leader

KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU, Gus Dur dan Abad Kedua NU

Penulis Rahma K
Jan 28, 2022
KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU, Gus Dur dan Abad Kedua NU
ThePhrase.id – KH Yahya Cholil Staquf resmi terpilih menjadi Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) untuk kepengurusan periode 2021-2026 pada Mukatamar ke-34 NU di Lampung, Desember 2021 lalu.

Keterpilihannya sebagai Ketum PBNU ini mengalahkan KH Said Aqil Siroj dengan perolehan 337 suara, sedangkan KH Said mendapatkan 210 suara. Selisih 127 tersebut yang membuatnya ditetapkan sebagai Ketum PBNU.

Setelah terpilih, pria yang akrab dipanggil Gus Yahya ini memiliki dua agenda besar dalam abad kedua NU. Pertama, adalah membangun kemandirian warga, dan kedua meningkatkan peran dalam pergulatan NU untuk mendukung perdamaian dunia.

KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: instagram/yahyacholilstaquf)


Dilansir dari laman NU, pada pelaporan hasil Muktamar ke-34 NU kepada Presiden Joko Widodo, Gus Yahya juga menyampaikan bahwa agenda utama NU adalah menyempurnakan konsolidasi organisasi agar dapat menjadi agen transformasi.

"Nahdlatul Ulama ini, di agenda utama kami ke depan nanti adalah menyempurnakan konsolidasi organisasi sehingga Nahdlatul Ulama ini nantinya betul-betul bisa menjadi agen transformasi," ujar Gus Yahya.

Keluarga Gus Yahya


Gus Yahya lahir di Rembang, Jawa Tengah pada 16 Februari 1966. Ayahnya adalah seorang ulama,  sosiolog dan juga politikus KH M. Cholil Basri yang merupakan salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dikutip dari buku Biografi KH Yahya Cholil Staquf Derap Langkah dan Gagasan karya Septa Dinata, ayah dari Gus Yahya, Kiai Cholil merupakan sosok yang sangat mendalami agama. Ia menempa keulamaannya di beberapa pesantren di Jawa. Salah satu di antaranya adalah Pesantren Krapyak di Yogyakarta yang dipimpin oleh KH Ali Maksum.

Ia merupakan anak pertama delapan bersaudara. Salah satu adiknya juga merupakan tokoh terkenal karena merupakan Menteri Agama ke-24 yang mulai menjabat sejak Desember 2020, Yaqut Cholil Qoumas.

Dibanding dengan ayahnya, Gus Yahya ternyata lebih dekat dengan sang paman. Pamannya bernama KH Ahmad Mustofa Bisri, adik kandung dari Kiai Cholil. KH Mustofa Bisri atau lebih akrab dipanggil Gus Mus merupakan seorang ulama,  sastrawan dan budayawan.

KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: instagram/yahyacholilstaquf)


Terlebih lagi, Gus Mus pernah menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar bersama ulama-ulama besar seberti KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab. Karena itu, ia merupakan pemegang peran yang menghubungkan Gus Yahya dengan Gus Dur.

Pendidikan Gus Yahya


Gus Yahya yang lahir di Rembang, Jawa Tengah menempuh pendidikan dasar di SDN 4 Kutoharjo dan sekolah menengah di SMPN 2 Rembang. Setelah itu, ia dikirim ke pesantren oleh orang tuanya, karena keluarganya juga merupakan keluarga santri dan ia tumbuh di lingkungan pesantren.

Pesantren tempatnya menimba ilmu keagamaan adalah Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak, DI Yogyakarta. Di sana, ia berguru pada KH Ali Maksum. Gus Yahya mengenyam pendidikan agama di pesantren ini karena keluarganya memiliki kepercayaan yang tinggi pada pesantren tersebut sebagai tempat melanjutkan pendidikan.

Terlebih lagi, keluarga Gus Yahya secara turun menurun juga menuntut ilmu di Pesantren Krapyak. Pertama kali nyantri di sana, ia sudah tak asing lagi karena ia telah sering nyantri kilat di sana bersama paman-pamannya pada liburan sekolah.

Setelah itu, ia kembali melanjutkan pendidikan formal di Universitas Gadjah Mada pada jurusan sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Sebagai mahasiswa, ia aktif pada organisasi ekstra kampus sebagai Ketua Umum Komisariat Fisipol UGM Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Yogyakarta.

Kiprah di Dunia Politik, Kancah Global, dan NU


KH Yahya Cholil Staquf (kiri) ketika dilantik menjadi Wantimpres oleh Presiden Joko Widodo (kanan). (Foto: setkab.go.id)


Nama Gus Yahya mulai dikenal publik ketika diminta untuk menjadi Juru Bicara Presiden saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjabat di tahun 1999. Ia juga diminta dan dilantik Presiden Joko Widodo sebagai salah satu Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pada tahun 2018.

Sedangkan di kancah global, Gus Yahya juga banyak memiliki peran. Di tahun 2014, ia tercatat sebagai salah satu inisator pendiri institut keagamaan di California, AS, yakni Bait ar-Rahmah li ad-Da’wa al-Islamiyah Rahmatan li al-'Alamin. Institut tersebut bertujuan untuk mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat alam.

Untuk menyuarakan kepercayaannya dalam Islam yang damai, Gus Yahya juga kerap berkeliling ke luar negeri. Ia pernah menjadi pembicara pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) International Religious Freedom (IRF) di tahun 2021.

Pada kesempatan tersebut, Gus Yahya menyampaikan pidato berjudul 'The Rising Tide of Religious Nationalism' (Pasang Naik Nasionalisme Religius) dan mendapat apresiasi dari tokoh-tokoh dunia.

Di NU, sebelum menjabat sebagai Ketum PBNU, Gus Yahya menjabat sebagai Khatib 'Aam. Sekarang, sebagai ketua PBNU ia memiliki aspirasi untuk 'menghidupkan kembali' jejak dan pemikiran Gus Dur di NU. Dalam artian, pemirikan dan ideologi Gus Dur dengan makna progresif, di mana akan berlanjut dari saat ini hingga ke masa berikutnya.

Kedekatan dengan Gus Dur


KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: instagram/yahyacholilstaquf)


Gus Yahya pertama kali berkenalan dengan Gus Dur pada tahun 1987. Dari pamannya, Gus Mus yang merupakan kenalan teman sekolah Gus Dur.

Suatu ketika, Gus Yahya sedang berada di Jakarta bersama Gus Dur dan Gus Mus. Mereka terlibat diskusi cukup serius terkait perkembangan pemikiran Islam, hingga persoalan kebijakan ekonomi Orde Baru.

Sejak banyak berdiskusi dengan Gus Dur, Gus Yahya banyak terpengaruh dengan pemikiran dan cara pandang Gus Dur dalam melihat NU, Islam, dan tatanan global. Gus Yahya seperti mendapat pencerahan ketika mendengar pemikiran Gus Dur, yang berkembang menjadi mainstream bagi generasi muda NU.

Bak oase di padang pasir, gagasan baru Gus Dur yang lebih ke arah realistis membawa Gus Yahya dan teman-teman satu generasinya kepada pola pikir yang berbeda. Ketika Gus Dur memimpin NU, menjadi sosok penting yang membawa NU bergerak dari kerangka islamisme menjadi pos-islamisme.

KH Yahya Cholil Staquf kini kerap menyampaikan ide-ide dan pandangan Islam yang moderat. Ia ingin menghidupkan kembali pemikiran Gus Dur.

"Ini bukan konsep yang sederhana tapi imajinasi masyarakat, imajinasi teman-teman semua tentang Gus Dur. Saya kira akan bisa menangkap apa yang saya maksud dengan menghidupkan Gus Dur," ujar Gus Yahya.

Gus Yahya juga sempat menuai pro dan kontra masyarakat akibat memenuhi undangan dari American Jewish Committee (AJC) Global Forum 2018 untuk datang ke Israel sebagai pembicara. Sebagian kalangan menganggap hal tersebut tak selaras dengan komitmen kemerdekaan Palestina. Padahal, di sana Gus Yahya menyuarakan konsep rahmat sebagai solusi dari konflik dunia.

Tetapi, Gus Dur sendiri juga pernah diundang pada Forum Global AJC 2002 di Washington DC, Amerika Serikat. Menurut Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini, apa yang dilakukan Gus Yahya sejalan dengan apa yang pernah dilakukan Gus Dur, dengan tujuan mewujudkan kemerdekaan Palestina melalui diplomasi. [rk]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic