ThePhrase.id – Wisuda periode 245 Universitas Airlangga (Unair) menjadi momen yang mengharukan dan membahagiakan bagi wisudawan bernama Alfian Andhika Yudhistira. Pasalnya, ia bukan hanya berhasil merampungkan studi S2-nya, tetapi juga menjadi mahasiswa tunanetra pertama yang meraih gelar S2 di Unair.
Pada sambutan dalam wisuda yang berlangsung di Airlangga Convention Center (ACC), Surabaya, Minggu (22/12), Alfian mengucap syukur serta menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pihak-pihak yang telah membantunya menyelesaikan studi.
"Meskipun saya tunanetra pertama, saya merasa diperlakukan baik sekali di Unair selama saya berkuliah. Saya jarang mendapat pendamping dari luar kelas karena teman-teman sekelas saya sudah bisa menjadi pendamping," ungkap Alfian, dikutip dari laman resmi Unair.
Keberhasilannya merampungkan studi S2 pada jurusan Kebijakan Publik ini menjadi dorongan bagi para penyandang disabilitas lain untuk dapat menimba ilmu setinggi-tingginya, meski memiliki keterbatasan dan kebutuhan khusus.
Pada laman media sosialnya, Alfian menuliskan bahwa wisuda S2 ini bukanlah garis akhir, melainkan awal yang baru. Ia ingin bisa berkontribusi lebih besar untuk Indonesia yang lebih inklusif.
"Wisuda ini bukanlah garis akhir. Ini adalah awal baru untuk menciptakan perubahan. Dengan perpaduan ilmu antropologi dan kebijakan publik, saya berharap bisa terus berkontribusi untuk Indonesia yang lebih inklusif, " ujarnya.
"Teman-teman disabilitas bukan hanya pelengkap, apalagi hanya sekadar penerima donasi, terlebih jadi konflik di sana-sini. Tetapi kami adalah bagian penting dari pembangunan bangsa. Kamu tidak hanya menunggu kesempatan datang, jika perlu, kami akan menciptakannya dengan cara yang mungkin tak terduga, karena banyak yang fokus memandang kami dengan sebelah mata," Imbuhnya.
Bukan hanya membanggakan dengan menjadi wisudawan S2 tunanetra pertama di Unair, Alfian juga menjadi anggota pertama dalam keluargannya pertama yang lulus S2. Padahal, ia merupakan satu-satunya tunenetra di keluarga. Bahkan, ia berasal dari keluarga sederhana, di mana sang ibu merupakan seorang ibu rumah tangga, dan sang ayah adalah tukang tambal ban.
"Saya tunanetra satu-satunya. Saya anak keempat, tapi yang pertama S2. Ibu saya ibu rumah tangga dan bapak saya tukang tambal ban, tetapi saya bangga menjadi bagian dari mereka," ungkapnya.
Ke depannya, Alfian bertekad untuk berkontribusi lebih banyak dalam menjadikan Indonesia lebih inklusif. Saat ini, ia aktif menyebarkan isu tentang disabilitas di media sosial.
"Yang saya lakukan saat ini adalah bagaimana saya menularkan isu-isu disabilitas melalui sosial media dan itu harus dilakukan dengan bahagia. Disabilitas itu harus bahagia," tuturnya.
Di luar itu, Alfian berprofesi sebagai ASN di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, lebih tepatnya di Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT).
Ia diterima sebagai ASN pada tahun 2022 dan menjadi lulusan disabilitas Unair pertama yang diterima sebagai ASN di Kementerian. Posisinya di Ditjen PPDT adalah sebagai Penelaah Teknis Kebijakan.
Selain itu, Alfian juga aktif menjabat sebagai Plt Ketua Daerah pada Dewan Pengurus Daerah Persatuan Tunanetra Indonesia Provinsi Jawa Timur.
Ia juga pernah menciptakan sebuah buku saku berjudul "Enjoy Membangun Hubungan Kerja dengan Pegawai Disabilitas Netra" untuk memberikan informasi mengenai pegawai dengan disabilitas netra dan kompetisi yang mereka miliki. [rk]