Thephrase.id - Indonesia adalah negara agraris yang memiliki tanah yang subur dengan mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian. Namun, banyak petani yang hanya mendapat keuntungan sedikit. Hasil panennya dibeli dengan harga murah karena rantai distribusi yang panjang.
Melihat hal ini, Amanda Susanti, CEO dan Co-Founder Sayurbox berinisiatif untuk membuat suatu platform yang memudahkan petani menjual hasil panennya langsung kepada para pembeli. Kemudian, pada tahun 2016 Amanda dan beberapa rekannya mendirikan Sayurbox sebagai suatu media penyalur sayuran segar langsung dari petani ke pembeli.
Meski sempat hampir tutup pada tahun 2017 karena menghadapi beberapa kesulitan, Amanda tidak putus asa. Kini, Sayurbox makin berkembang pesat sejalan dengan adanya pembatasan fisik karena pandemi yang membuat masyarakat beralih ke berbalanja secara online, terutama bahan pangan.
Sayurbox itu sendiri menggunakan tekonologi Amazon Web Services (AWS) untuk mengurus pelayanan onlinenya. Bahkan, seiring perkembangannya, produk yang dijual bukan hanya sayuran tetapi merambah ke buah-buahan, daging, dan banyak bahan makanan lainnya.
Awal mula perjalanan Amanda membuat Sayurbox adalah karena hobi berkebunnya. Setelah lulus dari University of Manchester jurusan Manajemen dan Finance, Amanda memilih untuk kembali ke Indonesia untuk menemani kedua orang tuanya di Jakarta. Karena hobinya itu, Amanda mencoba menanam beberapa sayuran seperti kale di lahan kosong milik omnya di daerah Sukabumi.
Berawal dari situ, Amanda banyak berbincang dengan petani-petani disana, dan ia merasa bahwa para petani ini mendapat keuntungan yang sangat sedikit karena rantai distribusi yang panjang. Amanda juga berpikir bahwa Indonesia adalah negara yang memilki tanah yang subur dan bisa ditanami berbagai sayuran. Maka, Amanda mulai menanam beberapa jenis sayur, membuat green house, dan memasarkannya ke restoran-restoran.
Motivasi Amanda mendirikan Sayurbox adalah memberikan akses untuk para petani memasarkan hasil panennya langsung ke pasar. Sehingga, petani mendapat keuntungan yang lebih besar dan juga hasil panen mereka tidak terbuang apabila tidak terjual seperti sebelumnya. Amanda juga bekerja sama dengan banyak petani perempuan untuk empowering women farmers.
Pada tahun 2017, Amanda bertemu dengan beberapa Co-Founder lainnya, kemudian usahanya kian berkembang. Dari yang sebelumnya hanya dipasarkan lewat media sosial instagram dan whatsapp, kini produk-produk yang dijual di Sayurbox dapat dibeli melalui aplikasi maupun laman webnya.
Kesuksesan perempuan kelahiran 1990 ini dilirik oleh Forbes dan ia termasuk salah satu anak muda yang masuk ke Forbes 30 under 30 Asia 2019 kategori Industri, Manufaktur, dan Energi. Saat ditanya dalam wawancaranya dengan Sonora FM mengenai apakah ia tidak takut gagal saat memulai bisnis ini, Amanda menjawab bahwa apabila kita sudah memikirkan kegagalan dari awal, maka kita tidak akan melakukan apa-apa.
Sayurbox adalah bisnis nyata pertama Amanda dan ia berhasil membawa Sayurbox ke kesuksesan. Hal ini dikarenakan saat awal dirintisnya, Amanda dan timnya selalu melakukan sesuatu untuk memajukan usahanya, hingga bisa berada di titik ini. Perempuan yang memiliki hobi berkebun ini juga senang memasak, olahraga, diving, dan juga surfing.
Melalui kanal youtube Sayurbox, Amanda mengatakan alasan ia bersemangat dalam menjalani bisnis ini karena ia ingin memberikan impact atau dampak terutama bagi para petani, konsumen, dan juga bagi timnya yang bekerja keras. Ia berkata bahwa Sayurbox mencapai titik ini juga karena timnya. [rk]