leader

Eka Noviana, Dosen Muda UGM yang Masuk Daftar Top 2% Ilmuwan Berpengaruh Dunia Berkat Riset Inovatifnya

Penulis Rahma K
Nov 05, 2025
Eka Noviana. (Foto: ugm.ac.id)
Eka Noviana. (Foto: ugm.ac.id)

ThePhrase.id – Kabar membanggakan datang dari bidang sains. Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), apt. Eka Noviana, Ph.D., kembali dinobatkan menjadi salah satu dari World’s Top 2 Percent Scientist 2025 atau Daftar Top 2% Ilmuwan Berpengaruh Dunia yang dirilis oleh Stanford University pada September lalu.

Meski masih tergolong sebagai dosen muda, Eka mampu masuk dalam deretan ilmuwan bergengsi dunia. Namanya berhasil masuk dalam daftar tersebut berkat risetnya selama studi doktoral di bidang analitik di Colorado State University, Amerika Serikat. Penelitiannya adalah mengembangkan metode deteksi berbasis kertas atau paper-based analytical device.

"Penelitian kami tentang metode deteksi menggunakan kit kertas itu mendapat banyak sitasi. Dari situ, kami akhirnya bisa masuk dalam daftar Top 2% Scientist," ujarnya, Senin (13/10), dikutip dari laman resmi UGM.

Mendapatkan banyak sitasi dan diakui sebagai Top 2% ilmuwan berpengaruh dunia mendorong Eka mengembangkan ketertarikannya untuk mendeteksi bahan berbahaya, baik obat atau zat kimia lain. Ia mengimplementasikannya dengan melakukan beragam uji di laboratorium Fakultas Farmasi UGM.

Eka melakukan berbagai uji untuk mendeteksi bahan berbahaya dalam makanan, boraks, pewarna tekstil yang dilarang, hingga kadar obat dalam darah. Ia mengatakan bahwa inovasi ini memungkinkan pengujian langsung tanpa perlu alat besar atau listrik, karena hasilnya dapat dideteksi hanya dengan satu tetes sampel.

Dari segi sampah kimia, metode yang dikembangkan ini dinilai bukan hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan. Pasalnya, volume sampel lebih kecil dan limbah kimia lebih minimal, karena alat tersebut mudah untuk digunakan di lapangan berkat materialnya yang ringan terurai.

Penelitian ini tak hanya ramah lingkungan dan inovatif, tetapi juga penting. Mengingat Indonesia yang merupakan negara kepulauan membuat tak semua daerah memiliki akses laboratorium atau listrik. Metode penelitian berbasis kertas ini memungkinkan deteksi di lapangan dengan sumber daya yang minimal.

Soal kiprahnya sebagai peneliti, Eka yang memiliki pengalaman belajar di dalam dan di luar negeri menyadari tantangan penelitian di Indonesia cukup besar. Terutama dari faktor dana dan ketersediaan instrumen laboratorium.

Bukannya menyerah, keterbatasan ini justru mendorong Eka untuk mencari solusi yang dapat diaplikasikan di kondisi yang ada. "Kita kembangkan dengan alat sederhana. Meskipun begitu, penelitian ini tetap bisa berdampak dan bermanfaat bagi masyarakat," harapnya.

Eka juga berpesan bagi generasi muda agar menghilangkan keraguan dalam menekuni dunia sains. Karena baginya, sains merupakan bidang yang menarik berkat kelebihannya yang memungkinkan berbagai permasalahan di sekitar lingkungan bisa dipecahkan lewat pengetahuan dan teknologi. [rk]

Artikel Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic