ThePhrase.id – Jika kini sudah banyak perempuan yang menggeluti bidang teknik, zaman dahulu hanya sedikit perempuan yang memilih masuk ke bidang yang kala itu didominasi dengan laki-laki, terlebih lagi teknik sipil.
Prof. Dr. Ir. Herlien Dwiarti Setio adalah sebagian kecil perempuan yang memilih jurusan teknik sipil di antara para lelaki kala itu. Saat ia masuk jurusan Teknik sipil pada tahun 1976, dari 150 mahasiswa, hanya ada 5 perempuan, dan Herlien merupakan salah satunya.
“Sipil itu memang dunia laki-laki ya dulunya. Kalau sekarang sudah banyak mahasiswi-mahasiswi cantik di sipil. Dulu belum banyak, waktu angkatan saya, satu angkatan cuma ada 5 orang dari 150,” ujar Herlien saat diwawancara thephrase.id.
Awalnya ia bercita-cita menjadi dokter seperti kebanyakan anak pada saat itu. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, cita-cita tersebut berubah. Ia kemudian lebih memilih jurusan teknik sipil di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pada saat itu juga merupakan jurusan terbaik.
Merasa pengetahuan yang dimilikinya belum cukup, Prof. Herlien berkeinginen untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, pada tahun 1982, Ia memutuskan untuk menjadi seorang dosen di almamaternya, ITB. Pada tahun 1985, Ia berangkat ke Perancis mengejar cita-citanya dan melanjutkan studi S2 dan S3 di Ecole Centrale de Lyon dalam bidang Dinamika Struktur dan Kontrol.
Prof. Dr. Ir. Herlien Dwiarti Setio. (Foto: dok. Pribadi)
Kegigihannya dalam bidang tersebut, kini membuahkan hasil yang luar biasa. Setelah sekian lama mengabdi di ITB sebagai pengajar, Herlien kemudian diberikan jabatan akademik profesor pada tahun 2010. Jabatan tersebut ia dapatkan dengan menekuni keahlian dinamika struktur dan kontrol dan menjadikannya profesor sipil perempuan pertama di ITB.
“Senang, bangga, bahagia, yang sulit diungkapkan dalam kata-kata. Saya juga ingin membuat orang tua dan keluarga ikut berbahagia,” ungkap Herlien ketika ditanya bagaimana perasaannya saat mendapatkan gelar profesor tersebut. Ia juga mengatakan di teknik sipil ITB kini juga sudah ada profesor perempuan lain. Namun, di kelompok keahlian rekayasa struktur, profesor perempuan baru satu yaitu Prof Herlien itu sendiri.
Ia juga mengatakan, dari banyak peminatan di teknik sipil, ia lebih memilih rekayasa struktur, dan menekuni dinamika struktur dan kontrol. Hal ini karena menurutnya bidang ini mempunyai masa depan sangat luas dan menjanjikan. Pada masa kini ahli-ahli dinamika struktur sangat dibutuhkan.
Bidang keahliannya ini mempelajari tentang analisis, perilaku dinamik dan desain struktur dari bangunan-bangunan gedung, jembatan, dan lainnya yang saat ini cenderung makin fleksibel. Kini, banyak dibangun gedung-gedung yang makin lama makin tinggi dan jembatan-jembatan yang makin lama makin panjang. Struktur yang cenderung makin fleksibel ini, akan semakin sensitif terhadap beban-beban lingkungan dinamik seperti beban gempa dan angin.
“Dengan menambahkan sistem kontrol pada bangunan, baik secara pasif maupun aktif, maka struktur bangunan tersebut dapat memberi respon yang lebih baik jika dikenai beban lingkungan dinamik,” ujarnya.
Prof. Dr. Ir. Herlien Dwiarti Setio bersama mahasiswa sipil pada kegiatan Sipil Bangun Desa. (Foto: dok. Pribadi)
Dalam mendesain bangunan, desainer juga harus taat pada peraturan atau standar yang telah ditetapkan. Begitu juga saat dalam tahap konstruksi dari hasil desain tersebut.
“Tanggung jawab insinyur sipil sangat besar. Jika bangunan hasil rancangannya gagal karena salah desain, maka akan menimbulkan kerugian materi dan mungkin korban jiwa yang tidak ternilai,” tandas Herlien.
Menurutnya, peraturan mengenai desain bangunan sudah ada dan lengkap, sehingga para desainer sipil harus mentaati dan teliti saat mendesain sebuah bangunan. Dalam melakukan tugasnya setiap engineer harus berhati-hati, tetapi juga harus memiliki sikap berani. Untuk menumbuhkan sebuah keberanian dibutuhkan pengetahuan yang memadai.
“Berani itu penting. Tanpa keberanian, tak akan ada inovasi”, katanya.
Herlien aktif mengajar mahasiswa S1, S2, dan S3 di ITB. Dengan adanya pandemi, seperti dosen lainnya, ia juga mengajar secara daring. Namun, ia merasa khawatir dengan kualitas pengajaran yang ada, apakah mahasiswa dapat menyerap kuliah daring ini dengan baik.
“Sudah setahun setengah pandemi, mahasiswa kuliahnya online. Jadi kita tidak tahu dengan pasti apakah mereka mengerti atau tidak. Tanggung jawab dosen menjadi semakin besar untuk menjamin mahasiswa dapat mengerti materi perkuliahan. Keberhasilan mahasiswa sangat sulit untuk diukur seperti yang seharusnya,” ujar Herlien mengungkapkan kekhawatirannya sebagai dosen. Herlien berharap, para mahasiswa lebih serius mempelajari bidang yang mereka pilih.
Selain mengajar, Herlien juga aktif membimbing proyek penelitian mahasiswa-mahasiswa didikannya. Selalu aktif melakukan penelitian, mempublikasikan hasil-hasil penelitian dan jurnal ilmiah maupun berbicara dalam berbagai seminar baik nasional dan internasional dilakukannya secara menerus.
Herlien dan suaminya, Dr. Ir. Sangriyadi Setio yang juga seorang dosen di ITB, melanjutkan studi di kampus yang sama di Ecole Centrale de Lyon sehingga mereka sering harus bekerja dan melakukan penelitian sebagai suatu tim.
Prof. Dr. Ir. Herlien Dwiarti Setio saat diwawancara oleh thephrase.id. (Foto. Dok. Istimewa)
Salah satu hasil penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal internasional dari Society for Experimental Mechanics (SEM), Amerika Serikat. Artikel tersebut diminta langsung oleh SEM untuk dituliskan pada The International Journal of Analytical and Experimental Modal Analysis. Pada tahun 1994, SEM USA memberi penghargaan The Best Paper Award untuk artikel tersebut yang diberikan dalam suatu acara di Honolulu, Hawaii.
Berbagai penghargaan lain juga telah diperolehnya, seperti Piagam Penghargaan serta Lencana Pengabdian 25 tahun dan 35 tahun dari Rektor ITB, Satyalencana Karya Satya 20 tahun dan 30 tahun dari Presiden RI. Teranyar, ia mendapat Piagam Penghargaan Institut Teknologi Bandung Bidang Pengajaran, atas prestasinya sebagai pendidik dari Rektor ITB, pada tahun 2018.
Penghargaan-penghargaan dan pencapaian yang ia dapat ini tidak terlepas dari kerja keras dan dukungan keluarga.
“Saya sangat berterima kasih pada keluarga, terutama suami, anak-anak dan orang tua atas dukungan mereka yang sangat besar. Tanpa pengorbanan dan pengertian mereka, saya tidak akan pernah menjadi yang seperti sekarang ini. Pada waktu di Perancis, anak saya harus rela diasuh oleh seorang ibu dari suatu keluarga Perancis sepanjang hari jika orang tuanya sedang bekerja di kampus. Baru sore hari dia bisa kami jemput,” ujar Herlien.
Prof. Dr. Ir. Herlien Setio pada kegiatan student exchange ITB -FHE, Erfurt di Jerman. (Foto: dok. Pribadi)
Selain mengajar dan meneliti, seorang dosen juga harus melakukan pengabdian pada masyarakat. Tiga kegiatan ini wajib dilakukan oleh semua dosen yang dimaksudkan untuk pengembangan diri dan pengayaan bidang keahlian.
Dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat, Herlien telah melakukan berbagai proyek dan pekerjaan untuk membantu pemerintah dan masyarakat pada umumnya sejak lulus sarjana teknik sipil sampai sekarang.
Proyek-proyek tersebut misalnya Perencanaan dan Perancangan Struktur Bangunan pada Proyek Pengembangan Industri Pertambangan Batu Bara, PT. Bukit Asam, Railway Bridges Project Java and Sumatra yang bekerjasama dengan perusahaan dari Belanda, Analisis vibrasi struktur penunjang mesin centrifugal pada Urea Centrifuge II PT. Pupuk Sriwidjaja, Perancangan pondasi Turbin Uap SNM 46 MW PT Bekasi Power, Jakarta Light Rail Transit (LRT) Project, Analisis investigasi dan forensik proyek Peningkatan Jalan Lingkar Barat Duri dan masih banyak lagi.
Selain memiliki jabatan fungsional sebagai guru besar, Herlien pernah juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB. Kini ia menjabat sebagai Ketua Senat FTSL ITB sejak tahun 2019.
Di waktu senggangnya, Herlien ternyata senang melakukan berbagai aktivitas di rumahnya. Mulai dari menjahit, merajut, membuat perabotan seperti lemari, hingga yang utama sekarang berkebun karena pandemi ini. Buah-buahan seperti jeruk, durian, alpukat, hingga mangga turut ditanam di halaman rumahnya sebagai hobinya di tengah pandemi. [rk]