ThePhrase.id – Sosok Jeka Saragih cetak sejarah baru dengan menjadi petarung pertama dari Indonesia yang dikontrak oleh Ultimate Fighting Championship (UFC).
UFC itu sendiri merupakan perusahaan promotor seni bela diri campuran atau Mixed Martial Arts (MMA) yang berasal dari Amerika Serikat (AS) dan berbasis di Las Vegas, Nevada. UFC merupakan perusahaan promotor MMA terbesar di dunia dan menampilkan petarung dengan level tertinggi.
Jeka secara resmi dikontrak oleh UFC setelah menyelesaikan duel final Road to UFC melawan Anshul Jubli, petarung asal India. Jeka kalah TKO pada pertandingan tersebut, tetapi ia tetap dipercaya untuk mendapatkan kontrak dari UFC.
Hal ini dikarenakan UFC melihat potensi yang dimiliki oleh pria asal Simalungun, Sumatera Utara tersebut. Pasalnya, Jeka menampilkan kemenangan yang spektakluer melalui KO pada Road to UFC, yang mana menjadi pertimbangan UFC menawarkan kontrak pada Jeka.
Jeka Saragih. (Foto: Chris Unger/Zuffa LLC)
Pengumuman yang membanggakan ini pertama kali diunggah oleh media sosial Jeka dan Mola Sport sebagai broadcaster UFC di Indonesia yang juga memfasilitasi Jeka Saragih pada Road to UFC.
"Jeka Saragih, bersama dengan manajer Graham Boylan, telah menandatangani kontrak 5 pertandingan UFC, menjadikannya petarung Indonesia pertama di UFC. Meski kalah di final #roadtoufc, UFC masih menawarkannya kontrak berdasarkan highlight KO-nya di babak sebelumnya. Kini ia akan tinggal dan berlatih di AS untuk mempersiapkan debutnya," tulis akun Mola Sport.
Pada video tersebut, terlihat bahwa pihak UFC menyatakan Jeka sebagai petarung UFC pertama dari Indonesia. Setelah itu, Jeka juga meminta dukungan kepada masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Simalungun, Sumatera Utara untuk pertandingannya di UFC.
"Untuk masyarakat Indonesia, khususnya Sumatera Utara, Siantar, Simalungun, mohon doa dan dukungannya di pertandingan saya nanti di UFC. Horas!" tuturnya.
Tentang Jeka
Jeka Saragih. (Foto: Instagram/jekasaragih)
Jeka merupakan seorang atlet yang lahir dan berasal dari dusun Bah Pasunsang, kecamatan Raya, Simalungun, Sumatera Utara. Ia memiliki nama lengkap Jeka Asparido Saragih dan lahir pada 3 Juli 1995. Saat ini ia berusia 27 tahun.
Ia telah memiliki ketertarikan pada olahraga bela dari sejak masih kecil. Jeka yang berasal dari desa mengenyam pendidikan SMP di kota besar. Pada saat itulah ia mengetahui bahwa anak-anak kota kerap merundung siswa yang berasal dari desa. Untuk itu, ia perlu belajar seni bela diri untuk menjaga dirinya, dan juga anak-anak lain yang dirundung.
"Itulah mengapa saya belajar untuk bertarung - agar saya dapat melindungi diri saya sendiri dan juga melindungin siswa lainnya," ujar Jeka, dilansir dari wawancaranya dengan South China Morning Post.
Berawal dari perasaan harus belajar bela diri, berubah menjadi minat pada seni bela diri. Minat tersebut ia tuangkan secara nyata pertama kali melalui olahraga wushu. Ia kemudian mengikuti Kejuaraan Nasional Wushu di Yogyakarta sebagai wakil dari Sumatera Utara.
Jeka Saragih. (Foto: Instagram/jekasaragih)
Setelah secara langsung merasakan pertandingan bela diri, Jeka ingin mengikuti kejuaraan yang lebih besar lagi. Sayangnya, ketertarikannya pada bela diri mendapatkan hambatan dari keluarga yang melarangnya.
Hal tersebut tak menghalanginya karena ia kemudian bertolak ke Batam. Di sana, ia menjadi pekerja galangan kapal di PT SMOE sembari terus mengasah kemampuan bela dirinya. Ia magang pada sasana Batam Fighter Club (BFC) besutan Yakop Sutjipto.
Jeka kemudian mendapatkan tawaran dari pemilik BFC untuk mengikuti kejuaraan One Pride TVOne. Pertandingan antar petarung MMA tersebut menjadi debut profesionalnya sebagai seorang atlet. Ia masuk dalam kategori kelas A 70 kg.
Pertandingan One Pride pertamanya berlangsung di tahun 2016. Sayangnya, ia harus mengalami kekalahan dari Kevin Sulistio. Ia tak menyerah dan kembali di tahun 2017, ia berhasil menyabet gelar juara pada kelas ringan, mengalahkan Ngabdi Mulyadi.
Setelah mengikuti berbagai pertarungan dan namanya mulai dikenal publik serta di dunia bela diri dunia, Jeka mendapatkan tawaran untuk bertarung di turnamen Road to UFC. Seperti namanya, tujuan dari pertarungan ini adalah untuk mendapatkan kontrak eksklusif bersama UFC.
Jeka Saragih. (Foto: Instagram/jekasaragih)
Ia menjadi satu dari empat atlet MMA Indonesia yang bertanding pada pertarungan ini. Hebatnya, Jeka keluar sebagai satu-satunya wakil Indonesia yang mencapai babak semifinal.
Untuk mencapai semifinal, ia mengalahkan Pawaan Maan asal India. Kemudian ia mengalahkan Ki Won Bin asal Korea Selatan, dan berhak maju ke final melawan Anshul Jubli dari India. Sayangnya ia harus menerima kekalahan dari Anshul. Namun, UFC yang melihat kemampuan serta potensi dari Jeka kemudian menawarkan Jeka kontrak dengan UFC.
Bertarung untuk membebaskan desanya dari kemiskinan
Selain kemampuannya yang memukai, ada hal lain yang inspiratif dari Jeka. Dilansir dari South China Morning Post, pada Road to UFC Jeka mengatakan bahwa ia bertarung untuk membebaskan desanya dari kemiskinan. Ia bertarung untuk masa depan orang-orang desanya.
Bagaimana caranya? Dengan selalu mengatakan dirinya berasal dari sebuah dusun bernama Bah Pasunsang. Dengan semakin naik namanya, maka orang-orang kemudian akan mengetahui dari mana ia berasal dan bagaimana keadaan desanya.
Jeka Saragih. (Foto: Instagram/jekasaragih)
"Hal yang paling saya sukai dari menjadi petarung MMA adalah saya bisa membuat desa saya dikenal oleh orang-orang yang tinggal di luar desa saya, dan mudah-mudahan saya bisa membuat desa saya dikenal secara internaisonal," tuturnya.
"Saya ingin dunia tahu apa yang sedang terjadi. Dan semoga pemerintah atau bahkan mungkin Presiden Indonesia bisa mengetahui (bahwa) desa saya masih buruk. Tidak ada jalan, tidak ada telepon - dan saya ingin ini berubah," lanjutnya.
Ia juga menambahkan bahwa tak ada yang istimewa dengan dapat bertanding di Las Vegas, karena yang terpenting baginya adalah membawa dampak yang baik bagi orang-orang di sekitarnya.
"Saya melakukan ini karena saya merasa harus melakukannya. Saya berjuang karena saya ingin membantu membebaskan orang-orang saya (dari desanya) keluar dari kemiskinan dan menginspirasi anak-anak muda, sehingga mereka dijauhkan dari hal-hal buruk dalam hidup," tuturnya. [rk]