leader

Isop Sopiah, Bawa Harapan Pendidikan di Pelosok Garut

Penulis Rahma K
Jul 15, 2022
Isop Sopiah, Bawa Harapan Pendidikan di Pelosok Garut
ThePhrase.id – Isop Sopiah adalah seorang sosok pembawa harapan bagi masa depan anak-anak di pelosok Garut. Ia telah mendirikan 11 fasilitas pendidikan yang didedikasikan untuk anak-anak kurang mampu.

Bukan berasal dari keluarga kaya raya atau memiliki kelebihan finansial, tetapi Isop bertekad memberikan pendidikan gratis untuk anak-anak dari keluarga miskin agar dapat mendapatkan ilmu seperti anak-anak lainnya.

Ia tak ingin anak-anak yang tinggal di pelosok tersebut merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan ketika ia masih kecil. Pasalnya, tinggal di pelosok membuatnya sulit mengakses pendidikan.

Isop Sopiah. (Foto: kompas.id)


"Saya juga berangkat dari keluarga yang kurang mampu. Perjuangan saya rasakan ketika SMA dan kuliah, itu benar-benar bejuang untuk bisa bertahan. Sejak lulus saya berikrar untuk membantu anak yang senasib dengan saya," ujar Isop, dilansir dari Detik.

Ayah Isop hanyalah seorang tukang penjual cuanki di Bekasi. Sesekal pulangi dan membawakan uang yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Isop yang lahir dan besar di Kampung Nagrog, Desa Sarimukti, Kecamatan Pasirwangi pun mengalami kendala finansial. Untuk mendapatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sebatas sekolah menengah saja ia kesulitan.

Ini dikarenakan sekolah yang terdekat lokasinya jauh dari rumahnya. Ditambah lagi infrastruktur yang kurang memadai dan akses yang sulit. Untungnya, kala itu sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang bernama Sururon didirikan oleh Boy Fidro. MTs yang setara SMP itu menjadi satu-satunya dalam radius beberapa kilometer di kampungnya.

Berkat MTs tersebut, Isop dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang berikutnya hingga masuk kuliah dengan beasiswa di Universitas Garut pada jurusan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan lulus pada tahun 2015.

Salah satu sekolah yang didirikan Isop. (Foto: detik.com)


Melihat perjuangan pendiri MTs di dekat rumahnya kala itu, Isop menjadi terinspirasi. Sang pendiri MTs tersebut harus menempuh jarak yang jauh untuk mencapai sekolah tersebut. Namun, demi berbagi ilmu bagi para anak-anak pelosok, ia rela melakukannya.

"Pak Boy tinggal di Samarang, Garut. Berarti jaraknya sekitar 10 kilometer dari sini. Jalannya berbatu, kecil, dan curam. Tetapi, beliau tetap setia mengajari kami. Dari beliau saya belajar, untuk memberikan ilmu memang membutuhkan pengorbanan," beber Isop, dilansir dari Harian Kompas.

Untuk itu, selepas lulus dari kuliah di tahun 2015, Isop langsung mendirikan sekolah gratis untuk anak-anak pelosok Garut. Meski tak dapat dikatakan sebagai sekolah yang lengkap dengan meja dan kursi, tetapi sekolah tersebut menjadi cahaya harapan bagi anak-anak di sana.

Beralaskan tikar, Isop dan beberapa guru lainnya mengajarkan anak-anak tersebut membaca dan menulis hingga pembelajaran perkembangan karakter. Poin terakhir tersebut juga dirasa penting untuk diajarkan karena sebelum masuk ke sekolah, mereka cenderung kurang memahami hal tersebut.

"Anak-anak tidak hanya butuh pendidikan formal, tetapi juga pengembangan karakter yang didapatkan di sekolah. Dulu waktu sebelum ada sekolah, anak-anak di sini kurang memperhatikan sanitasi, buang air sembarangan. Pokoknya unik-unik pengalamannya," ujar Isop.

Salah satu sekolah yang didirikan Isop. (Foto: radioidola.com)


Hingga kini, Isop telah mendirikan dan mengelola kurang lebih 11 fasilitas pendidikan seperti kelompok bermain, madrasah, hingga taman pendidikan. Total jumlah siswanya mencapai 500 anak, bahkan ada anak yang sudah lulus dari kelas 6.

Sekolah-sekolah yang dikelola Isop ini berbasis pendidikan karakter dan agama. Tempatnya tersebar di Kecamatan Cigedug, Sukaresmi, Sukawening, Cihurip, dan Cisurupan. Semua sekolah ini terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

"Awal buka itu baru kober (kelompok bermain/playgroup) dan kelas 1. Setiap tahun, ada tingkatan kelas baru yang dibuka. Tahun ini, kelas 6 yang akan lulus itu adalah angkatan pertama di 2016 itu. Semoga mereka semua lulus," ucap perempuan kelahiran 1993 ini.

Meski niat dan tujuannya mulia dan baik, Isop tetap menemukan kesulitan ketika mengajak anak-anak tersebut untuk sekolah. Kesulitan tersebut adalah ketika harus meyakinkan orang tua siswa agar mau menyekolahkan anak-anak mereka. Padahal, ia membuka sekolah tanpa memungut biaya apapun alias gratis. Bahkan, dirinya juga membayar para guru yang ikut mengajar.

"Padahal, kampung ini bisa dikatakan sangat produktif untuk kelahiran. Bahkan, ada rumah tangga dengan kartu keluarga yang sampai dua lembar. Kalau tidak disekolahkan, bisa bermasalah nanti masa depannya," tutur Isop Sopiah. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic