Thephrase.id – Mohamad Bijaksana Junerosano adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang lingkungan. Ia merupakan Founder dan Managing Director dari Waste4Change, perusahaan yang memberikan layanan pengelolaan sampah untuk mengurangi sampah yang dihasilkan di tempat pembuangan akhir dengan metode Zero Waste to Landfill.
Pria yang akrab disapa Sano ini mengatakan, keinginannya berkecimpung di bidang lingkungan untuk mengatasi masalah sampah ini timbul saat dirinya telah menamatkan bangku SMA dan tengah dilanda kebimbangan mengenai apa yang akan ia lakukan setelah itu. Pada wawancaranya dengan beritasatu, ia menyebutkan di tengah kebimbangannya, ia melihat pemberitaan di televisi mengenai masalah persampahan di Jakarta.
Dari situ, ia mencari tahu mata kuliah mengenai persampahan, yang akhirnya menuntunnya pada jurusan Teknik Lingkungan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus kuliah pada tahun 2006, Sano mendirikan sebuah organisasi yang bergerak di bidang lingkungan dan bertujuan untuk mewujudkan implementasi produksi dan konsumsi berkelanjutan bernama Greeneration Foundation.
Greeneration ini kemudian yang membawahi Waste4Change yang didirikan oleh Sano pada tahun 2014. Waste4Change memberikan layanan pengelolaan sampah untuk perusahaan, usaha kecil, dan individu. Setelah itu, sampah yang dikumpulkan dikelola sehingga menjadi bahan daur ulang. Waste4Change juga menyediakan riset berbasis data serta masukan dari ahli persampahan untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah, serta melakukan sosialisasi dan edukasi melalui berbagai program.
Mohamad Bijaksana Junerosano saat belajar dunia sertifikasi 'green building' di gedung USGBC, Amerika Serikat. (Foto: Instagram/junerosano)
Salah satu program yang dilakukan oleh Waste4Change adalah kampanye diet kantong plastik, yang diinisiasi pada tahun 2010 setelah dilakukan riset pada tahun 2009. Kampanye tersebut kemudian menjadi gerakan yang menghasilkan sebuah petisi untuk disampaikan kepada pemerintah. Hal tersebut membuahkan hasil yaitu sebuah kebijakan pemerintah mengenai pembatasan kantong plastik dengan harus membayar Rp 200 untuk menggunakan kantong plastik hingga akhirnya kemudian pelarangan penggunaan kantong plastik.
Dalam menjalani bisnisnya, Waste4Change berkolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini dikarenakan mengelola sampah tidak bisa dilakukan sendirian, harus sinergi dengan semua komponen bangsa. Semuanya harus peduli dengan sampah, sehingga menjadi gerakan nasional dan bahkan gaya hidup masyarakat.
"Pengelolaan sampah tidak bisa hanya dilakukan oleh satu-dua orang saja. Akan tetapi, perlu kerja sama dan gotong royong dari seluruh stakeholders. Oleh karena itu, Waste4Change banyak bekerja sama baik dengan pemerintah, perusahaan, maupun perorangan agar permasalahan persampahan ini dapat diselesaikan secara holistik," ujar Sano, dilansir dari youngster.id.
Rumah Pemulihan Material Waste4Change. (Foto: waste4change.com)
Kini, Waste4Change telah hadir di beberapa kota di Indonesia yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Medan, Surabaya, Sidoarjo, dan Semarang. Waste4Change juga telah melayani 198 klien, 175 proyek, dan mengelola 5.404.041 kg sampah.
Organisasi berbadan hukum yayasan Greeneration yang Sano dirikan juga memiliki anak usaha lain yakni SolusiBanjir.id yang didirikan pada tahun 2020 dan berfokus pada edukasi dan penyediaan solusi untuk mengelola banjir dan konservasi air.
Selain merupakan Founder dari Greeneration Indonesia dan Waste4Change, Sano juga merupakan Founder dari Ecoxystem, sebuah venture builder yang berfokus mengembangkan Ecopreneurs, khususnya untuk menjawab tantangan iklim dengan memanfaatkan teknologi atau ClimateTech.
(Foto: Instagram/waste4change)
Berkat kegigihannya membangun bisnis berbasis lingkungan ini, Waste4Change yang didirikan oleh Sano telah mendapat berbagai penghargaan. Salah satu di antaranya adalah The Most Responsible Company dari World's Valued Business (MVB) Indonesia. Waste4Change juga mendapat pendanaan King Sejong & Jang Yeongsil Prize dari KOICA untuk pengembangan pengelolaan sampah berbasis platform city. [rk]