ThePhrase.id – Menjadi sukses bukanlah perkara mudah. Keinginan, niat, usaha, dan tidak pantang menyerah dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Itulah yang dilakukan oleh Endang W. Wierono. Perempuan asal Palembang ini memiliki usaha agen properti terbesar di Palembang.
Tetapi, jalan yang ia tempuh tidaklah mudah. Berasal dari keluarga sederhana di sebuah desa di Sumatra Selatan, Endang kecil sering membantu kedua orang tua yang merupakan petani padi dan karet.
Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia rajin membantu ibunya menyadap karet. Pada suatu waktu, ia berpikir pada dirinya sendiri bahwa ia tak ingin hidup seperi itu hingga ia besar.
Endang W. Wierono. (Foto: Instagram/eenwierono)
“Di depan karet itu saya ngomong waktu itu bahwa saya gak mau hidup susah. Saya tidak mau—bukannya saya tidak bersyukur—hidup seperti ini sampai tua. Saya juga ngerasa terpanggil untuk membantu orang tua saya untuk hidup lebih baik,” ujar Endang pada acara I’m Possible.
Maka dari itu, ia berkeinginan untuk lanjut sekokah SMP di daerah yang lebih ‘kota’ meski bukan kota besar. Ikut bersama keluarga pakdenya, Endang akhirnya diperbolehkan kedua orang tuanya untuk melanjutkan SMP di ‘kota’. Karena sang pakde adalah seorang peternak, Endang dengan sendirinya rajin membantu mencari makanan dan mengurus hewan ternak tersebut.
Keinginan untuk menjadi lebih baik dan lebih besar makin membara. Setelah SMP, Endang memilih untuk masuk SMK karena akan diajarkan keterampilan. Akhirnya ia mengambil administrasi perkantoran yang disetujui kedua orang tuanya. Pasalnya, sang ibu bermimpi Endang kerja kantoran suatu hari nanti.
Belum lulus, Endang harus kehilangan sang ayah pada kelas 2 SMK. Sempat kehilangan motivasi dan merasa harus mengubur impiannya. Tetapi, seorang optimis seperti Endang berkeinginan untuk menjadi lebih besar lagi dengan ingin berkuliah.
Endang W. Wierono. (Foto: Instagram/eenwierono)
Pada awalnya, terjadi pembantahan dari sang ibu karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan. Setelah berembuk dengan kakak-kakaknya, akhirnya Endang bisa kuliah dengan cara menjual satu kavling sawah keluarganya.
Keputusan dan pengorbanan keluarga Endang tidak sia-sia, ketika berusia 19 tahun, ia sudah bekerja sebagai bankir di salah satu bank ternama di Indonesia. Dimulai dari karyawan outsourcing hingga menjadi pegawai tetap yang memliki penghasilan stabil.
Endang kemudian dapat membelikan motor untuk adiknya setelah bekerja di bank. Tetapi, ia kembali merasa ingin belajar hal yang baru.
Endang W. Wierono. (Foto: Instagram/eenwierono)
“Seiring berjalannya waktu, saya ngerasa bahwa saya ingin belajar sesuatu yang lebih, saya ingin mengexplore kemampuan saya yang lebih,” ujar Endang.
Pada suatu hari, Endang bertemu dengan sebuah kerabatnya yang merupakan General Manager (GM) dari sebuah developer terkenal di Palembang dan ditanya apakah berminat belajar real estate agent. Ia yang merupakan seorang optimis dan haus untuk belajar hal baru tertarik dan merasa tertantang dengan hal baru ini.
Lagi-lagi ia harus berhadapan dengan tentangan ibunya karena ia harus memiliki uang lebih untuk mengambil franchise bisnis properti tersebut. Setelah melakukan riset dan mengukuhkan niat, dibantu ibu dan kakak-kakaknya dengan menjual beberapa barangnya, ia mengambil franchise tersebut sembari masih bekerja sebagai bankir.
“Tapi ternyata di dalam hidup ini gak bisa, kita semua mau tuh gak bisa. Malah gak maksimal. Di suatu kondisi saya dihadapkan harus memilih,” ungkap Endang yang akhirnya harus memilih antara kedua pekerjaannya.
Endang W. Wierono. (Foto: Instagram/eenwierono)
Endang akhirnya resign dari pekerjaannya sebagai bankir dan fokus di bisnis propertinya. Bukanlah perkara mudah, pada satu setengah tahun pertama ia harus bersusah payah. Tetapi, kini Endang telah menikmati buah dari kerja keras, optimisme, dan keinginan untuk terus belajar tersebut. Bisnis properti yang dibangunnya kini menjadi yang terbesar di Palembang, dan ia memiliki bisnis-bisnis yang lain seperti bisnis kuliner.
Dalam mencapai kesuksesan, Endang berkata bahwa riset dan persiapan di awal adalah hal yang sangat penting. ‘Keberuntungan itu datang ketika persiapan itu matang’. [rk]