ThePhrase.id – Darmawan Denassa adalah satu dari 10 pemenang penghargaan Kalpataru 2021. Ia mendapatkan penghargaan bergengsi itu berkat usahanya mendirikan Rumah Hijau Denassa (RHD) dan kontribusinya pada konservasi dan pelestarian tanaman endemik dan langka, khususnya asal Sulawesi.
Kalpataru merupakan penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok yang berjasa terhadap lingkungan hidup di Indonesia. Penghargaan ini merupakan apresiasi tertinggi yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.
Dari empat kategori penghargaan ini, yakni Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan, dan Pembina Lingkungan, pria yang akrab dipanggil Denassa ini memenangkan pada kategori Perintis Lingkungan.
Darmawan Denassa bersama pengharaan Kalpataru 2021. (Foto: unhas.ac.id)
Pada tahun 2007, Denassa mendirikan RHD dengan tujuan untuk menyelamatkan tanaman, apapun nama dan bentuknya dengan prioritas tanaman endemik dan langka, khususnya tanaman khas Sulawesi. Karena, RHD itu sendiri bertempat di Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
“Fokus kami memang menanam tumbuhan langka dan lokal. Lokal maksudnya tanaman itu akrab atau dikenali masyarakat Sulawesi sejak lama, dan berpengaruh pada kultur dan sosial dalam masyarakat. Sedangkan tumbuhan langka yakni tanaman yang sudah jarang ditemukan baik secara luas maupun dalam area wilayah tertentu,” ujar Denassa, dilansir dari Klik Hijau.
Bukan hanya merupakan tempat konservasi, RHD juga menjadi tempat literasi bagi pengunjung. Dikarenakan, pada RHD pengunjung juga akan diberi edukasi terkait tanaman yang dikonservasi, mulai dari morfologinya, perspektif sosiologinya, ekonomi, kultural, hingga kandungan dari tanaman-tanaman tersebut.
Selain tempat edukasi, RHD juga menjadi destinasi wisata bagi anak sekolah mulai dari TK hingga mahasiswa untuk belajar tentang macam-macam tanaman endemik, terutama yang khas Sulawesi.
Beberapa tanaman endemik yang ada pada RHD diantara lain adalah raodao, annong, battang-battang, dan markisa besar. Selain itu, spesies tanaman lain seperti bunga, kayu, buah, hingga tanaman merambat juga dikonservasi.
Tanaman-tanaman tersebut turun-temurun digunakan oleh masyarakat Sulawesi untuk berbagai fungsi seperti bahan pangan, obat-obatan, hingga bahan dasar membuat konstruksi rumah.
Alasan Mendirikan Rumah Hijau Denassa
Sebelum mendirikan RHD, Denassa merupakan seorang dosen di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi. Ia mengajar sastra pada Fakultas Ilmu Budaya, karena ia merupakan lulusan Sastra Indonesia.
Tetapi, ia memilih untuk kembali ke kampung halamannya di Gowa untuk mendirikan RHD dengan tujuan menyelamatkan keanekaragaman hayati khas Sulawesi.
Rumah Hijau Denassa. (Foto: Instagram/rumah_hijau_denassa)
Pasalnya, berbagai daerah di Sulawesi kini menjadi daerah pertambangan. Yang tadinya lahan hijau menjadi areal yang dipenuhi dengan timbunan pasir dan batu. Bahkan, banyak tanaman, pohon, dan satwa yang kini sulit ditemukan. Padahal, saat Denassa kecil, ia dengan mudah dapat menemukannya.
Tanaman semakin sulit ditemui, pohon ditebang dan limbah meningkat. Hal-hal tersebut mengiris hati Denassa. Padahal, pohon-pohon yang ditebang tersebut berperan penting dalam menyediakan bibit tanaman baru dengan jenis yang sama. Pohon besar juga menjaga ekosistem, sumber air, dan tanah, serta menjadi rumah bagi berbagai hewan seperti burung, serangga, dan reptil.
Maka dari itu, Denassa beralih profesi dari dosen menjadi aktivis lingkungan untuk menyelamatkan tanaman endemik khas Sulawesi. Hingga saat ini, ia telah berhasil menyelamatkan 563 jenis tanaman. Menurutnya, tumbuhan merupakan makhluk hidup yang dibutuhkan makhluk hidup lainnya.
"Semua makhluk hidup membutuhkan tumbuhan. Bahkan, tumbuhan itu sendiri ada yang membutuhkan tumbuhan lain untuk bisa tetap bertahan hidup. Mereka kami lindungi agar aman sehingga berkembang biak secara alami," tutur Denassa.
Darnawan Denassa menerima Anugrah PAUD 2017. (Foto: rumahhijaudenassa.org)
Denassa juga berpesan kepada mahasiswa-mahasiswa penerus bangsa untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan kampung halamannya setelah lulus kuliah. Karena, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan selama kuliah sangat berharga dan dapat membangun kampung atau desa dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup bermasyarakat.
"Kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki keragaman budaya diharapkan untuk tetap saling menjaga dan menghormati tradisi yang dimiliki, khususnya perhatian terhadap pelestarian lingkungan hidup di sekitar kita," papar Denassa, dilansir dari laman resmi Universitas Hasanuddin. [rk]