leader

Kisah Inspiratif Rosita Istiawan Bangun Hutan Organik Megamendung dari Tanah Gersang Jadi Sumber Penghidupan

Penulis Rahma K
Dec 08, 2025
Rosita Istiawan. (Foto: Instagram/rositaistiawan)
Rosita Istiawan. (Foto: Instagram/rositaistiawan)

ThePhrase.id – Rosita Istiawan adalah sosok inspiratif di balik Hutan Organik Megamendung yang berlokasi di Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kawasan hutan ini telah dibangun sejak tahun 2000 dengan penghijauan dan penanaman berbagai tumbuhan dan pohon, yang kini telah menciptakan ekosistem baru hingga memunculkan mata air yang menjadi sumber penghidupan ratusan jenis satwa dan masyarakat sekitar.

Kiprah Rosita dimulai dari mimpi sang suami dan dirinya untuk membuat "kebun raya kecil" yang bisa dinikmati saat masa pensiun kelak. Ia mengatakan bahwa beberapa lokasi telah masuk daftar tempat tujuan mereka pindah, dengan kriteria kawasan dingin dekat hutan.

Karena satu dan lain hal, Rosita mengajak suami untuk mencari lahan di Bogor yang bisa dijadikan hutan. Rencana ini kemudian terwujud pada tahun 1997 ketika ia membeli lahan seluas 12 hektare di puncak Megamendung.

Kisah Inspiratif Rosita Istiawan Bangun Hutan Organik Megamendung dari Tanah Gersang Jadi Sumber Penghidupan
Rosita Istiawan dan suami. (Foto: Instagram/rositaistiawan)

Meski tanah berada dalam kondisi terbengkalai, tandus, gersang, hingga sulit untuk ditanami tanaman ketika dibeli, Rosita tak kehilangan semangat. Lewat wawancaranya dengan CNA, ia mengaku berusaha untuk mengubah kondisi tanah dan mengoptimalkannya lewat metode tumpang sari.

Tumpang sari adalah sistem pertanian yang menanam dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda dalam satu lahan dan waktu yang bersamaan. Jenis tanaman yang dipilih adalah pohon keras atau endemik serta tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran untuk penghijauan.

"Kami lakukan tumpang sari, mencampur pohon keras dengan sayuran dengan jarak 2,5x2,5 meter. 99 persen ini berhasil, karena setiap kali kita memupuk sayuran, pohon ikut terpupuk; saat menyiram sayuran, pohon ikut tersiram. Kalaupun mati bisa disulam kembali dengan pohon yang sama," ungkap Rosita.

Metode yang ternyata sukses dilakukan ini ia adopsi di seluruh lahan, hingga ke lahan baru yang ia perluas sedikit demi sedikit dengan membeli tanah dari masyarakat. Ia juga mengangkat pegawai dari warga sekitar sebagai upaya pemberdayaan.

Tak hanya bibit pohon dan tanaman yang berasal dari Indonesia, Rosita dan keluarganya juga berburu bibit dari luar negeri. Mulai dari jati, eboni, damar, sengon, sonokeling, hingga petai semua ia tanam di lahan yang menjadi perwujudan mimpinya tersebut.

Dalam mengembangkan hutan ini, Rosita memegang satu prinsip, yaitu tidak menggunakan bahan kimia alias organik, sesuai dengan cita-citanya. Ia memilih untuk menggunakan pupuk organik dari kotoran kambing demi menghindari pupuk kimia.

Kisah Inspiratif Rosita Istiawan Bangun Hutan Organik Megamendung dari Tanah Gersang Jadi Sumber Penghidupan
Rosita Istiawan di Hutan Organik Megamendung. (Foto: CNA/Wisnu Agung Prasetyo)

Walaupun niatnya mulia, Rosita tetap mengalami hambatan dalam misinya. Pada awal pembangunan hutan, ia kerap mendapatkan nyinyiran warga sekitar yang menganggap dirinya 'rada kurang sehat' karena membeli tanah di jurang dan ditanami pohon keras, hingga hasil panen yang tidak dijual.

Untungnya, Rosita hanya fokus pada tujuannya, karena dengan demikian ia dapat mencapai keuntungan bagi dirinya, yaitu sukses menciptakan hutan organik, dan juga bagi masyarakat sekitar seperti berhasil membuat mata air keluar dari dalam tanah setelah sebelumnya kering.

"Sekarang mata air ada di mana-mana, mengairi dua desa. Walaupun panas sampai 15 hari atau berbulan-bulan, tetap tidak kekurangan air, karena semakin panas, debit air makin besar," bebernya.

Kisah Inspiratif Rosita Istiawan Bangun Hutan Organik Megamendung dari Tanah Gersang Jadi Sumber Penghidupan
Rosita Istiawan. (Foto: Instagram/rositaistiawan)

Bukan cuma membuahkan mata air, lahan yang awalnya tandus dan gersang tersebut kini telah meluas hingga 30 hektare yang membentang di desa Megamendung dan Gunung Geulis. Hutan tersebut juga menaungi 44 ribu pohon, hingga menjadi habitat bagi 120 spesies satwa.

Meski membutuhkan waktu dua dekade, ia berhasil menanami seluruh lahan miliknya dengan tanaman hingga kini tak ada lagi tempat untuk menanam. Ia mengatakan, kini tinggal masa perawatan untuk menjaga apa yang telah tumbuh.

Di tengah gempuran wilayah Puncak dan Bogor yang dibeli dan dialihfungsikan untuk dijadikan vila dan penginapan hingga membuat 65 persen kawasan tersebut mengalami kerusakan ekologis, Rosita menjadi sosok inspiratif yang justru membangun hutan dan melestarikannya.

Kegigihan Rosita juga mendapat pengakuan dari pemerintah dengan menjadi salah satu nominasi penerima penghargaan Kalpataru pada tahun 2023. 

Selain menjaga dan merawat hutan yang telah ia kembangkan dari nol, Rosita juga membuka hutan organiknya sebagai sarana edukasi bagi pelajar dan masyarakat. Di hutan tersebut, publik dapat memperoleh edukasi soal tanaman, pemulihan hutan, hingga membuat pupuk organik.

Terakhir, Rosita menegaskan bahwa hutan tersebut nantinya akan ia serahkan pada masyarakat, bukan warisan untuk keluarganya. "Anak-anak saya sudah sepakat, hutan ini bukan untuk diwariskan. Semua akan dikembalikan kepada alam lewat Yayasan Hutan Organik. Siapa pun, di mana pun di Indonesia, tolong jaga hutan ini," tuturnya. [rk]

Artikel Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic