ThePhrase.id – Indonesia tak kehabisan generasi muda yang inspiratif dan berkontribusi pada bangsa. Kali ini, mari berkenalan dengan Uti Nilam Sari. Ia adalah seorang medical illustrator pertama dari Indonesia yang juga menjadi pelopor profesi ini.
Kisah perempuan yang akrab disapa Uti ini dimulai ketika dirinya diminta orang tua untuk mengambil kuliah jurusan kedokteran ketika akan menempuh pendidikan S-1. Meskipun kedokteran bukanlah jurusan yang ingin ditekuni, ia tetap memutuskan untuk mengambil jurusan tersebut.
Uti menimba ilmu kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK fantastis, yakni 3,8.
Bersekolah di jurusan dan kampus bergengsi di Indonesia bukan berarti Uti enjoy dalam menjalaninya. Dikutip dari laman LPDP, Uti mengaku bahwa ia merupakan tipe orang yang "perasa", sehingga pemandangan keadaan pasien dan keluarganya yang keluar masuk RSCM tempatnya menjalani praktik menguras emosi dan energi, hingga air matanya.
Sebagai pelipur lara dan coping mechanism menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa kedokteran, Uti rajin melampiaskan emosinya pada bidang yang merupakan passion aslinya, desain dan teknologi. Ia mengatakan, Photoshop merupakan aplikasi yang menjadi 'jalan ninja'-nya.
"Tapi Alhamdulillah ketemu caranya. Karena aku itu sangat passionate di design and technology, ketika menjalani kuliah, aku suka kayak mengerjakan design itu secara for free sebenarnya, untuk menjaga kewarasan lah kira-kira seperti itu," ungkapnya.
Titik balik yang membuat dirinya mempertimbangkan profesi medical illustrator adalah ketika ia sedang bekerja sebagai asisten penelitian di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat.
Uti sering kali mendapati pasien yang baru berobat ketika penyakitnya telah mengganas. Dari situ ia tersadar bahwa penting adanya edukasi kesehatan publik yang lebih baik agar fenomena tersebut tak terjadi berulang kali. Dan menurutnya, edukasi secara visual merupakan salah satu jalannya.
Tak hanya itu, Uti juga kembali mengenang buku-buku kuliahnya yang hanya memiliki ilustrasi seadanya dan menggambarkan pengalaman tersebut sebagai sesuatu yang miris karena baginya, secara visual, informasi bisa lebih banyak dibagikan dibandingkan hanya sekadar teks.
"Sungguh miris melihat buku-buku waktu aku kuliah di kedokteran, dengan ilustrasi seadanya ataupun mencatut dari luar dan dengan kualitas yang sangat terbatas. Dan aku tahu sebenarnya secara visual itu kita dapat memberikan informasi yang lebih daripada hanya teks," ungkapnya.
Terlebih lagi, Uti mengetahui terdapat buku-buku kedokteran di luar sana yang memiliki visual yang mumpuni dan akurat, sehingga membantu pembacanya. Sebagai contoh adalah buku "Atlas of Human Anatomy" karya Frank H. Netter MD. Buku ini lantas membuatnya bermimpi untuk menjadi Netter-nya Indonesia.
Berangkat dari keresahan-keresahan serta mimpi tersebut, Uti yang ingin mencari celah dan jawaban kemudian mendapatkan informasi terkait beasiswa LPDP dari pemerintah. Setelah melalui serangkaian tahapan yang masih serba manual karena merupakan batch beasiswa LPDP pertama, Uti berhasil menjadi salah satu penerimanya (PK-001).
Studinya ia lanjutkan di Glasgow, Skotlandia pada program Medical Visualisation and Human Anatomy yang merupakan hasil kolaborasi dari University of Glasgow dan The Glasgow School of Art.
Di negera yang jauh dari Indonesia tersebut, Uti menjalani hari-harinya menimba ilmu bersama sang suami yang juga menempuh pendidikan di sana. Namun, di perjalanan akhirnya menjelang lulus, ia dihadapkan dengan cobaan ketika sang suami didiagnosis kanker.
Alhasil, ia harus mengimbangi waktunya untuk merawat suami yang menjalani pengobatan, operasi, hingga kemoterapi dengan mengerjakan tesisnya. Sebagai wanita yang tangguh, Uti mampu menjalani semuanya dan lulus dengan gelar Master of Science (M.Sc.).
Sepulangnya dari Skotlandia, predikat Uti sebagai lulusan program ilustrator medis terakreditasi tak kunjung memberinya ruang karier. Tapi ia tak tinggal diam, di samping pekerjaan utamanya, ia juga memperkenalkan diri sebagai freelance illustrator medis.
Dari satu klien hingga beberapa, Uti kemudian memberanikan diri untuk membuka bisnisnya sendiri yang dinamakan Medimedi (Medical Media). Bisnisnya ini berfokus pada layanan pembuatan visual media untuk kesehatan dengan tim yang memiliki keahlian dalam mengintegrasikan pengetahuan saintifik, visual art, dan teknologi digital.
Medimedi yang didirikannya kemudian semain besar, seiring dampak besar yang juga ingin dicapai oleh Uti. Maka dari itu, usahanya kemudian beroperasi sebagai entitas bisnis sejak tahun 2018 dan ia mengambil peran strategis sebagai entrepreneur.
Dimulai dari mengerjakan pesanan ilustrasi medis berbentuk gambar, berkembang menjadi animasi dan video, hingga kini berkembang ke arah teknologi Extended Reality (XR). XR adalah istilah payung untuk teknologi yang mengubah realitas dengan menambahkan elemen digital ke lingkungan fisik atau dunia nyata, termasuk Augmented Reality (AR), Mixed Reality (MR), dan Virtual Reality (VR).
Uti dan timnya bertekad untuk terus berinovasi dalam menyebarkan manfaat dari bisnisnya ke khalayak yang lebih luas dengan misi jangka pendek dan menengah untuk membangun pusat pembelajaran kesehatan imersif yang didukung oleh tutor dan pasien virtual berbasis AI. [rk]