
ThePhrase.id – Ketika mendengar istilah 'clubbing', hal yang terpikirkan setelahnya pasti musik yang keras, lampu yang gemerlap, dan alkohol. Meskipun itu tak salah, fenomena soft clubbing yang makin populer memiliki definisi yang berbeda dari hanya clubbing.
Soft clubbing adalah pesta atau hiburan yang lebih santai, sehat, dan sadar. Kegiatan dalam soft clubbing meliputi aktivitas bersenang-senang seperti dansa santai, menikmati musik, hingga bercengkerama dengan banyak orang, tetapi dengan menekankan koneksi sosial dan tanpa alkohol.
Tren ini muncul sebagai respons terhadap kebosanan terhadap klub malam konvensional yang bising, mahal, dan memberikan efek samping seperti mabuk keesokan harinya. Selain itu, kesadaran akan hidup yang lebih sehat juga mendorong fenomena ini semakin digemari banyak orang, terutama para anak muda.
Soft clubbing juga telah menjadi fenomena global yang dinikmati generasi muda secara mayoritas. Salah satu alasannya adalah kecenderungan generasi Z mengonsumsi alkohol 20 persen lebih sedikit dibandingkan milenial pada usia yang sama karena prioritas terhadap kesehatan mental dan pengelolaan keuangan pasca pandemi.

Biasanya, soft clubbing berlangsung di lokasi yang unik seperti kafe, rooftop bar, lounge, studio kebugaran, galeri seni, atau bahkan salon kecantikan. Pengunjung lebih cenderung menikmati kopi, matcha, atau mocktail sambil menari didampingi alunan DJ yang santai.
Meski ada DJ dan tetap ada musik, tetapi lantunan yang dipilih bukanlah dentuman EDM yang keras. DJ atau musisi justru memainkan alunan deep-house yang lembut, ambient, downtempo, jazz ringan, atau bahkan akustik. Pada dasarnya, jenis musik yang dimainkan adalah yang enak untuk didengar sembari berbincang tanpa harus berteriak karena volume yang kencang.
Soal dress-code, para penikmat soft clubbing hadir dengan outfit yang nyaman, santai, tapi stylish. Berbeda dengan pakaian untuk clubbing yang lebih glamor dan terbuka.
Sementara itu untuk waktu berlangsungnya, soft clubbing tak selalu dilakukan pada malam hari seperti clubbing konvensional. Gaya hidup baru ini lebih fleksibel karena bisa berlangsung pada sore hari, awal malam, atau bahkan pada pagi hari di kafe-kafe yang hits.
Di Australia, berbagai kafe sering kali mengadakan acara "Coffee + DJs" di pagi hari yang diminati banyak anak muda. Acara seperti ini menjadi solusi bagi generasi Z untuk membangun hubungan dan relasi tanpa rasa lelah di malam hari.
Lebih dari sekadar gaya berpesta baru, soft clubbing bisa dianggap manifestasi dari perubahan sikap terhadap hiburan: bukan lagi soal hedonisme, tetapi soal kebersamaan, kenyamanan, estetika, dan keseimbangan hidup. Musik, tawa, hingga percakapan tetap hadir. Tetapi, tanpa harus membayar mahal dengan kesehatan fisik atau waktu di larut malam. [rk]