ThePhrase.id – Memiliki keterbatasan fisik bukanlah hal yang mudah dan dapat diterima oleh semua orang. Namun, Huriyah Dhawy Febrianti membuktikan keterbatasan penglihatannya tidak menghalanginya untuk berkarya dan melakukan segala yang ia bisa.
Perempuan yang akrab dipanggil Dhawy ini berhasil menulis sekaligus menerbitkan tiga novel hasil karangannya di tahun 2021. Terlebih lagi, tahun tersebut adalah tahun di mana pandemi masih melanda. Ketika orang-orang banyak yang memilih untuk diam dalam keterpurukan, Dhawy bangkit dan berkarya.
Novel pertama yang ia terbitkan berjudul Keterpurukan Kedua pada Mei 2021. Novel ini mengisahkan mengenai seorang remaja perempuan yang menderita masalah mental dan emosional pasca kehilangan saudara laki-laki satu-satunya.
Novel keduanya terbit pada Oktober 2021, berjudul Creative Life, Creative Project. Buku ini menceritakan tentang hidup seseorang yang sedang beranjak dewasa dan kisahnya di perkuliahan. Tidak lupa Dhawy memberikan pesan moral terkait hubungan keluarga di dalamnya.
Terakhir, pada Desember 2021, Dhawy mengeluarkan novel berjudul Real Child x Childish. Novel ini menceritakan tentang anak kecil yang 'dipaksa' bersikap dewasa, tetapi sang paman dibiarkan bersikap kekanak-kanakan. Pesan moralnya juga berkutat seputar masalah keluarga.
Dhawy sebelumnya lebih akrab dikenal karena suara emasnya. Ia merupakan penyanyi yang mengisi acara satu panggung ke panggung lainnya. Sayangnya, sejak pandemi melanda Indonesia di awal tahun 2020, Dhawy juga kehilangan kesempatan untuk melanjutkan aktivitasnya manggung.
Tak ingin tinggal diam, ia yang telah memiliki kegemaran dalam menulis sejak tahun 2017 memilih untuk mendalami dunia tulis menulis. Dhawy telah memiliki pengalaman menulis puisi ketika masih duduk di bangku SMA. Bukan hanya sekadar menulis, tetapi ia mengikuti sebuah kompetisi dari penerbit yang mengharuskannya menulis seratus puisi.
"Akhirnya, waktu itu menulis buku puisi yang kebetulan ada event juga dari penerbit, yang mengharuskan orang menulis seratus puisi," ungkapnya, dilansir dari Jawa Pos.
Puisi-puisi tersebut kemudian menjadi karya pertamanya dengan judul Luapan Rasa dalam Aksara (2017) terbitan J-Maestro Bandung, dan Sajak Merah Berdarah (2018) terbitan ATPress Lombok. Sedangkan ketiga novel terbarunya diterbitkan oleh LovRinz Publishing.
Perempuan yang juga duduk di bangku kuliah pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga itu awalnya bingung apa yang ingin dilakukan di awal tahun 2021.
"Waktu awal tahun 2021 mulai semakin banyak mikir, mau ngapain. Kan biasanya penyanyi, tapi sejak pandemi berhenti. Jadi, mau ngapain ya.. Terus nulis, nyoba beberapa kesempatan juga jadi host webinar online, dan nulis juga. Pokoknya biar gak rebahan terus," ungkap Dhawy, pada radio Idola Semarang.
Yap, selain menulis, Dhawy juga mengisi waktu luangnya dengan menjadi host webinar online dan bahkan mengisi acara webinar sebagai pembicara. Ia banyak berbicara seputar kesehatan mental.
Bahkan, Dhawy juga aktif melakukan kegiataan volunteering pada organisasi yang bergerak pada kesehatan mental. Ia pernah tergabung pada Lingkar Psikologi sebagai mental health promoter dan pada MentalHealing.id sebagai mental health campaign volunteer yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental.
Mengalami kekurangan fisik sejak lahir tak membuat Dhawy terpuruk. Ia dapat menjalani sekolah hingga perkuliahan, dan terus mencari kegiatan baru untuk dirinya agar tidak diam di tempat dan dapat maju sebagai seorang individu. [rk]
Facebook
Twitter
Whatsapp