leader

Dari Desa Kecil ke Pasar Dunia: Kisah Ella Rizki Farihatul Maftuhah Membawa Harapan Lewat Gula Semut

Penulis Rahma K
Aug 04, 2025
Ella Rizki Farihatul Maftuhah. (Foto: mediakeuangan.kemenkeu.go.id)
Ella Rizki Farihatul Maftuhah. (Foto: mediakeuangan.kemenkeu.go.id)

ThePhrase.id – Ella Rizki Farihatul Maftuhah adalah seorang pemudi yang aktif dalam bidang wirausaha dan pemberdayaan masyarakat. Kisah hidupnya yang penuh dengan kegiatan menimba ilmu, menerapkan ilmunya untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, dan juga berinovasi menjadi inspirasi bagi banyak perempuan.

Seperti diketahui, di Indonesia, banyak perempuan yang berasal dari desa atau daerah-daerah terpencil yang memilih untuk bekerja di kota atau bahkan luar negeri demi dapat menghidupi keluarganya. Para perantau tersebut dengan berat hati meninggalkan keluarganya, bahkan anak-anaknya di kampung halaman.

"Kenapa ibu-ibu harus meninggalkan anaknya demi cari nafkah? Padahal potensi desanya sangat besar." Ini adalah pertanyaan yang muncul di benak Ella, yang berasal dari Desa Trenten, Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Desa tempat Ella berasal dikenal dengan tradisi turun-temurun membuat gula cetak dari nira kelapa. Ella dan keluarganya yang telah lama tinggal di kampung tersebut turut serta menjadi salah satu pengrajin yang memproduksi gula jawa tersebut.

Dari Desa Kecil ke Pasar Dunia  Kisah Ella Rizki Farihatul Maftuhah Membawa Harapan Lewat Gula Semut
Ella Rizki Farihatul Maftuhah. (Foto: Wikipedia/Ellaveganectar)

Namun, seiring berjalannya waktu, Ella melihat bahwa banyak perempuan dari kampungnya yang pergi meninggalkan desa untuk bekerja di kota karena keterbatasan ekonomi yang terus melilit.

Alhasil, sebagai lulusan di bidang kimia yang pernah menimba ilmu di Politeknik Akademi Kimia Analis (AKA) Bogor, di Universitas Nusa Bangsa, Bogor untuk S1, dan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) untuk S2, Ella ingin mengembangkan komoditas lokal ini agar bernilai ekonomi yang lebih tinggi dan dapat menyejahterakan masyarakat.

Setelah melalui penelitian dan eksperimen, ia kemudian menemukan resep olahan yang tepat dalam mengembangkan nira kelapa menjadi produk turunan, yakni gula semut organik. Produk ini dinilai lebih higienis dibandingkan gula cetak dan memiliki nilai jual yang tinggi dan bersaing di pasar.

Ia kemudian mulai memproduksi gula semut kecil-kecilan dengan mengajak lima ibu rumah tangga untuk bergabung dalam usaha yang dirintisnya tersebut dan menitipkan hasil produksi ke toko oleh-oleh. 

Meski pada awalnya pasar masih lesu karena produk buatannya belum dipahami manfaat dan kualitasnya, pada akhirnya penjualan gula semut organik ini meraih titik terang. Suatu ketika, seorang wisatawan asal Korea Selatan membeli dalam jumlah besar yang kemudian menjadi pintu masuk pertama ke pasar ekspor.

Kini, melalui PT dan Koperasi Nira Lestari, produk gula semut buatan Ella telah diekspor ke berbagai negara seperti Kanada, Belanda, Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan.

Tak hanya itu, Ella juga berhasil memberdayakan warga yang pada awalnya enggan untuk beralih dari memproduksi gula cetak ke gula semut. Dilansir dari laman resmi UGM, setelah tiga tahun, ia mampu memberdayakan sekitar 90 perempuan di Dusun Semen dan menginisiasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Nira Lestari sebagai wadah untuk menggerakkan perekonomian akar rumput.

Lebih dari itu, dilansir dari laman Media Keuangan Kementerian Keuangan, usaha Ella yang kapasitas produksinya mencapai 60 ton per bulan tersebut telah memiliki 309 orang mitra petani dan juga mempekerjakan belasan pemuda lokal sebagai tim digital marketing.

Dari Desa Kecil ke Pasar Dunia  Kisah Ella Rizki Farihatul Maftuhah Membawa Harapan Lewat Gula Semut
Ella Rizki Farihatul Maftuhah. (Foto: Instagram/ellarizkif.m)

Produk buatannya juga telah memenuhi standar ekspor internasional dengan uji kualitas yang mencakup kadar air, ash content, dan pH. Sebagai mahasiswa doktoral kimia yang menerima beasiswa LPDP dan berkuliah S3 di UGM, Ella juga mengembangkan aplikasi digital untuk uji kualitas dari foto sampel, rancang bangun alat laboratorium murah untuk UMKM, dan pendampingan produksi agar sesuai standar global.

Meski telah meraih kesuksesan sebagai seorang wirausahawan dan juga dalam memberdayakan masyarakat di sekitarnya, tak berarti Ella tidak mendapatkan hambatan. Salah satu tantangan besar dalam industri kelapa yang ditemuinya adalah kurangnya regenerasi tenaga kerja pemanjat pohon kelapa atau pendere.

Untuk mengatasi masalah ini, Ella berinovasi untuk mengembangkan kelapa pendek alias genjah hasil kultur jaringan. Keunggulan dari pohon kelapa genjah ini adalah tingginya hanya satu meter sehingga aman dan mudah untuk dipanen, dapat memproduksi nira dua kali lebih banyak, mulai panen dalam waktu empat tahun, dan cocok untuk diterapkan ke generasi muda.

Kisah Ella ini merupakan bukti bahwa ilmu, keberanian, dan aksi nyata dapat memberikan dampak yang besar. Bahkan, seorang perempuan muda yang berasal dari desa sekalipun dapat membawa perubahan besar bagi masyarakatnya dan menembus pasar global. [rk]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic