leader

Dedhy Bharoto Trunoyudho, Penyelamat Makanan Terbuang

Penulis Rahma K
Nov 08, 2021
Dedhy Bharoto Trunoyudho, Penyelamat Makanan Terbuang
ThePhrase.id – Pernahkah kamu melihat makanan sisa yang dibuang begitu saja padahal masih layak dimakan? Di hotel-hotel contohnya, makanan yang masih dapat dimakan harus dibuang setelah melebihi waktu makan tersebut.

Seorang pengusaha katering bernama Dedhy Bharoto Trunoyudho yang juga menerapkan hal tersebut pada makanan sisanya merasa makanan yang dibuang tersebut sangat sia-sia dan tidak pantas. Mencoba berinovasi, Dedhy mendirikan Garda Pangan, sebuah food bank yang bertujuan menjadi pusat koordinasi makanan surplus dan berpotensi terbuang, untuk disalurkan kepada masyarakat pra-sejahtera.

Dedhy Trunoyudho. (Foto: Instagram/dedhytru)


Faktanya bahwa Indonesia adalah pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia.  Setiap individunya membuang kurang lebih 300 kilogram sampah makanan per tahun. Hal ini menambah keinginan Dedhy untuk melakukan sesuatu terhadap sisa makanan yang terbuang. Karena pada sisi lain, terdapat jutaan rakyat Indonesia yang membutuhkan makanan.

“Yang ingin saya lakukan adalah memutus gap dari satu sisi ada makanan berlebih yang kondisinya masih bagus sekali, di satu sisi ada masyarakat yang masih membutuhkan akses makanan. Kita ingin menghubungkan ini sehingga tidak terjadi, masalah di satu sisi dan masalah di satu sisi,” ungkap Dedhy pada acara Kick Andy.

Meski ia tahu, dari segi bisnis, membuang makanan yang tersisa dari usaha kateringnya tersebut adalah solusi paling mudah, cepat, dan murah. Tapi Dedhy dan sang istri tak sampai hati terus menerus membuang makanan yang masih layak dikonsumsi.

Garda Pangan terus memberikan update pangan yang disalurkan kepada masyarakat melalui laman instagramnya. (Foto: Instagram/gardapangan)


“Kalau dari sudut pandang pelaku bisnis, opsi membuag makanan itu merupakan opsi paling mudah untuk dilakukan. Kami dulu juga melakukannya, tak tanggung-tanggung, kami sering membuang dalam jumlah banyak, enggak cuma sepiring dua piring saja. Tapi setiap kali saya melihat itu kok rasanya enggak pantes ya,” ujar Dedhy.

Garda Pangan diinisiasi pertama kali di Surabaya dan kini telah ada juga di Malang. Mereka mengumpulkan makanan berlebih dari restoran, katering, bakery, hotel, lahan pertanian, event pernikahan, serta donasi individu. Garda Pangan juga terbuka bagi pemilik bisnis yang ingin bermitra menyumbangkan makanan berlebihnya.

Sebelum disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, makanan-makanan tersebut telah melalui uji kelayakan makanan. Sedangkan, untuk makanan yang telah kadaluwarsa atau tidak layak dikonsumsi akan diolah menjadi kompos dan biogas.

(Foto: Instagram/gardapangan)


Pengolahan tersebut juga dilatarbelakangi fakta bahwa tumpukan makanan yang terbuang baik di TPA ataupun di tempat lain, akan menghasilkan gas metana. Gas tersebut merupakan gas emisi rumah kaca yang ternyata lebih berbahaya 21 kali dibanding gas karbondioksida.

Tak hanya makanan sisa olahan seperti dari rumah makan, katering dan hotel, ada juga makanan yang masih dalam bentuk raw atau bahan makanan yang belum diolah tetapi tidak digunakan dan terbuang. Terdapat 20 hingga 40 persen makanan di seluruh dunia yang terbuang sebelum sampai di toko atau sebelum menjadi makanan olahan.

Hal ini dikarenakan toko, pasar, restoran dan para pihak penjual maupun pengolah makanan lain memiliki standar tertentu untuk mengambil suatu komoditi. Sebagai contoh, buah yang penampilannya tidak begitu bagus, atau ada sedikit bonyok tidak mau dibeli oleh swalayan. Sisa-sisa seperti ini yang akan berakhir pada TPA padahal belum dikonsumsi sama sekali.

Dedhy Trunoyudho. (Foto: Instagram/dedhytru)


Dedhy memanfaatkannya untuk membuat Garda Pangan tetap sustainable. Ia mengumpulkan buah-buah yang tak terjual kepada swalayan untuk dibersihkan diolah menjadi produk yang menarik seperti kripik buah atau jus.

“(Ingin) gerakan ini bisa sustain, tidak hanya dari uluran tangan donator atau funding. Kita percaya, suatu misi sosial yang baik adalah suatu misi yang dia berkelanjutan, tidak hanya mengandalkan satu sumber saja,” pungkas Dedhy. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic