ThePhrase.id – Dapat menjadi imam masjid di dataran Arab menjadi impian bagi tak sedikit masyarakat Indonesia. Ketika hal itu terwujud, perasaan tak menyangka, kaget, dan senang bercampur aduk menjadi satu. Itulah yang dirasakan oleh Jumarudin.
Pemuda berusia 27 tahun asal Grobogan, Jawa Tengah (Jateng) ini terpilih menjadi satu dari 42 orang imam masjid yang akan bertugas di Uni Emirat Arab (UEA). Ia terpilih setelah melalui seleksi imam masjid untuk UEA dari Bimas Kementerian Agama (Kemenag) RI.
"Program ini merupakan kerja sama Pemerintah Indonesia dengan UEA yang membutuhkan imam-imam asal Indonesia. Angkatan saya ini yang keenam," ujar Jumarudin, Senin (18/12/2023) dikutip dari laman Kemenpora.
Ketika mendaftar, ia tak berpikir banyak. Yang ada di benaknya hanyalah perasaan tertantang untuk mencoba. Ketika mengikuti seleksi, ia masih menjadi pengajar di Pondok Pesantren Insan Kamil Karanganyar.
Rangkaian seleksi yang diikutinya adalah dimulai dari seleksi daring, hingga seleksi langsung di Jakarta pada Mei 2023. Pada seleksi keempat itu lah ia terpilih untuk berangkat ke UEA dengan kandidat-kandidat lainnya.
"Saya tidak menyangkan bisa teprilih, karena peserta yang lain itu pendidikannya lebih tinggi dari saya, malahan ada yang lulusan Mesir. Apalagi kuliah saya di jurusan umum, bukan agama," ungkap pemuda yang akrab disapa Jumar ini.
Meskipun tak menekuni kuliah pada jurusan agama, semasa remaja, dirinya telah akrab dengan pendidikan agama. Ia menjalani kehidupan di pondok pesantren sembari mengenyam pendidikan di bangku SMP dan SMA.
Ketika menjalani pendidikan tinggi di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) setelah lulus SMA, kehidupan Jumar juga tak lepas dari masjid.
"Saya sudah menjadi imam masjid sejak saya kuliah, kebetulan selama kuliah saya memang tinggal di masjid kampus, sebagai takmir. Saya juga aktif organisasi keagamaan di kampus," ujar pria kelahiran tahun 1996 ini.
Untuk itu, ia telah memiliki ilmu dan kemahiran dalam hafalan Al-Qur'an, fikih dasar, hingga percakapan bahasa Arab. Ketika dites oleh para syekh dari UEA, Jumar tak merasa kesulitan dan dapat menjalaninya dengan baik.
Bahkan, ia mengatakan bahwa negara beribu kota Abu Dhabi tersebut senang dengan imam asal Indonesia karena bacaan Al-Qur'annya yang fasih, dan lidah orang Indonesia dapat menyesuaikan dengan bahasa apapun, khususnya bahasa Arab.
Selain karena pengetahuannya dalam bidang agama dan kepiawaiannya sebagai seorang imam masjid, pencapaian ini tak luput dari kepribadian Jumar yang menyukai tantangan.
Menurutnya, pemuda harus selalu siap menerima tantangan dan pantang menyerah. Pasalnya, pemuda memiliki berbagai peluang untuk meraih prestasi. Terlebih lagi di zaman sekarang, yang mana berbagai kesempatan dapat dicoba.
"Yang terpenting kita berusaha untuk menjadi yang terbaik dari versi kita masing-masing. Karena setiap orang itu pasti memiliki spesialisasi yang berbeda-beda, sesuai dengan apa yang kita pilih. Harus merasa tertantang dan bila ada kesempatan jangan ragu untuk memaksimalkannya," ujarnya.
Tantangan yang disukainya ini ternyata telah lekat dengan kehidupnya sejak kecil. Ia berasal dari keluarga petani yang kurang mampu, dan telah terbiasa berjuang dengan kerasnya kehidupan. Bahkan, pendidikan sekolah menengahnya saja didapatkan melalui beasiswa.
"Buat saya tantangan itu untuk bisa menerjang batasan-batasan kita. Untuk menunjukkan bahwa meskipun kita masih muda, kita bisa untuk go internasional. Selama kita berusaha maksimal, kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan," tutupnya.
Sebagai representasi Indonesia nantinya, Jumar mengaku akan selalu membawa nama baik Tanah Air. Dalam hal ini dia akan menunjukkan keramahan Indonesia khususnya budaya yang santun. Kalau ada kesempatan, Jumar pun ingin bisa melanjutkan pendidikan tingginya. [rk]