leader

Irmandy Wicaksono, Peneliti Interdisipliner Jebolan Swiss, yang Masuk Daftar Forbes Asia 2022

Penulis Rahma K
Jun 07, 2022
Irmandy Wicaksono, Peneliti Interdisipliner Jebolan Swiss, yang Masuk Daftar Forbes Asia 2022
ThePhrase.id – Irmandy Wicaksono adalah  jebolan master dari Federal Institute of Technology (ETH) Zurich, Swiss yang kini menjadi kandidat PhD atau mahasiswa S3 di MIT Media Lab, Massachusetts Institute of Technology (MIT), salah satu universitas terbaik di dunia. Ia merupakan anak bangsa yang membanggakan dengan berbagai pencapaian dan penemuannya.

Ia baru saja masuk dalam daftar Forbes 30 under 30 Asia 2022 pada kategori Healthcare & Science sebagai seorang peneliti dari MIT. Sebelumnya, Irmandy juga telah menerima berbagai penghargaan seperti SXSW Innovation Award dan yang paling baru adalah memenangkan penghargaan Harold and Arlene Schnitzer Prize pada Visual Arts, 2022.

Karya-karyanya telah diterbitkan di berbagai jurnal dan konferensi, ditampilkan di berbagai media, hingga dipresentasikan di forum dan museum seperti SXSW, World Economic Forum, MIT Museum, dan Lexus Intersect Tokyo. Bahkan, ia telah memiliki tiga paten AS atas karya-karyanya.

Irmandy Wicaksono. (Foto: Instagram/Irmandyw)


Wah, hebat ya! Makin penasaran kan dengan sosok Irmandy Wicaksono ini? Yuk kenalan lebih dalam!

Usai lulus dari SMA Labschool di Jakarta pada tahun 2010, Irmandy berangkat ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan sarjananya di University of Southampton, United Kingdom. Ia mengambil jurusan Electrical Engineering and Computer Science dan lulus pada tahun 2014 dengan gelar B.Eng.

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan magisternya masih di Eropa, tetapi kali ini di Swiss. Lebih tepatnya ia mendapatkan gelar M.Sc pada jurusan Electrical Engineering and Information Technology dari Swiss Federal Institute of Technology (ETH) Zurich, Swiss.

Tak puas sampai di situ, ia kembali mengejar pendidikan yang lebih tinggi, kali ini di universitas nomor satu di dunia, yaitu MIT. Ia mengambil program SM/PhD, yaitu program S2 dan S3 pada Media Arts and Sciences. Di tahun 2019 ia mendapatkan gelar S.M. atau Master of Science dan saat ini masih menjalani studi S3 sembari menjadi asisten peneliti.

Irmandy Wicaksono (tengah) saat meraih gelar S2 dari MIT. (Foto: Instagram/Irmandyw)

Fokus dan Minat Irmandy


Meskipun latar belakang pendidikannya adalah teknik, Irmandy menyadari bahwa ilmu yang ia miliki dapat diterapkan dalam seni dan desain. Kini, karyanya banyak berhubungan dengan tekstil atau manufaktur dan fabrikasi yang berhubungan dengan teknologi.

Dalam kata lain, ia berfokus pada pengerjaan smart textile yang dikawinkan dengan teknologi dan menghasilkan pengaplikasian dalam berbagai bidang seperti kesehatan, kesejahteraan, rehabilitasi, media interaktif, interaksi manusia-komputer, lingkungan, hingga eksplorasi ruang angkasa.

Ia adalah seorang peneliti interdisipliner yang mengeksplorasi interaksi antara berbagai bidang seperti sains, teknik, seni, desain, serta persimpangan antara penelitian dan manufaktur.

Irmandy Wicaksono. (Foto: irmandyw.com)


Ketertarikannya pada bidang manufaktur pertama kali muncul ketika ia berkesempatan magang di Studio XO ketika masih duduk di bangku S1. Studio XO sendiri adalah sebuah laboratorium teknologi fashion di London.

Ia mendapatkan kesempatan untuk menjadi bagian dalam pengembangan gaun mekatronik Anemone dan Cipher yang kemudian dikenakan oleh Lady Gaga untuk penampilannya pada iTunes Festival dan kampanye artRAVE di tahun 2013. Maka dari itu, kini ia menjalani program SM/PhD di MIT pada jurusan Media Arts and Sciences.

Karya-karya Irmandy


Dilansir dari laman MIT Media Lab, terdapat 11 proyek atau karya yang telah ia temukan bersama MIT Media Lab. Antara lain adalah Electronic Textile Confortable Suit (E-TeCS) yang dapat memantau aktivitas fisiologis manusia.

Beberapa karya Irmandy. (Foto: irmandyw.com)


Ia juga menemukan Peristaltic Suit yang memungkinkan asntronot untuk beraktivitas secara aktif dengan menggunakan indera fisiknya dan memberikan tekanan spatiotemporal dan peristaltik pada tubuh mereka. Ia juga berhasil menemukan  SpaceTouch, kain yang  tahan di angkasa tetapi dapat merasakan dan melindungi, meniru kemampuan sensor biologis kulit.

Selain itu, pria yang berusia 28 tahun ini juga menemukan KnittedKeyboard, sebuah keyboard yang terbuat dari kain, dan 3DKnITS, sebuah rajutan tiga dimensi yang memiliki sensor untuk mengetahui aktivitas manusia dan memantau biomekanis.

Karyanya terbaru dan memenangkan penghargaan adalah Tapis Magique. Tapis Magique adalah sebuah tekstil rajut elektronik yang berukuran besar dan dapat merasakan tekanan langkah dan postur manusia yang kemudian mengubahnya menjadi suara. Karya ini juga dipajang di Lexus Design Award 2021 Exhibition, Jepang. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic