ThePhrase.id – Apakah kamu pernah mendengar istilah ertomania? Istilah ini digunakan untuk menjelaskan sebuah gangguan kesehatan mental di mana seseorang mengalami delusi, yakni memiliki keyakinan orang lain jatuh cinta atau tertarik pada dirinya, padahal kenyataannya tidak.
Umumnya, pengidap gangguan ini berkeyakinan orang lain yang jatuh cinta pada dirinya adalah figur terkenal seperti selebritas, idol, atau bahkan politisi yang sama sekali tidak dikenalnya di kehidupan nyata. Kondisi mental ini dikenal juga dengan sebutan sindrom de Clérambault.
Erotomania termasuk dalam kategori gangguan delusi atau delusional disorder dan pusatnya pada hubungan romansa atau perasaan cinta. Hal ini berbeda dengan Parasocial Relationship Disorder yang merasa memiliki ikatan emosional dengan seseorang tapi tak dikenal secara pribadi.
Gangguan mental ini bisa dialami oleh siapa saja. Melansir laman Siloam Hospitals, gangguan ini cenderung banyak dialami oleh perempuan dengan karakter tertentu seperti jarang berbaur dan menarik diri dari lingkungan, suka menyendiri, berpenampilan kurang menarik, rendah percaya diri, hingga minim interaksi dengan lawan jenis di kehidupan nyata.
Orang yang mengalami erotomania akan kesulitan menerima fakta bahwa apa yang diyakininya, yaitu ada figur publik yang cinta padanya tidaklah nyata atau hanya sebuah halusinasi belaka.
Terdapat beberapa penyebab seseorang mengalami erotomania, di antaranya adalah telah memiliki masalah kesehatan mental lainnya seperti skizofrenia, gangguan bipolar, skizoafektif, penyakit alzheimer, gangguan depresi mayor, gangguan kecemasan, hingga gangguan kepribadian.
Selain itu, media sosial juga berperan sebagai faktor pendukung seseorang memiliki erotomania. Ini dikarenakan media sosial sering kali mengaburkan pembatas antara realita dan dunia maya.
Media sosial juga bisa menjadi tempat berbagi oleh dan pada siapapun. Dengan begitu, informasi pribadi yang terlalu terekspos juga bisa membuat banyak orang merasa mengetahui kehidupan kita dan apa yang kita lakukan di kehidupan nyata, meskipun tak semuanya benar.
Gejala utama dari orang yang mengidap erotomania adalah mereka berpikir seseorang tertarik, menyukai, dan jatuh cinta pada dirinya. Padahal, secara umum, di luar sang pengidap, orang-orang mengetahui bahwa hal tersebut tidaklah benar.
Selain itu, pengidap juga kerap berfantasi tentang objek delusi, termasuk fantasi yang tidak masuk akal. Pengidap juga menghabiskan banyak waktu mencari tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan objek delusi. Jika diberitahu bahwa perasaan yang dirasakannya adalah keliru, pengidap akan merasa kecewa.
Pada kasus yang parah, pengidap erotomania bisa melakukan tindakan yang mengganggu objek delusi seperti mengirimkan pesan, hadiah, hingga menelpon secara terus menerus. Pengidap juga akan merasa cemburu dengan orang-orang di sekitar objek delusi.
Dalam beberapa kasus lain, pengidap erotomania menunjukkan perilaku obsesi hingga penguntitan atau stalking ke tempat-tempat tertentu hingga tempat tinggal sang objek delusi. Bahkan, tak menutup kemungkinan bisa melakukan perlakuan agresif hingga tindak kekerasan apabila keyakinannya dibantah.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan erotomania. Pertama-tama adalah deteksi dini sebelum gejala makin berkembang menjadi parah. Kedua, lakukanlah konsultasi dengan psikiater untuk melakukan konsultasi dan ditangani dengan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan setiap pengidap.
Beberapa perawatan yang menjadi opsi adalah psikoterapi untuk memberikan ruang konsultasi terhadap gejala yang dialami, terapi perilaku kognitif untuk membuat pengidap paham apa yang dialaminya, memberikan obat antipsikotik seperti clozapine, risperidone, dan olanzapine untuk mengatasi gejala. [rk]