dari alih fungsi.

Konsepnya adalah yayasan mengelola lahan milik warga agar tak dijual kepada perusahaan. Sebagai win-win solution, warga pemilik tetap bisa memanen seperti karet dan buah, atau menebang pohon rotan sewajarnya.

Berpatroli mengarungi hutan menggunakan kuda. (Foto: instagram/chaneekalaweit)


Kalaweit juga memiliki tim patroli yang mengawasi hutan konservasi serta hutan-hutan warga dari pemburuan liar dan penebangan liar serta dari diperjual belikan kepada perusahaan.

Owa yang berhasil dilepaskan telah berjumlah ribuan dan hutan yang dilestarikan telah mencapai 1.381 hektar serta hewan yang dalam rehabilitasi berjumlah ratusan. Kalaweit juga memiliki program-program edukasi melalui siaran radio Kalaweit FM untuk mensosialisasikan pentingnya menjaga hutan dan tidak memelihara serta memburu satwa liar.

Asal Usul Nama Chanee dan Kalaweit


Nama aslinya bukan Chanee, tetapi ia akrab dipanggil Chanee. Berawal dari pertama kali menginjakkan kaki di Asia yakni di perbatasan Myanmar dan Thailand, warga setempat tidak dapat mengucapkan nama Perancis yang notabenenya cukup sulit untuk lidah Asia.

Chanee (kiri) dengan anak pertamanya, Andrew (kanan). (Foto: instagram/chaneekalaweit)


Akhirnya warga Thailand memanggilnya Chanee, bahasa Thailand untuk owa karena ia kerap mengobservasi owa. Hingga akhirnya saat ke Indonesia pria kelahiran 1979 ini memperkenalkan dirinya sebagai Chanee, daripada Aurélien.

Sedangkan untuk Kalaweit yang menjadi nama yayasan dan menjadi nama belakangnya setelah Chanee, berasal dari Suku Dayak. Mereka menyebut owa dengan istilah Kalaweit, sehingga ia gunakan sebagai nama yayasan sekaligus namanya. [rk]

Tags Terkait

-
 
Related News
Popular News
 

News Topic