leader

Jadi Google Doodle, Ini Jasa dan Perjalanan Hidup Dr. Sulianti Saroso

Penulis Rahma K
May 11, 2023
Jadi Google Doodle, Ini Jasa dan Perjalanan Hidup Dr. Sulianti Saroso
ThePhrase.id – Pada tanggal 10 Mei 2023, Google Indonesia memasang ilustrasi sosok Prof. Dr. Julie Sulianti Saroso sebagai google doodle pada laman utama ketika membuka search engine google.com tersebut. Doodle ini dibuat untuk merayakan ulang tahun sang tokoh kesehatan yang ke-106.

Akrab disebut dengan panggilan Dokter Sulianti Saroso, ia adalah seorang dokter dan juga sosok yang terkenal di dunia kesehatan Tanah Air. Ia juga merupakan salah satu dokter wanita pertama di Indonesia.

Semasa hidupnya, ia mendedikasikan diri untuk mempelajari ilmu kesehatan dan mengabdi kepada masyarakat untuk mendapatkan akses layanan kesehatan yang lebih baik. Selain itu, Sulianti dikenal luas sebagai salah satu dokter yang berperan dalam pembatasan kelahiran di Indonesia.

Google Doodle Dr. Sulianti Saroso oleh ilustrator Lenny. (Foto: google.com)

Memperkenalkan program keluarga berencana (KB)


Ia memperkenalkan konsep keluarga berencana dengan membatasi hanya dua anak dalam satu keluarga setelah mendapatkan beasiswa dari World Health Organization (WHO) untuk belajar tentang tata kelola ibu dan anak di negara-negara Eropa.

Sekembalinya ke Indonesia, ia mendapatkan Certificate of Public Health Administrasion dari Universitas London. Ia ditempatkan sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan di Yogyakarta.

Di situlah ia mulai memperkenalkan pendidikan seks dan gerakan keluarga berencana untuk pengendalian angka kelahiran. Kala itu Indonesia tengah mengalami angka kelahiran yang tinggi. Namun, program yang diperkenalkannya itu ditolak oleh para dokter dan pimpinan organisasi keagamaan.

Ia kemudian dipindahkan ke Jakarta dan diangkat menjadi Direktur Kesehatan Ibu dan Anak di kantor Kementerian Kesehatan. Di Jakarta, ia terus memperjuangkan ide program KB. Ia juga mendirikan Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang kemudian melahirkan klinik-klinik swasta dengan program KB.

Baru di tahun 1970 dan 1980an program KB akhirnya diadopsi menjadi kebijakan pemerintah dan diterapkan secara luas oleh masyarakat Indonesia.

Berkontribusi pada masa perjuangan kemerdekaan


Lahir pada 10 Mei 1917, Sulianti turut merasakan masa-masa perjuangan sebelum Indonesia akhirnya merdeka pada 17 Agustus 1945. Bukan hanya merasakan, ia juga turut berkontribusi, berjuang dalam bidang kesehatan.

Sebagai lulusan kedokteran dari Geneeskundige Hoge School (GHS) yang lulus pada tahun 1942, Sulianti tergabung sebagai tokoh yang berjasa selama masa perjuangan kemerdekaan (1946-1949). Ia mengusahakan obat-obatan dan makanan di kantong-kantong gerilya di berbagai daerah seperti Yogyakarta, Demak,dan Gresik.

Tak hanya itu, ia juga aktif dalam Organisasi Pemuda Putri Indonesia (PPI), menjadi anggota Dewan Pimpinan KOWANI, hingga tergabung dalam badan Kongres Pemuda Republik Indonesia. ia juga membangun Laskar Wanita yang diberi nama Wanita Pembantu Perjuangan (WAPP) bersama rekan-rekannya.

Pendidikan


Dokter Sulianti Saroso mengenyam berbagai pendidikan selama hidupnya. Pendidikan kedokteran pertama yang ia tekuni adalah di sekolah tinggi kedokteran GHS di Batavia (Jakarta) dan lulus di tahun 1942.

Dr. Sulianti Saroso. (Foto: dok. Keluarga dari indonesia.go.id)


Setelah lulus dan berkontribusi pada perjuangan kemerdekaan Idnonesia, ia meneruskan pendidikannya di Inggris, Skandanavia, Amerika Serikat, dan Malaya selama dua tahun, dari tahun 1950 hingga 1951 dan mendapatkan Certificate of Public Health Administrasion dari Universitas London.

Di tahun 1962, ia mendapatkan gelar Master of Public Health (MPH) dan Tropical Medicine (TM). Di tahun 1965, setelah melakukan disertasi di Tulane Medical School di Louisiana, Amerika Serikat, ia mendapatkan gelar Doctor of Public Health (epidemiologi).

Setelah itu, di tahun 1969 ia dikukuhkan sebagai profesor pada Universitas Airlangga, Surabaya dengan pidato pengukuhan tentang "Pendekatan Epidemiologis dan Menanggulangi Penyakit".

Perjalanan karier


Setelah menamatkan pendidikan kedokteran jenjang pertamanya, Sulianti langsung bekerja di bagian Penyakit Dalam CBZ, Jakarta. Di tahun 1951 setelah rampung melanjutkan studinya, ia memulai karier di Departemen Kesehatan (Depkes) RI.

Di Depkes (kini Kemenkes), ia menjabat berbagai posisi, yakni Kepala bagian Kesejahteraan Ibu dan Anak, Kepala Hubungan Luar Negeri, Wakil Kepala Bagian Pendidikan, Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat Desa dan Pendidikan Kesehatan Rakyat, dan Kepala Planning Board.

Di tahun 1967 ia diangkat menjadi Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M), merangkap Ketua Research kesehatan Nasional (LRKN) di Departemen Kesehatan.

Pada tahun 1975 hingga 1978, ia menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Tahun berikutnya, ia diangkat menjadi staf ahli Menteri Kesehatan dan ditunjuk sebagai anggota Board of Trustess of the International Center of Diarrhea Disease Research Bangladesh dan menjabat Chairman of the Board selama setahun dari 1979 sampai 1980.

Di kancah internasional, ia kerap mewakili Indonesia dalam sidang-sidang internasional pada bidang kesehatan, menjadi anggota WHO Expert Committee of Maternity and Child Health, anggota Komisi PBB Community Development di Negara-negara Afrika, anggota Honorary Society on Public Health Delta Omega, anggota WHO Expert Committee of Internasional Surveilance of Communicable Diseases, anggota Komisi Nasional Kedudukan Wanita Indonesia, President of the World Health Assembly dan anggota Badan Eksekutif WHO. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic