Happy Salma, Aktris Pecinta Seni yang Berkiprah di Sinetron, Film, hingga Teater

ThePhrase.id – Aktris ternama Happy Salma kembali menyapa penonton Indonesia melalui film horor layar lebar 'Siksa Kubur' garapan sutradara kondang Joko Anwar.

Pada film ini, ia berperan sebagai Mutia Kirana, ibu dari Sita dan Adil sekaligus pasangan dari Sanjaya Arif yang diperankan oleh Fachri Albar. Film ini dibintangi juga oleh sederet aktor top seperti Reza Rahadian, Christine Hakim, hingga Faradina Mufti.

Seiring meningkatnya kepopuleran film ini, sosok Happy Salma sebagai salah satu pemerannya turut naik daun. Pasalnya, film ini telah meraup 1,4 juta penonton hanya dalam lima hari tayang di bioskop.

Meskipun ia hanya tampil selama beberapa menit, tetapi aktingnya mencuri perhatian penonton. Terlebih lagi, ini merupakan kali pertamanya muncul di film garapan Joko Anwar yang terkenal akan garapan film horornya yang fenomenal.

Sebelum 'Siksa Kubur', istri dari Tjokorda Bagus Dwi Santana Max Kerthyasa ini telah berperan dalam film horor 'Primbon' yang tayang pada Agustus 2023 dan digarap oleh Rudi Soedjarwo. Untuk film horor yang akan datang, Happy juga akan membintangi film 'Guna-Guna Istri Muda'.

Happy Salma sendiri pada awal terjun di industri perfilman dan industri seni Tanah Air lebih dikenal sebagai aktris sinetron. Ia diketahui telah membintangi segudang judul sinetron yang populer sejak tahun 1998 seperti 'Si Cecep'.

Di tahun 2006 ia baru merambah ke layar lebar melalui film 'Foto, Kotak dan Jendela'. Kini, Happy Salma lebih memilih untuk menyelami akting di film ketimbang di layar televisi melalui sinetron maupun FTV.

Kecintaan ibu dari dua anak ini dalam dunia seni membuatnya tak hanya berkiprah di layar lebar dan layar televisi, tetapi juga sebagai penulis buku dan juga pemeran teater.

Diketahui, ia telah menulis beberapa buku kumpulan cerpen seperti Pulang (2006) yang menjadi nominasi dalam Literary Khatulistiwa Award, Telaga Fatamorgana (2008), Titian: Antologi Cerita Pendek Kerakyatan (2008), Lobakan: Antologi Cerita Pendek (2009), dan Dari Murai ke Sangkat Emas (2009). 

Ia juga menulis novel kolaborasi dengan Pidi Baiq yang berjudul Hanya Salju dan Pisau Batu (2010), serta buku biografi kreatif Desak Nyoman Suarti "The Warrior Daughter" (2015).

Sementara itu, perjalanannya di dunia seni teater dimulai pada tahun 2007 dengan debut pada pentas "Nyai Ontosoroh". Di tahun 2009, ia mementaskan monolog "Ronggeng Dukuh Paruk" di Eropa, yakni di Belanda dan Swiss.

Perempuan kelahiran 4 Januari 1980 ini mementaskan pertunjukkan teater lainnya seperti "Jabang Tetuko" (2011), "Roro Mendut" (2012), "Bunga Penutup Abad" (2016, 2017), "Pentas Indonesia Kita" (2016, 2019), "Teater Musikal Inggit Garnasih: Tegak Setelah Ombak" (2022), hingga yang terbaru "Sudamala" (2023).

Passion dan kecintaannya dalam dunia teater dan sastra turut mendorongnya untuk melakukan hal lebih, yakni mendirikan Yayasan Seni dan Budaya Titimangsa (Titimangsa Foundation) yang memproduksi berbagai pertunjukan. [rk]