ThePhrase.id – Erick Thohir adalah Menteri BUMN pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019 hingga 2024. Ia juga dikenal sebagai seorang pengusaha ulung sebelum menjabat sebagai menteri.
Lahir di Lampung, pada 30 Mei 1970, Erick merupakan putra dari Teddy Thohir. Teddy adalah seorang pengusaha sukses. Ia merupakan salah satu sosok yang membesarkan Astra International meskipun berawal dari orang yang kurang berada.
Dibesarkan di keluarga pengusaha, jiwa pengusaha Erick telah tumbuh sejak dini. Dari kecil ia sudah turut membantu bisnis keluarga. Hingga akhirnya setelah lulus kuliah, bersama beberapa rekan kuliahnya, ia membangun usaha.
Erick Thohir. (Foto: Instagram/erickthohir)
Erick sendiri merupakan lulusan Glendale University, Amerika Serikat dengan gelar Bachelor of Arts. Ia kemudian melanjutkan mendidikan magisternya masih di Amerika Serikat, lebih tepatnya di Universitas Nasional California pada jurusan bisnis administrasi dan mendapatkan gelar Master of Business Administration.
Mendirikan Mahaka Group
Nama Mahaka Group mungkin tak asing bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama yang bergelut di bidang media. Perusahaan media multiplatform ini didirikan Erick pada tahun 1992 setelah ia kembali ke Indonesia pasca menamatkan pendidikannya.
Pada awal berdirinya, Makaha Group didirikan dengan nama PT Abdi Bangsa, yang kemudian hari ini namanya menjadi PT Mahaka Media Tbk. Di tahun 1993, Mahaka mendirikan Harian Republika, sebuah surat kabar untuk komunitas musim di Indonesia yang pertama.
Perusahaan besutan Erick ini juga kemudian mengakuisisi surat kabar Republika di tahun 2001 ketika Republika berada di ambang kebangkrutan. Dalam menjalankan bisnis media, Erick mendapat bimbingan dari sang ayah, Jakoeb Oetomo sang pendiri Kompas, dan Dahlan Iskan sang pendiri Jawa Pos.
Erick Thohir. (Foto: Instagram/erickthohir)
Di perusahaan tersebut, Erick menjabat sebagai Presiden Direktur hingga tahun 2008. Setelahnya ia menjabat sebagai komisaris perusahaan yang sama. Selama di bawah kepemimpinannya, Erick berhasil melebarkan Mahaka Group menjadi media yang besar di Indonesia.
Ini dibuktikan dengan mendirikan perusahaan media luar ruang, yakni Mahaka Advertising, meluncurkan stasiun televisi Jak TV, merambah ke dunia audio visual seeperti radio GEN 98.7 FLM, 101 Jak FM, Prambors FM, Delta FM, FeMale Radio hingga melakukan rebranding radio Mustang FM, Kis FM, Hot FM, dan Most FM.
Di tahun 2008, bersama Anindya Bakrie, Erick juga mendirikan tvOne dan situs berita Vivanews. Bahkan di tahun 2014 hingga 2019, Erick menjabat sebagai Direktur Utama ANTV.
Erick Thohir. (Foto: Instagram/erickthohir)
Di luar bisnis, Erick juga fokus mengelola organisasi alam yang diberi nama Darma Bakti Mahaka Foundation dan Dompet Dhuafa Republika untuk menyalurkan kepedulian sosialnya. Karena itu, ia juga dikenal sebagai pribadi yang filantropis.
Olahraga
Selain jago berbisnis, Erick juga merupakan sosok yang menyenangi dunia olahraga. Untuk itu, Erick juga melebarkan sayapnya di bidang olahraga.
Dimulai pada tahun 2006, Erick yang gemar olahraga basket menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) periode 2006 - 2010. Di waktu yang sama, ia juga terpilih sebagai Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) dari 2006 - 2010, dan periode kedua 2010 hingga 2014.
Erick juga dipercaya sebagai Wakil Presiden Komite Olimpiade Indonesia dari 2011 hingga 2015. Karena itu, di tahun 2012, ia ditunjuk untuk mewakili kontingen Indonesia di Olimpiade London, Inggris sebagai Chef de Mission. Di tahun 2015, ia mengambil alih jabatan Ketua Komite Olimpiade Indonesia.
Erick Thohir. (Foto: Instagram/erickthohir)
Kecintaannya pada basket juga membawanya menjadi orang Asia pertama yang memiliki tim basket NBA. Ia membeli saham Philadelphia 76ers. Ia juga merupakan pendiri dan pemilik klub basket Satria Muda.
Selain pada basket, Erick juga memiliki kecintaan pada sepak bola. Tak main-main, Erick pernah membeli saham salah satu klub sepak bola dunia, Inter Milan karena itu. Di tahun 2013, Erick resmi menjadi pemegang saham mayoritas klub tersebut sebesar 70 persen.
Bahkan, ia juga dipercaya sebagai presiden klub Inter Milano menggantikan Massimo Moratti yang telah menjadi presiden klub selama lebih dari 18 tahun. Sayangnya, ia kemudian melepas kepemilikan mayoritas di klub tersebut di tahun 2016 kepada perusahaan China.
Sebelumnya, Erick juga pernah menjadi pemilik saham mayoritas klub Major League Soccer, D.C. United di Amerika Serikat di tahun 2012.
Erick Thohir (kanan) dan Presiden Joko Widodo (kiri). (Foto: Instagram/erickthohir)
Pada tahun 2018, suami dari Elizabeth Tjandra ini juga ditunjuk sebagai ketua panitia penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang. Sukses menggelar acara tersebut, ia kemudian dipilih menjadi ketua tim kampanye nasional Jokowi-Ma'ruf Amin.
Tetap mengedepankan keluarga
Pada podcast bersama Putri Tanjung di kanal Youtube CXO Media pada segmen “Ngobrol Sore Semaunya”, Erick mengatakan bahwa sang ayah yang merupakan pengusaha sukses, dulunya berjuang dari nol.
Berasal dari Lampung, almarhum Teddy Thohir merantau ke luar pulau untuk mendapatkan pendidikan di usia 10 tahun. Dengan perjuangannya, sang ayah kemudian dapat menjadi pengusaha sukses yang diturunkan kepada anak-anaknya, salah satunya Erick.
Banyak petuah yang diturunkan seperti bagaimana tetap mengedepankan keluarga di tengah-tengah berbagai kesibukan. Terutama setelah Erick didapuk menjadi Menteri BUMN, yang menyita waktu akhir pekannya.
Erick Thohir. (Foto: Instagram/erickthohir)
"Kalau dulu prinsip saya sebagai keluarga, apalagi sebelum Covid, hari minggu tuh makan keluarga, pasti. Keluarga besar the Thohir's, kakak saya, ibu saya. Terus saya prinsip Sabtu, Minggu, udah lah kantor, spend time with the family. Tapi, sejak jadi menteri, Sabtu kepake, Minggu kepake. Saya tetap berusaha Minggu malam sama keluarga besar, dan Jumat malam saya coba spend time sama mereka," tutur Erick.
Pendidikan karakter juga merupakan hal fundamental yang diterapkan oleh sang ayah kepada Erick, yang mana ia turunkan juga kepada anak-anaknya. Begitu juga dengan ambisi yang harus diiringi dengan empati.
"Kita siasati lah. Kita coba lah, karena keluarga penting, buat saya penting. Karena apa pun yang kita lakukan kan tentu kita ingin ada sesuatu yang punya value. Dan kita juga gak mau misalnya anak-anak kita itu hanya diberikan success story tanpa punya dasar karakter yang baik,"
"Yang akhirnya mereka akan terjebak hanya ambisi, tanpa empati. Dan itu yang paling saya takuti. Karena fundamental yang diberikan oleh alm. Bapak saya dan Ibu saya, bagaimana saya dididik bersama anak-anak saya itu family values, human values itu penting. Bukan hanya Anda siapa," pungkasnya. [rk]