ThePhrase.id – Ketika banyak anak dari desa yang telah sukses di kota tidak ingin kembali ke kampungnya, Johani Fauzi malah kebalikannya. Ia kembali ke desanya untuk berkontribusi mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih baik. Utamanya mengembangkan anak desa agar melek IT.
Pria yang akrab dipanggil Joe ini memiliki masa kecil yang jauh dari kata enak dan berkecukupan. Ayahnya yang hanya seorang kuli panggul di pasar Mampang, Jakarta Selatan kesulitan untuk menghidupi keluarganya.
Untuk makan saja ayahnya memunguti beras yang berjatuhan di pasar. Setiap akhir minggu ayahnya akan pulang ke rumahnya di Desa Pasirbuyut, Kecamatan Jawilan, Serang, Banten untuk memberikan beras tersebut.
Johani Fauzi. (Foto: instaram/kickandyshow)
Kemudian Joe dan ibunya mencuci dan membersihkan beras tersebut. Lauk adalah perkara selanjutnya. Joe harus mengambil jamur yang tumbuh di pinggir-pinggir sawah sebagai lauk keluarganya.
Meski hidup susah, semangatnya untuk bangkit dan menjadi orang sukses sangat tinggi. Joe sangat gemar membaca, buku apapun ia baca untuk terus menambah ilmu. Hingga ia bercita-cita menjadi pengusaha, karena dari yang ia baca, pengusaha memiliki banyak uang.
Cita-cita tersebut tertanam di bawah alam sadarnya, sehingga ia melakukan apapun yang ia bisa untuk mencapai keinginan tersebut. Salah satu jalannya adalah dengan terus melanjutkan sekolah karena rata-rata anak di desanya putus sekolah setelah lulus SMP.
Mendapat Beasiswa dan Bangun Usaha
Joe melanjutkan sekolah menengah atas di SMK yang berlokasi di beda kabupaten yakni Rangkasbitung. Selama SMK, Joe terus menambah ilmunya untuk belajar IT (Information Technology). Alasannya, ketika masih duduk di bangku SMP ia paling takut memegang komputer karena guru yang galak.
Ia terus belajar dengan prinsip ‘untuk menjadi orang sukses, kurangi tidurmu, kurangi tidurmu, kurangi tidurmu’. Joe hanya tidur 3-4 jam dalam satu hari, sisanya ia gunakan untuk belajar digital marketing, coding, dan yang berhubungan dengan IT.
Johani Fauzi. (Foto: instagram/johanifauzi)
Di SMK itu juga, Joe mengikuti tes untuk melanjutkan sekolah di Jakarta melalui ilmukomputer.com. Dari 23 orang yang diseleksi, hanya dipilih 3 orang, dan Joe adalah laki-laki satu-satunya yang terpilih. Ia kemudian dapat melanjutkan studinya ke jenjang sarjana di Universitas Indraprasta pada jurusan Teknik Informatika.
Selulusnya kuliah S1, Joe mencoba membuka usaha di bidang IT. Ia membuka penyewaan hosting untuk orang-orang yang ingin membuat website dapat menyewa tempat di usahanya. Dari awalnya untung Rp 500.000, usaha yang dirintis Joe kian berkembang.
Dari hasil usahanya, ia bisa melanjutkan kuliah S2 di Swiss German University (SGU), Jakarta. Di SGU, ia mengambil jurusan informatika bisnis ilmu data.
Tak hanya untuk dirinya, ia juga memberikan beasiswa kepada 26 orang kurang mampu untuk kuliah pada jenjang sarjana.
Kembali ke Desa
Setelah sukses, Joe tidak melupakan desanya. Bahkan ia memikirkan desanya, dan bagaimana ia dapat berkontribusi untuk meningkatkan kualitas SDM dari desanya.
“Berangkat dari ‘penderitaan’ waktu saya kecil. Saya senang baca buku, dan akses untuk bisa baca buku bagus itu susah. Dan waktu itu saya terbesit untuk ‘sepertinya kalau anak-anak ini dikasih internet, bisa akses informasi tak terhingga’,” ujar Joe pada acara Kick Andy.
Johani Fauzi. (Foto: instagram/graha_kreatif)
Ia ingin anak-anak di desanya bisa maju dengan hal yang paling mendasar yakni dapat mengakses informasi. Kemudian, ia ingin mereka belajar yang lebih menjurus agar dapat meningkatkan kualitas diri mereka. Pada dasarnya, Joe ingin merubah stigma bahwa anak desa itu juga mampu, untuk menjadi lebih baik.
Salah satu upayanya adalah membangun pusat pelatihan keterampilan di desa. Pusat pelatihan itu ia beri nama Graha Kreatif yang didirkan pada tahun 2019. Graha Kreatif ini juga merupakan bentuk ‘balas dendam’ Joe akan ‘penderitaan’ yang ia rasakan saat masih kecil.
“Sebetulnya dendam itu salah satu yang menjadi motivasi besar saya untuk menjadi Johani hari ini. Mungkin kalau misalkan waktu kecil saya tidak sekeras itu didikannya, saya tidak bisa menjadi seperti sekarang,” tutur Joe.
Lembaga yang ia dirikan memberikan pembelajaran gratis dan internet gratis 24 jam. Pembelajaran yang diberikan antara lain pelatihan-pelatihan IT seperti coding, desain grafis, software programming, dan microsoft office.
Bahkan, Graha Kreatif juga merambah ke peternakan dan pertanian. Hal ini didasari seleksi alam yang terjadi di dalam pusat pelatihan tersebut. Tak semua anak memiliki kemampuan dan keinginan untuk belajar komputer.
Anak-anak yang sedang belajar di Graha Kreatif. (Foto: instagram/graha_kreatif)
“Setelah kita survei, ternyata belajar komputer itu susah (untuk beberapa anak). Akhirnya kita tidak habis akal, jangan sampai anak ini punya waktu luang tapi tidak begitu bermanfaat. Makanya kita buka peternakan dan pertanian. Di Graha Kreatif ada peternakan puyuh untuk belajar dan tersedia 6.000 puyuh,” ungkap Joe.
Selain untuk pembelajaran, puyuh-puyuh tersebut juga dijadikan bisnis.
Pembiayaan Graha Kreatif
Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah, dari mana Joe mendapatkan uang untuk menjalankan Graha Kreatif? Terlebih lagi narasumber dan pengajarnya dibayar secara penuh. Belum lagi karyawan serta internet.
Joe mengatakan ia menutupi biaya tersebut dari usaha-usaha yang ia miliki di Jakarta. Ia memiliki usaha data center service, software development, cyber/IT security, dan lain-lain yang berbasis IT.
Graha Kreatif. (Foto: instagram/graha_kreatif)
Selain itu, ia juga membuka Join’s Mart yang terletak bersebelahan dengan Graha Kreatif. Isinya adalah produk-produk hasil warga desa tersebut yang tidak tembus untuk dijual di mini market besar. Jadi, Joe bukan hanya mengembangkan SDM anak-anak desa, tetapi juga secara tidak langsung membantu ekonomi warga desa.
Pendapatan dari Join’s Mart digunakan untuk menghidupi Graha Kreatif sebanyak 70 persen. 30 persen sisanya disumbangkan ke musala dan masjid untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang digelar di sana.
Joe selalu memegang nilai yang diajarkan kedua orang tuanya yakni untuk terus menjadi orang yang jujur. "Sepintar apapun kamu, di manapun posisinya, jujur itu tetap dibawa’ adalah petuah dari kedua orang tua Joe yang melihat anaknya kian berkembang dan sukses. [rk]