Kisah Inspiratif Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Korea untuk Jadi Petani Milenial di Kampung Halaman

ThePhrase.id – Kisah seorang pemuda asal Blora, Jawa Tengah yang merupakan lulusan S1 di Korea Selatan dan telah bekerja di Negeri Ginseng dengan gaji puluhan juta, tetapi memilih untuk kembali ke kampung halaman dan menjadi petani, ramai diperbincangan di media sosial.

Adi Latif Mashudi nama lengkapnya. Ia adalah seorang petani tanaman hidroponik dan pendiri Girli Farm Indonesia yang menghasilkan panen beberapa macam buah. Secara khusus, pertanian hidroponik ini berfokus pada buah melon.

Terdapat empat jenis melon yang dapat ditemukan di sana, yakni melon chamoe dari Korea Selatan, New Kinanti, Sweet Lavender, dan Rangipo-RZ Lavender. Selain itu, Adi juga menanam buah-buahan lain seperti stroberi, alpukat, hingga durian.

Kisahnya menjadi petani muda belum berlangsung lama. Tercatat, Adi baru memulai perjalanannya banting setir sebagai petani di pertengahan hingga akhir tahun 2023 lalu. Ia mantap untuk menjadi petani setelah meminta petunjuk ketika menunaikan ibadah haji di pertengahan 2023.

Sebelumnya, Adi bekerja di Korea Selatan, lebih tepatnya di kota Gyeongju sebagai operator produksi pembuat sparepart mesin cuci LG. Ia merantau dan bekerja di perusahaan yang sama kurang lebih enam tahun lamanya.

Untuk bisa mendapatkan kesempatan bekerja di Korea Selatan, ia terlebih dahulu harus menjalani serangkaian persiapan. Semuanya bermula ketika ia duduk di bangku kelas dua SMK Pelita Japah, di mana ia mengikuti program pendidikan bahasa Korea untuk mengisi jam kosong.

Awalnya, ia tak ada niatan untuk bekerja di Korea ataupun belajar bahasa Korea. Tetapi, untuk mengisi jam kosong, ia mengambil program pendidikan bahasa Korea gratis tersebut. Ia mulai mendapatkan insight tentang bekerja di Korea, tetapi ia masih teguh dengan impiannya untuk berkuliah.

Manusia memang bisa berencana, tetapi Tuhanlah yang memutuskan. Ketika Adi mencoba mendaftar kuliah dengan beasiswa di Indonesia dan diterima, ia tak mendapatkan restu orang tua karena pertimbangan biaya lain yang harus dikeluarkan.

Akhirnya, ia harus merelakan beasiswa tersebut dan mencoba mencari pekerjaan. Setelah ditolak beberapa kali, pemuda kelahiran tahun 1997 tersebut diarahkan oleh sekolah bahasa Korea untuk mengikuti kursus bahasa Korea di Kabupaten Pati.

Setelah belajar selama beberapa bulan, dan seharusnya berangkat ke Korea pada tahun 2016, Adi menemukan kendala lain. Di tahun 2016 tak ada ujian untuk berangkat ke Korea, sehingga ia harus menunggu satu tahun untuk dapat merantau.

Sembari menunggu, Adi tak tinggal diam. Ia bekerja sebagai pengelola asrama, koperasi, hingga diangkat menjadi staf kantor di lembaga kursus tersebut. Hingga akhirnya saat waktu keberangkatan ke Korea tiba, pihak lembaga menggratiskan segala biaya kepada Adi.

Selama di Korea, Adi tak hanya bekerja tetapi juga mewujudkan cita-citanya untuk berkuliah. Ia mengambil jurusan S1 Manajemen Bisnis di Universitas Terbuka yang bekerja sama dengan salah satu universitas di Korea.

Meskipun terdapat tantangan membagi waktu antara bekerja shift dan berkuliah, Adi berhasil merampungkan studinya dan lulus di tahun 2022. Selama berkuliah, ia juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Terbuka (UKM UT), hingga menjadi ketua Pengurus Cabang Istimewa Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PCI IPNU) Korea Selatan.

Setelah lulus dan mengumpulkan tabungan, ia mendaftarkan diri untuk berangkat haji dengan kuota Korea Selatan dan dapat melangsungkan haji di tahun 2023. Setelah itu, ia berpikir dirinya tak lagi memiliki alasan untuk tetap berada di Korea. Ia ingin kembali ke kampung halaman untuk melakukan hal yang baru seperti pertanian dan membangun desanya. 

Pada awalnya, ia memiliki ketakutan akan kegagalan. Namun, setelah berdoa dan meminta petunjuk selama ibadah haji, ia akhirnya mantap pulang ke Indonesia untuk menggeluti dunia pertanian hidroponik dengan modal ratusan juta yang telah ia tabung dari bekerja di Korea.

Sempat mendapatkan cibiran, Adi tak kecil hati. Ia terus berusaha meskipun mengalami jatuh bangun usaha baru hingga kini usahanya mulai berkembang dan dilirik oleh banyak orang. Dengan usahanya, ia berharap dapat membangun pertanian kampungnya dan memberdayakan SDM setempat. [rk]