ThePhrase.id – Maria Agnes Laurencia Alexandra Muljadi atau yang lebih dikenal dengan Laura Muljadi adalah seorang model dan aktivis sosial yang telah lama aktif di industri hiburan dan mengabdi pada masyarakat.
Sebagai seorang model, Laura telah menjajal profesi ini sejak masih remaja. Kala itu ia masih berusia 14 tahun ketika untuk pertama kalinya melakukan photoshoot untuk majalah. Setelah itu, ia mengekspresikan keinginan untuk menekuni dunai modeling.
Hal ini ia gapai dengan mengikuti sekolah modeling dengan tujuan untuk membentuk kepercayaan diri. Pasalnya, saat masih kecil, Laura kerap diejek oleh teman sebayanya karena memiliki tinggi badan yang di atas rata-rata dan kulit yang lebih gelap.
Mulai dari tiang listrik hingga 'dakocan', panggilan-panggilan tersebut makin tak awam di telinga Laura. Namun, ia tak menjadikan itu hal yang menghambatnya, justru ia ingin membentuk kepercayaan diri dengan tubuh yang diberikan Tuhan padanya.
Kendati demikian, kedua orang tua Laura meminta dirinya untuk berhenti modeling dan fokus untuk sekolah. Sebagai anak yang berbakti, ia kemudian mendengarkan saran orang tuanya dan melanjutkan sekolahnya.
Tak tanggung-tanggung, Laura bahkan mendapatkan beasiswa untuk bersekolah S-1 di luar negeri. Lebih tepatnya di Hogeschool Inholland Diemen, Belanda pada jurusan International Communication Management atau Manajemen Komunikasi Internasional pada tahun 2003.
Di sana, ia harus melakukan berbagai pekerjaan paruh waktu untuk menyambung hidup. Salah satunya adalah dengan menjadi pramusaji di sebuah restoran. Tak disangka, suatu waktu, salah satu pelanggan restoran tersebut mendatangi Laura dan menawarkannya masuk ke agensi modeling.
Ternyata, sang pengunjung adalah Emilie Bouwman, pemilik agensi modeling terkemuka di Belanda, Favourite Model. Emilie memberikan tawaran pada Laura untuk bergabung pada agensi miliknya jika ia dapat menurunkan berat badannya sebanyak 30 kg dalam waktu enam bulan.
Laura kemudian berpikir tak ada yang salah dengan menjalani tantangan tersebut. Jika ia diterima, ia dapat melanjutkan kiprah di dunia model yang sempat ia tinggalkan, jika tidak berhasil maka ia bisa hidup lebih sehat dengan berat badan yang berkurang.
Dengan kegigihannya, Laura berhasil diterima dan melakoni karier modeling di Belanda. Setelah lulus kuliah, ibu dari dua anak ini kembali ke Indonesia dan melanjutkan kariernya sebagai model di Tanah Air.
Ia merelakan kesempatan melanjutkan S-2 di luar negeri untuk menekuni passion dan minatnya pada modeling. Baru kembali, ia langsung mengikuti ajang Puteri Indonesia dan berhasil keluar sebagai finalis 10 besar.
Setelah itu, ia perlahan menjajaki industri modeling Indonesia. Meskipun sulit karena kala itu standar kecantikan model adalah yang berkulit putih, Laura tak menyerah. Ia kemudian mendapatkan berbagai job di dalam maupun luar negeri seperti Rusia, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, Hong Kong, Jepang, China, Prancis, hingga Italia.
Diketahui, ia juga berhasil menjadi Puteri Kepualan Jawa 2006, memenangkan Best Model (Designer's Choice) pada Jakarta Fashion Week 2009, menjadi Talented New Model pada Amica Awards 2010, hingga menjadi face icon Jakarta Fashion and Food Festival 2010.
Selain aktif di dunia modeling, model kelahiran 21 Januari 1985 ini juga aktif sebagai aktivis sosial. Laura memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi serta konsen dengan isu perempuan dan anak. Hal ini ia tuangkan dengan bergabung sebagai relawan pengajar di Yayasan Sahabat Anak. Ia selalu meluangkan waktunya untuk mengajar anak muridnya bahasa Inggris dan Matematika antara lain di kolong Jembatan Grogol, Jakarta Barat.
Seiring berjalannya waktu, Laura juga mendirikan komunitas bernama Gerakan Matahari dari Timur yang berfokus melestarikan warisan wastra dan memberdayakan perempuan dan anak-anak dengan mengikuti arah perkembangan zaman. [rk]