ThePhrase.id – Terdapat segudang istilah baru dalam hubungan yang ramai digunakan oleh generasi Z. Bukan hanya ghosting dan gaslighting, istilah baru yang menggabungkan keduanya menjadi ghostlighting juga kini kian populer dalam melabelkan sebuah hubungan.
Ghostlighting adalah istilah yang digunakan pada kondisi di mana salah satu pihak dari sebuah hubungan mendadak hilang dan memutus kontak begitu saja. Namun, ketika diminta kejelasan, pihak tersebut bertindak seolah-olah dirinya tak salah dan memanipulasi hingga pihak yang ditinggalkan berpikir dirinyalah yang salah.
Dalam skenario lain, ghostlighting juga dilakukan oleh orang yang setelah meninggalkan sebuah hubungan, kembali lagi setelah beberapa waktu dan bertindak seolah-olah tak ada apa-apa yang terjadi di antara mereka. Ini membuat orang yang ditinggalkan bertanya-tanya apakah hubungan keduanya masih berlanjut dan apakah ia merasa tersakiti karena pikirannya sendiri.
Kata kunci dari fenomena ini adalah seperti dua istilah aslinya, yakni ghosting yang berarti menghilang dan juga gaslighting yang berarti memanipulasi orang lain untuk meragukan kenyataan, perasaan, dan penilaian terhadap diri sendiri.
Alasan seseorang melakukan ghostlighting beragam. Beberapa di antaranya adalah seperti kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi sehingga tak bisa mengucapkan kata perpisahan jika memang tak lagi ingin melanjutkan hubungan.
Selain itu, orang melakukan ghostlighting karena takut akan komitmen, kejujuran hingga konflik. Bagi mereka, konflik dapat dihindari dengan menghilang begitu saja. Alasan lain ghostlighting dilakukan adalah kepribadian seseorang yang gemar memanipulasi.
Jika kamu berada di sebuah hubungan yang mirip atau bahkan sama dengan penjelasan ghostlighting, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama-tama adalah mempercayai apa yang kamu rasakan dan tidak meragukannya karena omongan orang tersebut.
Perlu diingat bahwa apa yang kamu rasakan valid dan percayailah naluri serta logika terhadap sebuah situasi. Perubahan sikap yang dilakukan orang lain merupakan kejadian yang nyata dan tak perlu mencari alasan untuk menutupinya.
Kedua, apabila orang tersebut telah pergi dan meninggalkanmu tanpa kejelasan, ada baiknya untuk tidak "membukakan pintu" untuknya kembali ketika ia datang kembali setelah beberapa waktu dan bertindak seolah hubungan masih dapat dilanjutkan. Pasalnya, ghosting merupakan salah satu tanda red flag yang harus kamu hindari demi hubungan yang sehat.
Ketiga, move on dan beralihlah dari orang tersebut dan fokus pada diri sendiri. Jangan menyalahkan diri sendiri karena itulah yang para pelaku ghostlighting mau dari korbannya. Jika kamu mau membuka hati untuk orang lain, tak ada salahnya mencoba hubungan baru dan memulai dari awal dengan orang yang baru. [rk]