
ThePhrase.id – Pernah melihat sebuah hubungan yang terlihat romantis di media sosial —foto mesra, liburan bersama, dan saling menulis caption manis— namun ternyata hubungan itu tidak benar-benar dilandasi cinta yang tulus?
Hubungan seperti ini disebut juga dengan fauxmance. Istilah fauxmance berasal dari dua kata, yakni "faux" yang berarti palsu, dan "romance" yang berarti hubungan romansa.
Dalam hubungan fauxmance, kedua pasangan mungkin menunjukkan keintiman dan kedekatan yang biasa ditemui dalam hubungan romantis, tetapi sebenarnya interaksi mereka lebih bersifat kontrak sosial atau bahkan sekadar formalitas, tanpa adanya keterikatan emosional yang mendalam.
Fenomena fauxmance bisa terjadi karena berbagai alasan. Salah satunya karena tekanan sosial atau ekspektasi eksternal yang mendesak pasangan untuk terlihat harmonis di depan orang lain. Akibatnya, mereka memilih menjalin hubungan yang tampak ‘normal’, padahal tanpa fondasi emosional yang sehat.
Alasan tersebut mungkin terjadi pada hubungan yang belum menemukan kecocokan emosional atau tengah berada pada fase hubungan yang tidak berkembang, hubungan yang stuck, atau hubungan lama yang sedang mengalami guncangan.
Selain itu, alasan lain orang melakukan fauxmance adalah karena kebutuhan akan kenyamanan sosial, di mana seseorang merasa nyaman menjalani hubungan supaya tidak merasa sendiri, tanpa benar-benar jatuh cinta atau memiliki perasaan yang kuat terhadap pasangannya.

Bahkan, tak sedikit yang melakukan fauxmance untuk sekadar menjaga citra sosial, memanfaatkan status pasangan untuk keuntungan tertentu, dan menghindari kesepian. Ini semua dilakukan tanpa adanya rasa cinta di antara keduanya.
Umumnya, fauxmance yang dilakukan untuk tujuan sosial banyak terjadi pada publik figur seperti selebritas hingga influencer untuk menjadikan hubungan sebagai "produk" atau "tampilan" agar terlihat menarik atau meningkatkan engagement.
Pasangan seperti apa yang rentan mengalami fauxmance? Beberapa sumber menyebut bahwa mereka yang baru mulai berkencan dan belum menetapkan ekspektasi yang jelas dalam hubungan, tetapi sudah mulai mengunggah atau terlihat di publik bersama, merupakan salah satunya.
Selain itu, hubungan yang salah satu pasangannya lebih mementingkan citra daripada kenyataan juga lebih rentan terjebak dalam fauxmance. Begitu juga dengan pasangan yang selalu merasa harus "show" ke orang lain bahwa mereka bahagia dan harmonis.
Tipe hubungan seperti itu dapat terjebak dalam fauxmance tidak secara instan. Proses menuju "hubungan palsu" tersebut dapat berjalan secara perlahan, mulai dari kencan yang terlihat romantis dan diperkirakan akan menjadi lebih, tetapi hanya di level tampilan belaka.
Bagaimana cara mengetahui ketika seseorang berada di hubungan fauxmance? Tanda-tandanya sebenarnya cukup dapat dikenali dengan jelas, mulai dari hubungan yang hanya terasa "dipamerkan" tanpa ada koneksi yang mendalam, minim pembicaraan tentang satu sama lain atau masa depan, hingga koneksi yang tak sampai antara satu dan lainnya.
Mengenali fauxmance adalah langkah pertama agar seseorang bisa memeriksa apakah hubungan yang sedang dijalani benar-benar didasari keinginan bersama, komunikasi terbuka, dan rasa sayang pada satu sama lain, bukan hanya tampilan luar yang ingin dipertahankan. [rk]