leader

Kisah Muhammad Jabir Al Hanan, Mahasiswa Pejuang yang Tak Menyerah Hadapi Ujian Hidup Berkali-kali

Penulis Rahma K
Jul 28, 2025
Muhammad Jabir Al Hanan. (Foto: Instagram/jbralhanan)
Muhammad Jabir Al Hanan. (Foto: Instagram/jbralhanan)

ThePhrase.id – Di balik sosoknya yang tenang dan sederhana, Muhammad Jabir Al Hanan menyimpan kisah perjuangan yang tidak biasa. Mahasiswa Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini membuktikan bahwa kesulitan hidup bukan alasan untuk menyerah. 

Terlahir dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, Jabir tumbuh dalam lingkungan yang mengajarkannya tentang kerja keras sejak dini. Ayah dan ibunya sama-sama guru honorer di kampung halamannya, yang harus mencari penghasilan tambahan demi memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan sang ayah tak segan menjadi peternak ayam kampung sebagai upaya mencukupi nafkah.

Berbekal semangat untuk meringankan beban orang tuanya, Jabir berjuang mendapatkan beasiswa KIP Kuliah skema I yang menanggung biaya pendidikan dan kebutuhan hidup selama kuliah. Bagi Jabir, beasiswa itu bukan sekadar bantuan, tetapi bentuk amanah yang harus dijawab dengan kerja keras dan tanggung jawab.

Tidak hanya fokus pada akademik, Jabir aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Ia tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Material dan Metalurgi (HMMT), Indonesian Material and Corrosion Society (IMAC), serta komunitas LKKI Ash-Haabul Kahfi. 

Kisah Muhammad Jabir Al Hanan  Mahasiswa Pejuang yang Tak Menyerah Hadapi Ujian Hidup Berkali kali
Wakil Rektor II ITS Dr Ir Machsus ST MT (dua dari kiri) bersama tim LPDA ITS saat mengunjungi rumah Muhammad Jabir Al Hanan (tengah) di Malang. (Foto: its.ac.id)

Di tengah aktivitas padat itu, Jabir tetap menjaga kedekatannya dengan nilai-nilai spiritual. Ia adalah seorang hafiz dengan hafalan sembilan juz Al-Qur’an. Ia juga merupakan santri di sebuah pesantren khusus mahasiswa, lebih tepatnya di Pondok Pesantren Darussalam, Keputih, Surabaya.

Meski memiliki semangat tinggi dalam menimba ilmu baik dari akademik dan non akademik, perjalanan kuliahnya tidak berjalan mulus sesuai harapan. Beberapa hari setelah mulai mondok, Jabir mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan gangguan memori dan cedera di kepala. 

Selama tiga bulan penuh, ia harus menjalani proses pemulihan sembari perlahan-lahan membangun kembali kemampuannya untuk belajar. Bahkan setelah sembuh, rasa sakit di kepala masih sering datang, memaksanya untuk menyesuaikan pola belajar agar tetap bisa mengikuti perkuliahan.

Pukulan lain datang saat sang ibu terserang stroke di awal tahun perkuliahannya. Kondisi itu membatasi kemampuan ibunya untuk mengajar dan berdampak pada keuangan keluarga. Meski begitu, Jabir tidak pernah menunjukkan keluhan. 

Sebaliknya, cobaan itu justru menguatkan niatnya untuk terus maju. Jabir merupakan peraih berbagai prestasi, termasuk Juara Harapan 2 di Mining Case Competition 2024 dan Best Topic di SPACE UP 6.0 Universitas Pertamina.

Kisah Muhammad Jabir Al Hanan  Mahasiswa Pejuang yang Tak Menyerah Hadapi Ujian Hidup Berkali kali
Muhammad Jabir Al Hanan (cium tangan) saat menerima bingkisan dari Wakil Rektor II ITS Dr Ir Machsus ST MT (berpeci). (Foto: its.ac.id)

"Minat di bidang riset membawa saya mendapatkan Juara Harapan 2 Mining Case Competition 2024 dan Best Topic SPACE UP 6.0 di Universitas Pertamina," ungkap alumnus MAN 2 Kota Malang tersebut.

Meski telah dihantam berbagai cobaan dalam hidupnya dan di tengah segala keterbatasan yang dimilikinya, pemuda kelahiran 12 Oktober 2004 ini justru tergerak untuk rajin berdonasi. Baginya, berdonasi bukan soal jumlah, tapi ketulusan untuk berbagi. Dengan keyakinan bahwa rezeki tak akan tertukar, ia konsisten menyisihkan sebagian kecil dari yang dimilikinya.

Dilansir dari laman resmi ITS, diungkapkan bahwa meski nominal donasinya terbilang tidak besar, tetapi konsistensi untuk berdonasi yang dilakukan oleh Jabir merupakan sebuah teladan yang bisa dijadikan contoh bagi mahasiswa lain.

Kisah Jabir menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukan akhir dari segalanya. Ia juga bukan hanya mahasiswa berprestasi, tetapi merupakan cerminan bahwa ketulusan, daya juang, dan rasa syukur mampu menuntun seseorang untuk tetap memberi, meski dirinya sendiri tengah berjuang. [rk]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic