leader

Film 'Samsara' Berjaya, Garin Nugroho Bawa Pulang Piala Citra FFI 2024 sebagai Sutradara Terbaik

Penulis Rahma K
Nov 27, 2024
Garin Nugroho. (Foto: Instagram/film.samsara)
Garin Nugroho. (Foto: Instagram/film.samsara)

ThePhrase.id – Sutradara kondang Indonesia, Garin Nugroho berhasil keluar sebagai pemenang kategori Sutradara Terbaik dan memenangkan Piala Citra pada gelaran Festival Film Indonesia (FFI) 2024 yang berlangsung pada Rabu (20/11).

Garin Nugroho dinobatkan sebagai Sutradara Terbaik FFI tahun ini melalui film berjudul 'Samsara' yang tayang perdana pada bulan Mei 2024. Ia mengalahkan sutradara-sutradara top lainnya dalam kategori ini seperti Joko Anwar, Yandy Laurens, Edwin, dan Tumpal Tampubolon.

Samsara sendiri merupakan sebuah film bisu yang mengisahkan tentang ketamakan manusia atas dasar cinta hingga rela melakukan hal-hal mistis demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Film ini dibintangi oleh Ario Bayu, Juliet Burnett, hingga Gus Bang Sada.

Selain mengusung konsep silent movie, film ini juga mengadopsi konsep hitam putih. Pemilihan konsep ini membuat seni dalam film lebih terpancar, terlebih lagi latar waktu dan tempat yang diambil adalah tahun 1930-an di Bali.

Film  Samsara  Berjaya  Garin Nugroho Bawa Pulang Piala Citra FFI 2024 sebagai Sutradara Terbaik
Garin Nugroho. (Foto: Instagram/garin_film)

Untuk melengkapi pengalaman menonton yang memanjakan indera-indera manusia, film ini juga menggabungkan berbagai elemen pertunjukan tradisional Bali seperti tarian, topeng, wayang, hingga orkestra gamelan yang dipadukan dengan musik elektronik digital dan tari serta topeng kontemporer.

Garin sebagai sutradara mengatakan dirinya senang dengan film bisu karena itu merupakan era emas perfilman dan bisu adalah bahasa yang paling universal. Sebagai informasi, silent movie adalah film yang tidak memiliki rekaman suara dan dialog, tetapi mengandalkan emosi secara visual.

Namun, ia tak yakin film bisu, terlebih lagi hitam putih dan mengambil tema tradisi dan musik gabungan bisa meraih penghargaan. Maka dari itu, kemenagan ini menjadi sangat berarti baginya.

"Sangat berarti karena saya tidak terlalu yakin film bisu, hitam-putih, dengan mengambil tema tradisi dan musik gabungan itu bisa meraih penghargaan sebagai sutradara terbaik," ungkap Garin, dikutip dari Antara.

Film  Samsara  Berjaya  Garin Nugroho Bawa Pulang Piala Citra FFI 2024 sebagai Sutradara Terbaik
Garin Nugroho. (Foto: Instagram/garin_film)

Samsara tak hanya mendulang keberhasilan pada satu piala pada FFI 2024, tetapi empat sekaligus. Film ini juga memenangkan kategori Pengarah Sinematografi Terbaik, Penata Musik Terbaik, dan Penata Busana Terbaik.

Garin Nugroho sendiri dikenal sebagai seorang sutradara yang memiliki gaya visual kuat dan kerap mengangkat tema-tema sosial dan budaya pada karya-karyanya. Ia juga gemar memadukan sinematografi puitis dengan narasi yang berani mengkritisi isu-isu seperti konflik agama, gender, hingga politik.

Tak hanya aktif sebagai sutradara, Garin juga menekuni bidang lain dalam dunia perfilman seperti produser, dan penulis skenario. Ia aktif di industri perfilman Tanah Air sejak merampungkan kuliahnya di Fakultas Sinematografi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tahun 1985.

Kiprahnya dimulai dengan film dokumenter. Tetapi, namanya mulai dikenal luas setelah menggarap film Cinta dalam Sepotong Roti (1991) yang langsung mendapatkan penghargaan Film Terbaik di FFI 1991. Namanya juga masuk nominasi Sutradara Terbaik di ajang penghargaan yang sama.

Film  Samsara  Berjaya  Garin Nugroho Bawa Pulang Piala Citra FFI 2024 sebagai Sutradara Terbaik
Garin Nugroho. (Foto: Instagram/garin_film)

Sementara itu, film kedua yang disutradarainya dan ditulisnya, yakni Surat untuk Bidadari (1994) membawanya ke panggung film internasional. Sejak itu, namanya makin dikenal, melejit, dan merambah ke berbagai festival film internasional.

Beberapa film yang digarapnya adalah Bulan Tertusuk Ilalang (1995), Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (2002), Rindu Kami Padamu (2004), Mencari Madonna (2005), Opera Jawa (2006), Under The Tree (2008), Generasi Biru (2009), Laut Bercermin (2011), Soegija (2012), Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015), Kucumbu Tubuh Indahku (2019), Puisi Cinta yang Membunuh (2022), dan masih banyak lagi.

Atas sederet karyanya yang fenomenal, Garin tak hanya rajin membawa pulang penghargaan dari ajang dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Beberapa di antaranya adalah di Berlin International Film Festival 1996, Tokyo International Film Festival 1998, dan Singapore International Film Festival 2007. [rk]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic