leader

Jadi Pejuang Sampah di Solo, Denok Marty Astuti Tinggalkan Perusahaan Multinasional

Penulis Rahma K
May 19, 2022
Jadi Pejuang Sampah di Solo, Denok Marty Astuti Tinggalkan Perusahaan Multinasional
ThePhrase.id – Dari kota Solo, ada sosok inspiratif bernama Denok Marty Astuti yang tinggalkan pekerjaan tetapnya di ibu kota Jakarta demi mengurus permasalahan sampah di kampung halamannya.

Perempuan yang lebih akrab dipanggil Denok tersebut merupakan mantan karyawan dari perusahaan multinasional Astra Honda Motor sebagai akuntan selama 12 tahun lamanya. Di tahun 2013, ia memutuskan untuk resign dan menjadi 'pejuang' sampah di Solo.

Disebut pejuang karena kepeduliannya terhadap permasalahan sampah begitu tinggi hingga ia rela berkorban yang tak dapat disebut sesuatu yang kecil. Dibutuhkan lebih dari 10 tahun untuk mencapai posisi mapan pada pekerjaan sebelumnya, tetapi ia lebih memilih untuk berkontribusi pada lingkungan dan masyarakat.

Denok Marty Astuti. (Foto: instagram/denok.martya)


"Saya mengajukan pengunduran diri sampai empat kali. Yang terakhir saya jelaskan bahwa di sini semua orang sudah pintar. Sekarang saya ingin membuat orang di luar sini pintar," ungkap Denok dilansir dari Jawa Pos.

Membuat orang di luar Jakarta pintar yang ia maksud adalah memberikan edukasi pada warga terkait cara mengelola sampah yang benar seperti memilah, mengolah sampah organik dan anorganik, dan lain-lain, agar sampah tak dibuang begitu saja.

Kepeduliannya terhadap permasalahan sampah berangkat dari rasa prihatin yang ia rasakan terhadap sampah yang ia jumpai di Jakarta. Menurutnya, meski Solo tidak sebesar Jakarta, tetapi permasalahan sampahnya juga sama parahnya dengan Jakarta.

Dengan keyakinan tersebut Denok kembali ke Solo setelah resign dan memilih untuk memulai edukasi dari rutan. Menurutnya, rutan atau penjara merupakan tempat yang tepat untuk memulai karena jumlah orangnya yang tak begitu banyak dan tidak bepergian kemana-mana, sehingga perkembangannya dapat dipantau.

Denok Marty Astuti. (Foto: instagram/denok.martya)


Alasan lain memilih rutan adalah karena Denok melihat potensi sampah yang besar dari penjara. Ia membayangkan ratusan narapidana yang menghasilkan sampah hasil konsumsi dalam satu hari. Akhirnya ia memulai dari mengolah ulang sampah organik sisa makanan. Denok menjelaskan dan mengajarkan potensi sampah tersebut diolah menjadi pupuk kompos yang kemudian menjadi produk unggulan rutan tersebut.

Setelah berhasil memproduksi pupuk kompos, Denok kembali mengajarkan kerajinan lain, kali ini mengelola sampah anorganik untuk menjadi kerajinan tangan. Lebih dari 60-80 napi baik perempuan maupun laki-laki yang kemudian aktif membuat kerajinan tangan. Kerajinan tangan tersebut kemudian dipajang di galeri yang dulunya garasi Karutan dan dapat dibeli oleh masyarakat.

Rutan kelas I A Solo yang berlokasi di pusat kota merupakan sasaran pertamanya yang telah berhasil ia taklukan. Setelah ia melihat bahwa para napi dapat berjalan sendiri, ia mulai berekspansi ke ibu-ibu di lingkungan RT dan RW.

Denok Marty Astuti. (Foto: instagram/denok.martya)


"Saya berpikir, penjara saja bisa saya taklukkan, berarti di masyarakat saya juga harus sanggup. Habis itu ya sudah, blusukannya ke RT, RW, sekolah, kelurahan, kecamatan, kantor, dan sekolah yang sekrang banyak saya gerakkan," ujar Denok dilansir dari Merdeka.

Namun, ia mengalami kesulitan karena banyak ibu-ibu yang tak mau dibina dan malah memandang dirinya sebelah mata. Tak menyerah, Denok telah berhasil dirikan 115 bank sampah dan mengajarkan keterampilan daur ulang sampah.

Bank sampah tersebut menjadi tempat disetorkannya sampah yang kemudian dapat ditukar dengan uang. Bahkan, seiring berjalannya waktu, ia juga membuat penukaran sampah ditukar dengan emas batangan mulai dari 0,01 gram. Dengan cara ini, masyarakat lebih giat menyetor dan mendaur ulang sampah.

Denok Marty Astuti dan Gibran Rakabuming Raka. (Foto: instagram/denok.martya)


Dari yang awalnya berorientasi uang, Denok menilai masyarakat kini mulai melakukan daru ulang sampah dan memperhatikan masalah sampah karena kesadaran yang tumbuh bahwa sampah adalah kewajiban bersama untuk diurus dan dicari solusinya.

Selain bank sampah yang dilakukan secara mandiri oleh Denok, pemerintah kota Solo juga mulai menginisiasi bank sampah di beberapa kecamatan di Solo. Salah satu yang sudah terealisasi adalah program Papi Sarimah oleh pemerintah kecamatan Banjarsari.

Dilansir Solo Pos, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka juga meminta agar program tersebut dapat diterapkan di kecamatan-kecamatan lainnya. Denok sebagai Ketua Komunitas Bank Sampah Kerjanyata Solo Raya mengatakan bahwa program ini akan maksimal jika didukung dengan bank sampah dalam jumlah yang memadai. [rk]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic