leader

Kisah Inspiratif Amira Abdat, Dokter Kandungan yang Dedikasikan Diri di Pedalaman Papua

Penulis Rahma K
Dec 16, 2024
Dokter Amira Abdat. (Foto: Instagram/amira.abdat19)
Dokter Amira Abdat. (Foto: Instagram/amira.abdat19)

ThePhrase.id – Malam puncak TikTok Awards Indonesia 2024 telah sukses digelar pada Jumat (13/12). Salah satu pemenang yang sosoknya menginspirasi masyarakat Indonesia adalah Amira Abdat, atau yang lebih dikenal sebagai Dokter Amira.

Amira memenangkan penghargaan dalam kategori Changemaker of The Year. Ia meraih piala berbentuk logo TikTok tersebut dengan dua sosok inspiratif lainnya, yakni Muhammad Arifin (disabilitastekhn2) dan Mbah Melan (@binaprestasiswa).

Atas kemenangan ini, Amira mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, kedua orang tuanya, dan TikTok. "Terima kasih kepada kedua orang tuaku kupersembahkan yang mengiringi perjalanan pengabdianku dengan doa, air mata, dan dukungannya sehingga saya bisa berdiri di panggung yang megah ini untuk mengangkat martabat dan harkat para perempuan," ungkapnya di atas panggung saat penerima penghargaan.

Ucapan terima kasih dilanjutkan oleh Amira di laman Instagramnya yang menuliskan, "Terima kasih TikTok Indonesia atas penghargaan ini, untuk memuliakan perempuan memang dibutuhkan perjuangan, dan kemenangan itu milik kita bersama karena tidak ada perjuangan yang dilakukan sendirian. Terima kasih masyarakat Indonesia atas kesetiaannya menonton konten saya," tulisnya.

A person in a dress on stage
Dokter Amira Abdat di TikTok Awards Indonesia 2024. (Foto: Instagram/amira.abdat19)

Amira sendiri adalah seorang dokter spesialis obgyn/kandungan yang aktif dan rajin membagikan konten edukasi kesehatan reproduksi dan ibu hamil di media sosial. Ia memiliki audiens yang besar di platform TikTok, yakni mencapai 2,2 juta pengikut.

Bukan hanya seorang dokter yang aktif di media sosial, ia juga merupakan dokter yang bertugas di pedalaman Papua, lebih tepatnya di Fakfak, Papua Barat. Bahkan, ia menjadi satu-satunya dokter spesialis kandungan yang ada di daerah tersebut.

Kiprahnya di pedalaman Papua bukan hanya menangani para ibu hamil dan melakukan pengobatan, melainkan juga rajin melakukan edukasi dan sosialisasi ia juga memberikan penyuluhan kepada warga setempat terkait berbagai hal yang berhubungan dengan spesialisasinya, termasuk seks pra-nikah.

Perjalanannya menjadi dokter kandungan di Papua diawali saat dirinya mendapatkan penempatan di puskesmas pelosok Fakfak sebagai dokter umum usai merampungkan segala tahap studinya untuk mendapatkan gelar dokter.

Diketahui, ia mengambil jurusan S-1 Kedokteran di Universitas Trisakti dan lulus pada tahun 2012. Di tahun 2013, ia ditempatkan di Fakfak dan mengabdi hingga tahun 2015.

A person holding a microphone and holding a paper

Description automatically generated
Dokter Amira Abdat. (Foto: Instagram/amira.abdat19)

Lalu di tahun 2015, Amira mendapatkan beasiswa dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk melanjutkan pendidikan spesialisnya. Kesempatan tersebut diambil dan dijalani di Universitas Airlangga (Unair) dengan memfokuskan pada spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn).

Alasannya mengambil spesialis ini pun sangat mulia. Dilansir dari laman resmi Unair, Amira mengatakan ia mengamati tak ada dokter spesialis kandungan yang menetap di Fakfak. 

"Saya mengamati dokter spesialis kandungan di sana tidak ada yang menetap sehingga ada dan tiada. Dengan segala urgensi yang ada, saya belum cukup ilmu untuk menggantikannya. Sehingga, saya melanjutkan spesialis di Unair dari 2015 hingga 2020," jelasnya.

Usai merampungkan pendidikan spesialis yang panjang dan tak mudah, Amira kembali mendedikasikan dirinya bagi warga Fakfak dengan kembali ke tanah Papua. Selain untuk memenuhi tujuan awalnya sebagai dokter kandungan yang ada di Fakfak, Amira juga menyampaikan beberapa fakta lain yang mendorong dirinya untuk mengabdi.

A group of women standing on a road

Description automatically generated
Dokter Amira Abdat (tengah). (Foto: Instagram/amira.abdat19)

Ia melaporkan terdapat 95 ribu penduduk di Fakfak, dan 50 persennya adalah perempuan. Namun, akses untuk pemeriksaan sulit, dan terdapat banyak kekerasan seksual. Sehingga, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) terus meningkat.

"Kehadiran kami, selain pengobatan, juga penyuluhan terkait seks pra-nikah. Sebab dari fenomena yang ada, kebanyakan saat hamil anak ketiga, sang ibu baru dinikahi suami. Itu pun secara siri dan sudah dinormalisasi. Terlepas dari minimnya hiburan, mereka melakukan hubungan seksual tanpa dibekali pengetahuan," paparnya.

Hal ini diperburuk dengan penolakan warga terhadap dokter atau tenaga medis karena lebih percaya dan tertarik pada dukun yang disebut sebagai mama biang. Kecenderungan untuk berobat di dukun diperkuat dengan jauhnya jarak tempuh dari kampung ke kota yang tak dapat dijangkau oleh banyak warga.

Dokter asal Bogor ini kemudian menginisiasi Gerakan Jemput Bola bersama timnya untuk melayani pasien di pedalaman yang tak terjangkau puskesmas.

Meskipun harus melewati perjalanan yang panjang dan sulit, termasuk perjalanan laut yang penuh dengan angin kencang, ombak besar, dan hujan deras selama 4-6 jam dengan perahu, semua dilakukan Amira.

A group of people on a boat

Description automatically generated
Dokter Amira Abdat. (Foto: Instagram/amira.abdat19)

Ia juga berinovasi untuk merangkul serta menjalin kedekatan emosional dengan mama biang. Amira juga memberikan alat-alat persalinan steril yang bisa digunakan jika dalam kondisi darurat ia dan timnya tak bisa hadir di lokasi dan mama biang harus menangani persalinan.

"Walaupun kita tidak menganjurkan mereka lahir di rumah, tetapi setidaknya dalam kondisi emergency mama biang bisa menangani. Selain itu, dalam tim saya ada orang dinkes yang siap bergerak untuk membantu administrasi termasuk BPJS, jadi sambil menyelam minum air," ungkapnya.

Kerja keras serta pengabdian yang tulus memang tak akan mengkhianati hasil. Seiring berjalannya waktu, pelayanan door to door yang digagasnya membuahkan hasil penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak (AKI) teratasi hingga 60 persen. 

Mama biang pun teredukasi lebih baik, serta warga Fakfak dapat melakukan persalinan dengan baik. Rasa syukur pun diekspresikan oleh para ibu di sana dengan memberikan anak-anaknya nama yang sama dengan sang dokter, yaitu Amira. [rk]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic